Pinjem HP

664 104 6
                                    

— Icha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Icha

Aku pertama kali mengetahui di dunia ini ada manusia yang bernama Ryan Saka Ajiputra itu dari Kakak Perempuanku.

Tidak. Mereka tidak berteman, Kakak-ku, Kak Binar itu sangat-sangat menyukai band Kala Merindu yang akhir-akhir ini sedang naik daun karena lagu-lagu yang mereka ciptakan begitu easy listening.

Aku mengakuinya, dan aku cukup terkesan. Karena aku yang memang lebih suka lagu-lagu west karena aku menganggap lagu Indonesia terlalu melankolis dan menyedihkan; meski tidak selalu seperti itu, karena aku menyukai beberapa dari mereka.

Dari lima belas lagu yang Kala Merindu ciptakan aku sangat menyukai lagu Kau Senyumku dan lagu debut mereka di ajang pencarian bakat itu, Di Bawah Hujan.

Dan ya, karena kedua lagu itulah aku bisa menjalin asmara dengan sosok yang selalu dielukan oleh teman-teman kuliah ku dan Kakak Perempuanku.

Saat itu tepat sekali hujan mengguyur kota Bandung, aku sedang menunggu Bus lewat di sebuah halte. Aku mengangguk-anggukan kepalaku seiring dengan tempo musik yang aku dengar di soundcloud pada saat itu, Kau Senyumku dari Kala Merindu band.

Sampai ketika ada yang menyentuh bahuku yang membuatku menjauh dan menoleh secara refleks. Dan aku seketika memasang kuda-kudaku kala melihat seorang pria yang memakai masker di dekat ku.

Ku dengar pria itu terkekeh, apanya emang yang lucu? "Teh, punten iyeu mah, saya bisa bisa pinjem handphone-nya gak ya?"

Aku mengerutkan dahi, menatap pria itu was-was karena bisa aja kan ini modus pencurian? Maka dari itu aku harus hati-hati. "Buat apa?"

"Buat chat temen saya, suruh jemput." Kulihat pria ini tampak menggaruk tengkuknya, mungkin belum keramas. "Boleh, Teh?"

Aku menatapnya selidik, aku gak tau ekspresi apa yang ia tunjukan di balik masker berwarna navy-nya itu, tapi aku bisa memastikan dari pancaran matanya bahwa ia sedang memohon.

Kasih pinjem gak ya? Aku takut tiba-tiba dia lari gitu aja sambil bawa ponselku, bukannya apa di benda keramat ku ini banyak sekali data-data tentang mata kuliahku, yang kalau hilang ku pastikan aku akan menangis tujuh hari tujuh malam.

"Handphone-nya gak saya bawa kabur kok, Teh, tenang aja." Katanya seolah bisa membaca raut wajahku. "Boleh ya Teh? Urgent ini."

Yaudah deh, kasian juga kalau diliat lagi. Untung aku baik.

Namun dengan bodohnya aku saat itu, aku malah menyodorkan ponselku yang masih terpasang earphone. "Chat temen lo disini aja."

Ku dengar dia mendengus dan ku tebak dibalik maskernya ia menyeringai, dih? "Iya atuh Teh, tenang wae saya mah lain pencuri ini."

Aku mengangguk saja, menunggu ponsel ku yang dipinjam dengan memperhatikan langit yang masih betah menangis dengan tersedu. Aku suka sekali dengan hujan, mau sederas apapun ia aku tetap suka. Rasanya memang dingin namun bikin tenang. Dan alasan itulah aku berdiri di halte ini repot-repot daripada memesan taksi online.

Aku menoleh kala ponsel ku dikembalikan, lalu pria itu mengucapkan terimakasih yang aku angguki saja. Aku kemudian langsung memasukan ponselku ke tas.

Tanpa ku sangka pria ini berusaha membuka topik percakapan denganku, "Teteh lagi nunggu siapa?"

"Nama gue Icha jangan panggil Teteh." Ucap ku tiba-tiba memperkenalkan diri. Yang membuat aku seketika mengerutkan dahi bingung, kenapa tiba-tiba aku sebut nama? "Gak nunggu siapa-siapa, gue lagi nunggu bus lewat."

Pria itu tampak mengangguk-anggukan kepalanya. "Ohh, tapi Cha, bus mah jarang lewat disini. Kamu emang bukan asli sini?"

"Gue asli sini. Cuma lagi pengen naik bus aja." Balas aku, kemudian sedikit melirik pria yang tingginya gak jauh beda sama aku itu. "Temen lo bakal jadi jemput?"

"He'eh. Otw katanya mah. Gak tau otw beneran apa baru mandi." Aku sedikit tertawa kali ini atas jawabannya. "Oh iya, kamu suka band Kala Merindu ya?"

Aku mengangguk, "Lo tau darimana?"

Ku dengar pria itu tertawa, "Tadi pas kamu kasih handphone-nya soundcloud kamu nyala. Gak sengaja saya denger lagu judul Diksi Rasa. Tapi saya matiin langsung tadi, refleks. Hehehe."

Aku menepuk dahi pelan atas kecerobohan sendiri, eh tapi perasaan tadi aku nyetel yang Kau Senyumku? Kok jadi Dik— oh iya, mungkin pas dikasih udah ganti lagunya. Ah bodoh.

"Iya, gapapa. Santai."

Pria itu lagi-lagi tertawa, "Kamu kuliah? Dimana?"

"Di Universitas Gajah Duduk." Jawabku, "Lo dimana?"

"Di Universitas Garuda Bakti." Balasnya, lalu tak lama sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan kami. "Oh, ini temen saya nih. Saya duluan ya, Icha."

Aku mengangguk saja, sebelum akhirnya melongo kala pria itu membuka maskernya. "Anw, nama gue Ryan Saka Ajiputra, Kala Merindu minggu nanti bakal tampil di kampus lo. Jangan lupa nonton, ya." Dan dengan senyum manisnya, Ryan masuk kedalam mobil sedan itu, meninggalkan aku sendiri yang masih ketar-ketir.

Aku jadi tadi .. mengobrol dengan Ryan? Seorang guitarist Kala Merindu? Yang bener aja?!

Aku pun dengan cepat mengambil ponselku lagi, membuka aplikasi chat satu-satunya, WhatsApp.

+62-782627xxx

RENDI INI GUE PAKE HAPE ORANG TOLONG JEMPUT GUE OY BURU, MOTOR GUE MOGOK
📌 You sent a location

Malu-maluin. Gue otw.
Read




Gue pun melemas. Jadi tahu kan kenapa Kau Senyumku dan Di Bawah Hujan menjadi lagu favorite-ku diantara lagu Kala Merindu yang lainnya?

Kala Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang