2 - pocket sized elegise

134 25 5
                                    


Yuri tidak tahu ia mendapat keberanian darimana saat menyatakan cinta pada Luhan.

Mungkin ia hanya melantur, itu pikirannya di awal, namun ia tengah disuguhkan oleh kenyataan bahwa dirinya masih seratus persen pada akal sehatnya.

Keduanya saat ini terdiam sama terkejutnya, Yuri terkejut dengan kendali mulutnya yang berucap tanpa berpikir sedangkan luhan terkejut dengan pernyataan cinta gadis di hadapannya yang tiba-tiba, dengan masih saling menatap.

Tak sampai genap semenit Yuri merasa tangan Luhan yang terlepas dari menggenggamnya, mungkin pemuda itu sudah menyadari hal itu.
"Maaf" satu kata yang keluar dari bibir Luhan yang sudah diduga benar oleh Yuri.

Yuri membeku buntu akan apa yang harus dilakukan selanjutnya, berlari menahan malu atau menangis tersedu atas perasaan cinta diam-diam yang kandas.

Sebenarnya ia bisa melakukan keduanya secara serakah. Namun, di antara dua ide sederhananya tadi tak ada yang ia laksanakan segera.

"Aku tidak berharap atau meminta kau juga memiliki perasaan yang sama" Yuri yakin itu bukan dirinya, gadis itu berusaha melawan kenyataan di dalam pikirannya.

Luhan sedikit tersenyum tipis menanggapi gadis di hadapannya. Entah apa yang ada di dalam pikiran pemuda itu atas dirinya, Yuri tak tahu.

"Tapi aku akan memperjuangkan perasaan cintaku" nada dingin yang keluar dari bibir Yuri membuat dirinya sendiri terhenyak.

Sekian detik kemudian terdengar tawa kecil remeh dari bibir sang pemuda.
"Lucu sekali nona" Luhan menguakkan aura dingin dalam dirinya yang tak pernah terkirakan oleh Yuri.

Kali ini seluruh tubuh Yuri sepenuhnya geming, lidahnya yang malam ini sudah menuturkan kalimat mengejutkan dengan lincah terasa kelu.

"Kau akan memperjuangkan perasaanmu itu padaku?" Tatapan Luhan menghunus dalam jiwa Yuri. Seperti terhipnotis Yuri mengangguk pelan nan mantap menjawab pertanyaan pemuda tersebut.

"Bagaimana caramu untuk membuatku jatuh cinta padamu?" Luhan mengangkat alis kanannya.
"Apapun akan kulakukan" sekarang Yuri seakan sedang menantang Luhan untuk berperang.

Luhan sedikit memiringkan kepalanya dengan wajah dingin tak ekspresif.

"Bagaimana ya? Kau sama sekali bukan tipeku" Yuri merasa ditampar kuat oleh pernyataan Luhan.
"Sebagai seorang wanita kau tak anggun sedikit pun di dalam dirimu, pikirlah karena apa" Luhan berbalik melangkah santai, pergi dari hadapan Yuri, tak sempat dihentikan.

Sedangkan Yuri, otaknya tengah berputar mengingat memori kejadian malam ini yang berlangsung cepat dan tak terduga, mematung memandangi punggung Luhan yang kian menjauh.

Yuri menyusun memorinya, dari awal kedatangan di sana ia dan Jessica sudah mempermalukan diri mereka di depan wajah Luhan, lalu ketika Luhan menyelamatkannya yang nyaris mati tenggelam karena berkelahi dengan sekelompok gadis karena dirinya membela Jessica, kemudian saat ia memanfaatkan situasi dengan mengambil kesempatan menahan bibir Luhan yang bertautan dengan bibirnya saat pemuda itu menolong memberi napas buatan, setelahnya tanpa akal membawa Luhan pergi dari hadapan semua orang lalu beralasan ingin berterima kasih kepada pemuda itu, dan terakhir saat pernyataan cintanya yang telah ia simpan bertahun-tahun.

"Sangat tidak keren" Yuri bergumam kala atensinya mengikuti sebuah mobil hitam yang pergi dari sana.

Ia mengakui bahwa semua perbuatannya kepada pemuda itu bisa dibilang sudah melewati batas wajar akal sehat manusia. Bisa ditolerir bila Luhan terlihat luat dengannya.

serenityWhere stories live. Discover now