14 - afterglow

165 14 13
                                    


2 years later

Ada akhir dari setiap cerita dan ini adalah miliknya.
Yuri merasa seolah-olah paruh pertama hidupnya telah berakhir. Seperti di salah satu novel panjang yang memiliki bagian pertama tentang masa lalu, lalu berakhir, dan bagian kedua dimulai, yaitu tentang masa kini dan masa depan.

Di sanalah Yuri sekarang, semua tentang masa kini dan masa depan. Tapi mari melakukan perjalanan ke masa lalu, demi kenangan.

Cinta.
Beberapa orang mengatakan cinta membuat hal mustahil terjadi, yang lain percaya itu membuat dunia berputar, beberapa bahkan menaruh semua keyakinan mereka padanya, dan ada juga yang menyatakan itu menyakitkan. Cliché? Mungkin benar kasusnya tetapi meski baru delapan musim lamanya telah dilewati bersama dengan Luhan di sinilah Yuri berada, dalam dekapan seorang pemuda cinta pertamanya.

Melihat kenangan masa lalu membuat ia berpikir seberapa jauh cinta akan membawa mereka dan Yuri dapat mengatakan bahwa beberapa pepatah, tidak peduli seberapa klise ceritanya, masih memegang kebenaran.

Cinta telah membuat Yuri menjadi dirinya yang sekarang. Ia lega, puas, bahagia menjalani kehidupan dan menjadi orang yang ia inginkan. Namun sayangnya, hidup tak selalu berjalan sesuai rencana.

Hubungannya dengan Luhan tak selalu mulus dan jalan yang mereka lewati tak setiap saat dihiasi cahaya terang. Tahun pertama waktu mereka bersama adalah mula yang terberat bagi Yuri dan ia takut dalam awal perjalanannya.

Luhan sangat sering melewati batas cemburu dan masih biasa menunjukkan kontrol emosi buruk yang berubah-ubah dengan cepat dan drastis dalam waktu singkat, sedangkan Yuri melampiaskan emosi darinya dengan obesesi kerja atau sekedar berlatih berjam-jam sampai membuat pada banyak kesempatan mengubah janji pertemuan seenaknya.

Tahun selanjutnya masih sama, ditambah kecemburuan Yuri pada teman-temannya yang melangkah semakin maju dalam hubungan percintaan. Meskipun ia tahu semua orang memiliki waktu giliran yang berbeda, tapi Yuri tak bisa mengurangi kekhawatirannya yang malah semakin membuncah.

Dalam hampir semua waktu bertemu, tak terkecuali kencan, Luhan dan dirinya selalu berakhir berkelahi, menangis, menjerit, berteriak, sampai menarik rambut sendiri karena frustrasi. Tapi sejauh ini, mereka berhasil.
...dan Luhan tidak pergi.

-

Yuri melirik jam yang dipasang pada pergelangan tangannya untuk kesepuluh kalinya dari tepat saat waktu janji tiba. Ia memang sudah terbiasa menunggu, jujur karena mungkin Yuri tak pernah merasa gugup melakukannya.

Ia pun tak pernah merasa keberatan dengan apapun yang sedang ditunggunya, jadi setiap saat giliran dirinya yang menjadi obyek yang ditunggu Yuri mengharapkan orang lain juga melakukan apa yang ia lakukan untuknya. Hal bagus, sejauh ini semua yang ditunggu Yuri berakhir menjadi hal baik.

"Yuri!" Panggilan atas namanya membuat Yuri beralih menolehkan kepala dan mendapati senyum cantik Yoona.
"Kau baru sendiri? Victoria dan Jessica belum datang?" Tanya Yoona yang ikut duduk di sebelah Yuri pada sofa tunggu toko.
"Seperti yang kau lihat" jawab Yuri santai.

"Aku sudah ditanyai tiga kali apa benar tidak sedang mencari gaun pernikahan" bisik Yuri mendekat yang mendapat kekehan geli Yoona.
"Mungkin pelayannya sudah punya firasat kau akan butuh dalam waktu dekat" kalimat Yoona beserta seringai menggoda sang gadis membuat Yuri merasakan hawa panas berkumpul pada wajah menimbulkan semburat merah.
"Apa sih Yoong" Yuri berkata sebal dan menatap lawan bicara.

"Bagaimana kabar Luhan? Duh aku sudah lama tak bertemu dengannya" Yoona sempat terkekeh lagi sebelum bertanya.
"Baik, Luhan masih menyebalkan" Yuri mengangguk mantap.
"Aigoo, serius deh kalau Luhan tak gerak cepat aku dukung Sehun untukmu" ucap Yoona kini bersedekap.

serenityWhere stories live. Discover now