3 | siapa?

332 54 10
                                    

"Sudah malam. Pulang yuk?" Fiona mengangkat suara.

Mereka bertujuh terlalu asik ngerjain tugas dan sesekali diiringi candaan dari Haikal, sampai-sampai mereka nggak sadar kalau matahari kini mulai terbenam.

"Ona bareng gue aja." Jeno mengambil jaket yang ada disebelahnya.

"Ayo." Jeno menggenggam tangan mungil milik Fiona.

"Kalian pulangnya jangan kemaleman ya. Terus pulangnya hati-hati, jangan ngebut." Fiona mengingatkan.

"Iya. Kalian berdua juga."

"Kita duluan ya." Fiona melambaikan tangannya ke arah teman-temannya.

Shaletta membalas lambaian tangan Fiona. Jeno dan Fiona mulai menghilang dari pandangan mereka berlima.

Jevan memandang pintu cafe dengan tatapan sendu. "Ona.. bakal baik-baik aja kan?"

Haikal, Reyga, dan Shaletta ikutan khawatir dengan keadaan Fiona. Juan menatap heran ke arah teman-temannya.

"Kenapa dengan Ona?"

"Lo tau kan Ona dan Ola itu keliatan banget berbeda. Ona itu selalu diperlakukan nggak adil dengan keluarganya. Ona dijadikan tameng untuk Ola, jadi kalau Ola berbuat masalah, maka Ona yang bakal tanggung semua itu. Tapi untungnya dia punya kakak yang sayang sama dia, kakaknya tau sifat busuk dari Ola. Dan, Ola itu selalu membuat Ona jelek dimata semua orang. Dan juga, untungnya kita tau sifat aslinya Ola." Haikal menerangkan.

Juan sedikit-sedikit mengetahui tentang Fiona. Juan mulai tertarik untuk masuk ke dalam kehidupan Fiona. Juan tersenyum samar.

**

"Makasih ya, Jen, sudah nganterin aku pulang." Fiona tersenyum.

"Santai aja, kayak sama siapa aja kamu." Jeno merapikan anak rambut Fiona.

"Aku masuk ya, Jen. Kamu pulangnya hati-hati ya, jangan ngebut."

"Iya, masuk gih." Fiona melambaikan tangannya, lalu perlahan Fiona mulai memudar dari pandangan Jeno.

"Semoga Ona nggak papa." Jeno merilih.

Fiona baru saja masuk ke dalam rumahnya, tapi tiba-tiba suara ayahnya menginterupsi pergerakannya

"Kenapa pulang?" Sarkas Kharel–Papi Fiona. "Saya kira kamu nggak bakal pulang."

"Maaf Pi, tadi Ona habis kerja kelompok."

"Nggak ada yang namanya kerja kelompok sampai jam segini!" Timpal Mami Fiona, Ashana.

"Aku beneran kerja kelompok, Mi." Suara Fiona melirih.

"Bohong tuh, Mi. Ola tadi ngeliat Kak Ona lagi main di Florist cafe." Fiola tersenyum remeh pada Fiona.

"Berani bohong ya kamu sekarang!" Ashana membentak.

Fiona menundukkan kepalanya guna menahan tangisannya.

"Nggak usah nangis." Balas Ashana. "Kamu tuh seharusnya belajar bukan keluyuran contoh tuh adik kamu, dia nggak keluyuran sampai jam segini."

"Maaf Mi, Ona nggak bakal ulangi lagi."

"Sana masuk ke dalam kamar kamu, jangan main hp lagi. Belajar!" Ashana memerintah. Fiola yang melihat itu, langsung memandang Fiona dengan tatapan mengejek.

Fiona pergi dari hadapan keluarganya dan dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Dada Fiona tiba-tiba sesak, dengan buru-buru Fiona membuka laci dan mengambil inhaler.

Perlahan-lahan nafas Fiona mulai membaik. Setelah itu, Fiona bangkit dari duduknya, dan dia masuk ke dalam kamar mandinya untuk membersihkan badannya yang lengket karena keringat.

Fiona berjalan mendekat ke arah meja belajarnya. Dia mengambil buku Fisika besok Fiona ada ulangan harian Fisika, jadi Fiona harus belajar agar bisa menjawab soal-soal untuk besok.

