— Lia
Sudah terhitung hampir satu bulan lamanya aku dan Rendi tidak bertemu. Rendi bilang dirinya akhir-akhir ini sedang mempersiapkan suatu festival kampus. Dan aku tidak mau Rendi memaksakan dirinya untuk bertemu dengan ku. Lebih baik waktu luangnya di gunakan untuk beristirahat. Syukurlah Rendi tidak keras kepala kali ini.
Namun hari ini entah kenapa aku menjadi sangat rindu sekali dengan anak itu, mungkin ini juga efek dari melihat Instastory milik Kak Dimas; Kakaknya Rendi yang berisikan foto mereka berdua.
"Lia? Mikirin apa?"
Aku refleks terlonjak kala ada yang menyentuh bahu ku. Aku menoleh, mendapati Yejira menatapku khawatir. "Hah?"
"Lo mikirin apa?" Ulangnya, dahi temanku itu terlihat mengerut tak nyaman. "Kayak gelisah banget."
Aku tersenyum kecil. "Oh ya? Enggak kok. Gak mikirin apa-apa."
"Ah seriusss." Yejira sedikit merengek membuat aku terkekeh. "Lo tau lo tuh paling amatir kalau bohong."
"Terus yang pro siapa?"
"Gue."
Aku terbahak mendengar jawaban Yejira barusan. Sampai-sampai aku harus memegang perutku yang terasa sakit karena tertawa terlalu keras. "Jujur banget."
"Ya lagian." Yejira sedikit mengerucutkan bibirnya. "Lo lagi kangen si Imam ya?"
Aku mengangguk sebagai jawaban. Lalu menunjukan foto Kak Dimas juga Rendi yang barusan aku lihat. "Lucu ya."
"Masih lucu kucingnya Jeno sih." Sahut Yejira cepat membuat aku menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau kangen ya telepon aja, Li. Gak usah gede gengsi."
"Aku gak gede gengsi, Ra." Elak ku. "Aku cuma gak mau ganggu. Kalau Rendi lagi istirahat gimana?"
"Alaaah." Yejira menghela nafas panjang. "Kayak sama siapa aja tau gak siih? Ya kalau Rendi sayang lo sih semestinya doi seneng lo telepon bukannya ngerasa keganggu."
Aku tertegun, benar juga ya apa yang di katakan Yejira? Tapi aku benar-benar tidak ingin menganggu, apalagi kalau sekarang Rendi sedang tidur. Aku akan semakin tidak enak padanya.
"Telepon aja udah Li." Titahnya padaku. "Jeno juga udah agak luang kok semingguan ini, bahkan kemaren sempet jalan kita."
Aku menghela nafas, seolah keputusan ku ini akan berakibat fatal jika aku salah mengambil langkah. "Tapi Ra—"
"Lama lo ah." Yejira merebut ponsel ku begitu saja membuat aku panik. "Sini gue bantuin."
"Ih, Ra! Balikin!!!" Seru ku seraya ingin meraih kembali benda persegi itu darinya. Namun nihil, Yejira malah semakin menjauhkan ponselnya. "Jiraaaa!!"
"Apa? Eh, halo?" Aku terdiam ketika Yejira mulai berbicara dengan orang yang ada di sambungan sana. "Ren, ini gue Jira! Ada yang kangen lo nih katanya, namanya— hmphh!"
"Halo??" Aku berlari menjauh dari Yejira ketika aku berhasil merebut kembali ponselku darinya. "Di?"
"Eh udah ganti orang ternyata."
Aku terdiam dengan kikuk, lalu memutuskan untuk duduk di kursi taman fakultas ku. "I- iya."
"Kangen ya?"
Pakai ditanya! Aku memutar irisku dengan malas. "Biasa aja."
"Ohh, yaudah. Aku tutup ya."
"Eh Di—" Ucapan ku tertahan di tenggorokan kala sambungan benar-benar terputus. Astaga, aku kira tadi hanya Rendi bercanda????
Aku menggigit keras bibirku, tidak. Tidak. Ini bukan waktunya untuk menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Merindu
FanfictionYejira Hanindia Nazilla (Jira) Yang suka pening kalau ngeliat Jeno keringetan abis manggung. Liyana Maharani Atmanegara (Lia) Gemes sama tingkah sok cuek dan gengsinya seorang Rendi. Athaya Sofia Clarine (Sofi) Paling tahan sama sikapnya Haris dan p...