3 - adrenaline rush

118 18 4
                                    


Beberapa hari ini dilewati Yuri dengan rutinitas normal. Tuhan tak memberikannya keberuntungan atas drama percintaannya.

Namun momen sekecil apapun yang menyangkut seorang pemuda bernama Luhan yang sekarang telah menjadi tetangganya seolah membuat energinya terisi penuh dan meledak-ledak kapanpun.

Baru genap dua minggu sang pemuda menempati flat di sebelahnya, Yuri sudah hafal di luar kepala seluruh aktivitas Luhan.

Seperti setiap hari senin, rabu, dan kamis sang pemuda ada kelas pagi dan akan pergi setengah jam sebelum kelas pertama Yuri dimulai yang membuat dirinya tak pernah lagi berlomba dengan waktu seperti biasanya. Juga Luhan akan pergi dengan seragam sepak bola kamis sore dan menghabiskan waktu diperpustakaan kampus ataupun kota sepanjang hari sabtu.

Terdengar seperti penguntit, namun Yuri bahkan tahu berapa kali luhan menarik napas selama perjalanannya dari ia menutup pintu hingga sampai menunggu lift.

Yuri patut menjadi cenayang modern abad ke-20.

Yuri tengah menatap tak sabar jam tangannya, ia sudah berdiri di depan pintu sekitar delapan menit menunggu untuk keluar. Lima menit dari sekarang akan terdengar pintu tetangganya yang terbuka dan helaan napas Luhan sebelum melangkah menuju lift.

Untuk merayakan Luhan yang sudah dua minggu tinggal di sebelahnya, pagi ini Yuri memantapkan bahwa ia akan keluar setengah menit sebelum si pemuda supaya tidak kentara kalau ia tengah menunggunya. Benar selama ini mereka tak pernah bertemu lagi, lebih tepatnya Luhan yang tak pernah melihat Yuri, setelah sapa menyapa saat malam Luhan baru pindah. Karena Yuri berusaha dengan keras sekuat tenaga menghindar akibat baru ingat akan rasa malunya.

Dengan keraguan dan beribu asumsi buruk menghantuinya, Yuri melewatkan setengah menitnya dan mendengar suara pintu yang menandakan sekarang Luhan sudah keluar dari flatnya.
Yuri merasa ingin menangis saat ini juga karena sungguh marah dan kesal.

Semua skenario rencana kecil yang telah disiapkannya yang menjadi alasan semangat hidup beberapa hari terakhir kini gagal total karena perkelahian batinnya sendiri yang kalah dari rotasi bumi.

Yuri yakin Luhan sudah sampai di basement dan sudah siap menaiki motor hitamnya. Tapi sekarang ia dibuat terkejut karena ternyata lift hari ini datang lebih lambat dari biasanya.

Sebuah kebetulan membuatnya histeris girang dalam hati dan mengalami tremor hebat, tapi Yuri menyembunyikannya dengan lihai. Tidak sia-sia semua pertunjukkan opera yang pernah diperankannya.

Luhan berdiri di depan tombol lift dan Yuri berjarak dua seperempat langkah di sebelahnya. Tak ada bunyi lain selain suara khas mesin lift dan deru tenang napas keduanya.
Ternyata Yuri sudah kembali menjadi dirinya sendiri, gadis pemalu yang bertopeng dingin tebal.

Saat lift sudah berjalan turun mengantarkan keduanya dari lantai 5 flat ke basement, Yuri malah merasakan sebaliknya, terbang melayang ke angkasa. Bahkan ketika lift telah berhenti dan dentingan peringatan yang disusul dengan pintunya terbuka, kaki yuri masih mengakar ke dalam ubin dingin.

Anehnya, bahkan Luhan pun masih bergeming ditempatnya berdiri. Yuri mengerjit seraya melirik pemuda di sebelahnya dengan ujung matanya, memandangi luhan yang terpaku menatap lurus ke depan.

Seakan baru tersadar, Luhan dengan langkah besar bergegas keluar dan Yuri yang ikut terkejut mengikuti tindakannya pada detik berikutnya.

Sebelum memasang seatbeltnya Yuri sempat menatap Luhan yang sudah hilang berbelok dari parkir basement dengan motornya.
"Perayaan yang menyenangkan" batin Yuri.

serenityWhere stories live. Discover now