Tes tes

Fiona menunduk, dia melihat bukunya ternodai dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Buru-buru Fiona mengambil tisu yang ada disamping meja belajarnya, lalu dia menengadah ke atas agar darahnya berhenti keluar.

Fiona membuang tisu yang sudah dilumuri darah itu ke tong sampah. Dia menatap sendu ke arah tong sampah tersebut, banyak tisu bekas noda darah dari hidungnya.

Fiona kembali menundukkan kepalanya untuk melihat keadaan bukunya sekarang. Fiona berdecak pelan, dia bingung gimana caranya agar noda itu hilang dari bukunya.

Kepala Fiona tiba-tiba merasakan sakit, Fiona lupa meminum obatnya hari ini. Dia tadi cuma meminum satu obat saja. Fiona mendekati arah lacinya, dia mengambil dua butir pil dari dua botol yang berbeda.

Setelah merasa kepalanya tidak kembali merasakan nyeri, Fiona berjalan mendekat ke arah tong sampah yang penuh dengan tisu. Dia langsung mengikat plastik yang menempel di tong sampah tersebut, lalu dia mengeluarkan sampah itu dari tempatnya. Nggak lupa juga Fiona kembali memasang kantong plastik yang baru dengan warna hitam.

Fiona berjalan menuju keluar rumah untuk membuah sampah yang ada ditangannya. Baru saja dia melewati ruang keluarga yang disana terdapat kedua orang tuanya dan tentu saja saudara kembarnya, mereka seperti keluarga bahagia. Ashana yang melihat Fiona lewat di dekat mereka lantas dengan cepat dia memanggil nama Fiona.

"Ona." Fiona berbalik, dia menatap ibunya dengan kebingungan.

"Ada apa, Mi?"

"Itu, kamu sekalian buang sampah yang ada didapur. Tadi bibi lupa buang sampah."

Fiona tersenyum kecut. 'Apa yang kamu harapkan Ona?' Fiona menganggukkan kepalanya, lalu dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil sampah seperti apa yang diperintahkan oleh Ashana.

Bibi lewat di dekar Fiona. "Eh, Non Ona, jangan. Biar saya aja yang buang."

"Nggak usah, bi. Biar Ona aja, Ona juga mau buang sampah yang ada dikamar Ona."

"Duh, nggak usah Non. Biar saya aja."

"Ona aja, bi. Mending bibi bersihin yang lain aja, biar ini Ona yang buang keluar." Fiona langsung membawa kantong plastik yang berisi sampah itu keluar rumah lewat jalan belakang.

Setelah membuang, dia nggak sengaja melihat rumah tetangga yang sudah lama nggak ditempati oleh penghuninya. Dan, Fiona melihat lampu dari kamar yang dekat kamar Fiona nyala, dan juga ada mobil yang berada di depan rumah.

"Aneh. Apa mereka baru pindahan ya? Tapi kok aku nggak tau?" Fiona menggumam, lalu setelah itu dia kembali ke dalam rumah.

Fiona masuk kembali ke dalam kamarnya, sebelum merebahkan tubuhnya di kasur. Fiona pergi menuju kamar mandi untuk mencuci tangannya karena bekas memegang sampah tadi. Dan juga, dia menyikat giginya dan mencuci wajahnya.

Fiona keluar dari kamar mandi, dia terlihat lebih segar daripada sebelum tadi. Fiona tiba-tiba nggak merasa ngantuk lagi, jadi di memutuskan untuk memainkan gitar yang dia taruh di dekat sofa yang ada kamarnya.

Fiona memainkan gitar itu balkon kamarnya. Fiona mulai memainkan chord gitar, dia memainkan chord musik You Don't Know by Katelyn Tarver.

Perlahan-lahan air mata Fiona berjatuhan, dengan cepat Fiona mengusap pipinya dengan kasar.

Dan semua itu nggak luput dari pandangan seorang laki-laki diseberang sana. Dia hanyut dalam lagu yang dinyanyikan dengan Fiona. Dan, dia juga tau apa yang maksud dari lagu yang baru saja Fiona nyanyikan.

"Gue tau lo lagi nggak baik-baik aja. Siapapun itu lo, gue harap kita bisa menjadi lebih dekat." Laki-laki itu bergumam. Setelah itu dia menutup gorden balkonnya, lalu dia kembali masuk ke dalam kamarnya.


**

December 11th 2021 | 13.05

BushedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang