Pagi-pagi Fiola sudah merecoki acara tidur Fiona. Fiola daritadi menggedor-gedor pintu kamar Fiona.
"ONA! BUKA PINTUNYA!" Fiona yang baru saja terbangun, langsung terkejut mendengar suara sang adik memanggil namanya.
Fiona membuka pintu kamarnya, dia melihat wajah Fiola sudah berubah sangat masam. "Tugas gue yang kemaren gue suruh mana?"
Fiona berusaha mengingatnya, akhir-akhir ini Fiona sering lupa dengan hal-hal yang dia lakukan.
"Heh! Malah bengong. Sudah apa belum?!"
"Kayaknya sudah. Coba kamu cek dimeja aku." Fiola langsung menyelonong masuk ke dalam.
Setelah mendapatkan bukunya, Fiola langsung pergi meninggalkan kamar Fiona. Fiona menghela napas melihat kelakuan kembarannya itu. Hari ini akhir pekan, dan Fiona berencana untuk membantu-bantu di cafe-nya.
Fiona bergegas untuk mempersiapkan diri pergi ke cafe-nya. Butuh waktu 15 menit untuk menyelesaikan semuanya. Fiona memakai pakaian yang sederhana, dia hanya memakai kaos putih, celana kulot jeans, dan sneakers putih.
Fiona menuruni anak tangga, dia melihat keluarganya tengah sarapan pagi bersama. Mereka acuh tak acuh dengan kehadiran Fiona. Fiona tersenyum kecut, lalu dia mendekati sang ibu di meja makan.
"Mi, Ona pergi dulu ya."
Ashana menyahuti dengan acuh. "Mau kemana kamu? Weekend itu seharusnya dirumah aja, bersih-bersih rumah. Bukan keliaran."
"Ada urusan, Mi."
"Halah, urusan kamu paling main."
Arkana menegur sang ibu. "Mi, biarin Ona pergi. Jarang-jarang dia pergi."
"Ya sudah, sana pergi. Pulang jangan kemaleman, pulang lebih dari jam 9, tidur di luar."
Fiona tersenyum. "Baik, Mi."
Setelah berpamitan dengan orang rumah, Fiona segera keluar dari rumahnya. Jeffrey yang kebetulan baru saja keluar dari rumahnya, dan dia berniat untuk jalan-jalan santai. Dia melihat Fiona tengah berjalan kaki dengan pakaian yang lumayan rapi.
"Woy tetangga!" Langkah kaki Fiona berhenti, dia membalikkan badannya ke belakang.
"Mau kemana lo?" Jeffrey menghampiri Fiona.
"Kok, kamu kepo?"
"Yeu, gue nggak kepo. Cuma sedikit penasaran aja." Jeffrey menyengir.
Fiona menghela napas. "Aku mau cafe, kenapa? Mau ikut?"
Jeffrey menaikkan satu alisnya. "Boleh?"
"Kalau nggak boleh, ngapain aku nawarin ke kamu."
Jeffrey kembali menyengir, lalu dia menarik pelan tangan Fiona. "Lepas, Jeff. Nggak enak diliat orang."
Jeffrey mengangkat bahunya. "I don't care. Peduli amat sama orang lain."
Fiona memelas. "Jeff.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bushed
FanfictionTentang kehidupan Fiona Adhyastha dan penderitaannya ┈┈┈┈┈┈┈❆❆❆