Insecure

636 92 3
                                    

— Icha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Icha

Oke. Siapa yang mengatakan menjadi kekasih dari orang yang di kagumi banyak manusia itu selalu menyenangkan? Huh. Sini mana orangnya mau aku tunjukan seperti apa rasanya.

Aku memang merasakan senang menjadi kekasih dari seorang Ryan, gitaris dari Kala Merindu yang namanya sedang melejit akhir-akhir ini. Selain berwajah tampan, aku sering sekali di nyanyikan olehnya.

Nilai plus untuk Ryan karena pacarku itu (syukurlah) mempunyai selera humor yang sama denganku jadi aku tidak terlihat aneh ketika tertawa terbahak-bahak atas sesuatu.

Well .. tidak enaknya menjadi kekasih dari Ryan itu adalah komentar-komentar netizen yang masuk ke sosial media ku. Aku yang tadinya hidup biasa-biasa saja, jumlah likes yang masih seratus atau dua ratus jumlahnya, dan komentar yang diisi oleh orang-orang terdekatku. Kini aku harus terbiasa dengan jumlah likes ku yang tiba-tiba meningkat drastis sejak Ryan menyatakan cinta padaku — ehem, oke aku tidak akan menceritakan lengkapnya karena aku malu, dan komentar yang di isi oleh orang-orang asing yang berisikan berbagai hal.

Dari yang membuatku senang, sampai membuatku jatuh sakit selama tiga hari pun ada. Ah, aku membenci pikiran ku ketika membaca sesuatu yang mengusik hatiku.

Mungkin Lia dan Jira lebih sering mendapatkan komentar-komentar annoying karena hubungan mereka berjalan lebih lama di banding denganku. Sofi? Ah, dia mendapatkan paling banyak karena memang sih menurutku hubungan Sofi dan Haris masih belum jelas.

Ayu? Dia sama sepertiku, menjalin hubungan dengan Narendra ketika nama Kala Merindu sudah terdengar dimana-mana. Tapi Ayu adalah pribadi yang tidak memusingkan hal itu. Sangat sangat berbeda denganku.

'Cantiknya lo apasih? Kok bisa Ryan mau sama lo.'

Aku seketika mengambil cermin, menatap wajah ku lamat-lamat, apa aku sejelek itu? Bahkan kembaran ku Felix seperti sudah bosan ketika aku menanyakan itu.

"Lo cantik, bangsat. Gak usah nanya itu lagi." Kata Felix tempo hari yang membuat aku semakin insecure karena ucapannya seperti tidak ikhlas.

Karena komentar sepele itu lah yang membuatku jadi agak menjaga jarak dengan Ryan sekarang. Aku termakan komentar itu, aku berfikir; 'Aku ini tidak cantik, kemudian apa yang membuat Ryan meminta ku untuk menjadi pacarnya satu tahun yang lalu?'

Maka dari itu aku terkejut setengah mati ketika Ryan berdiri di depan pintu kelas tepat aku baru saja keluar. Ryan menatap ku kesal, sementara aku bingung harus mengatakan apa setelah berusaha menjaga jarak darinya seminggu terakhir ini.

Aku ragu-ragu mendekat, menundukan kepalaku sebab merasa takut dengan tatapan Ryan yang seperti itu. Apa moodnya sedang buruk?

"Kalau gak ngerasa salah, gak usah nunduk, Cha."

Ucapannya justru membuat aku menunduk dalam, tak lama Ryan menggenggam lengan ku lembut dan menarik ku pergi dari sana, aku yakin Ryan akan membawa ku ke parkiran. Selama Ryan menarik ku aku terus saja menunduk, bahkan Sofi dan Ayu yang sempat menyapaku seolah bingung.

"Masuk." Aku akhirnya mengangkat pandanganku ketika Ryan membukakan pintu mobilnya untuk ku. Ryan menyunggingkan senyum manis, membuat aku ingin menangis. "Ayo, naik ih. Kita nge-bakso di Mang Farhan."

Aku menghela, menuruti perintahnya. Saat aku sudah duduk manis, Ryan memutari mobilnya untuk duduk di kursi mengemudi. "Pakai sabuk."

Aku menuruti perintahnya lagi seperti sebuah robot. Dan mobil milik Ryan berjalan, membelah jalanan yang tidak begitu ramai.

Selama di perjalanan kami hanya diam, mobil ini hanya diisi oleh lagu milik Enam Hari; band yang lebih dulu melegenda di banding Kala Merindu, terkadang Ryan ikut menyanyikan lagunya.

Sampai akhirnya mobil terhenti, membuat aku mengerutkan dahi. Ini kan taman kota? Kenapa kesini? Aku lantas menoleh dengan cepat, menatap Ryan yang ternyata juga sedang menatapku. Aku sedikit salah tingkah, memilih untuk mengalihkan pandanganku. Sial, jantungku.

"Icha." Panggil Ryan membuatku menoleh, pria itu lalu mengambil tanganku dan di genggamnya erat. "Aku mau cerita."

Aku berusaha tersenyum se-natural mungkin. "Aku dengerin."

"Minggu depan kan band aku mau tampil di acara kampus sebelah." Ujarnya memulai cerita, Ryan menatapku dengan .. uh, sulit aku deskripsikan. "LO-nya cantik banget. Lebih dari kamu."

Aku rasanya mau menangis, kenapa Ryan mengatakan seperti itu saat kondisiku sedang insecure? "Then? Anaknya baik?"

"Baik banget. Dia perhatian ke aku."

Aku tertawa seperti orang bodoh, ya Icha siap-siap saja posisi mu akan tergantikan. "It's good."

"Banyak panitia lain jodoh-jodohin aku sama dia."

"Kamu pasti seneng."

"Ya. Aku seneng." Aku menatap matanya dengan nanar, dadaku terasa sesak. "Cha, aku mau—"

"Putus?" Serobotku langsung, tak kuasa menahan tangis. "God, sorry. Oke, aku pulang dulu. Be happy, Yan."

"Wait. Siapa bilang aku mau putus?" Tanyanya, menahan tanganku yang hampir keluar dari mobil. "Jangan dipotong aku mau marahin kamu."

Aku menatapnya bingung dengan mataku yang basah, bahu ku bergetar dengan samar. Tak lama Ryan menarik ku ke dalam dekapan. "Cha, listen. Mau ada orang yang ngelebihin kamu dari segala sisi, yang bakal aku mau itu kamu. Cuma kamu. Cuma Icha Danilla Rahma, gak ada yang lain."

Ini terdengar menggelikan, tapi aku merasa sedih dan senang di saat bersamaan. "But, you can deserve better than me."

"But you're a best, gak ada yang lebih baik di banding kamu." Balasnya langsung, mempererat pelukannya. "Gak ada yang sesabar kamu kalau ngadepin aku yang suka misuh kalau banyak tugas kepepet deadline, gak ada yang sepengertian kamu kalau aku gak ngasih kabar seminggu gara-gara aku sibuk sama band. No one else, Cha."

"Ada, Yan. Ada." Aku mengangguk, "Banyak cewek kayak gitu. Kamunya aja yang gak mau cari."

"But i don't care, Cha. Ngapain aku nyari-nyari kalau udah ada kamu? Udah ya, sekarang stop." Ryan melonggarkan pelukan, menghapus air mataku dan mengecup dahi ku singkat. "Stop insecure, stop mikirin omongan orang lain. Selama aku masih disini, sayang sama kamu, kamu gak usah mikirin apa-apa."

"I can't," Aku masih terisak pelan, "Mereka bener. Aku gak secan—"

"Kamu cantik. Cantik, Cha. Mau aku telepon Jira, Lia, Sofi, Ayu, Naren, Jeno, Rendi sama Haris buat nyadarin kalau kamu itu cantik banget?"

Aku menggeleng, "Yan .."

"Udah ih, gak usah nangis nanti makin cantik." Ryan menghapus lagi air mataku, mencium pucuk kepala ku sedikit lama. "Stop ya insecurenya, kamu cantik, baik, pinter, solehah, istri idaman udah buat aku."

Aku mengusap hidungku yang sedikit mengeluarkan ingus, "Ih apasih istri-istri??"

Ryan terlihat tergelak, "Lah kan bener kamu calon istri? Oh apa mau langsung di resmiin sekarang? Boleh deh, aku lamar kamu besok ya."

"RYANNN!!"

"HEHEHEHEHE."

Kala Merindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang