14 | deep talk

178 39 14
                                    

Jeffrey menunggu kedatangan Fiona di depan pagar rumah milik Adhyastha. Jeffrey gelisah, dia takut terjadi apa-apa pada Fiona setelah Fiona mengechat-nya tadi.

Motor Juan berhenti di depan pagar Fiona. Saat Fiona baru turun dari motor, Jeffrey langsung mendekati Fiona.

"Tangan sama kaki lo kenapa?" Jeffrey berujar dengan nada khawatir.

"Nggak papa. Tadi cuma kecelakaan dikit."

Jeffrey menatap Fiona dengan sedikit curiga. "Tadi lo ke rumah, Juan?"

Fiona mengangguk.

"Thanks, Ju sudah jagain Ona."

"My pleasure, Ona juga sahabat gue." Juan tersenyum kecil.

"Makasih, Ju, sudah nganterin aku."

"Nggak masalah. Kalau ada apa-apa chat gue ya." Juan mengusap rambut Fiona.

"Gue balik dulu." Juan pergi meninggalkan pekarangan rumah Fiona.

"Lo beneran nggak papa?"

"Iya, Jeff. Aku nggak papa."

"Masuk sana. Takut ortu lo marah."

Fiona mengangguk. "Makasih sudah khawatir sama aku." Fiona tersenyum.

Jeffrey membalasnya dengan senyuman. "Masuk gih."

"Aku masuk dulu ya. Selamat malam."

Fiona memasuki pekarangan rumahnya dengan jalan sedikit pincang. Baru saja hendak menaikki anak tangga, langkahnya terhenti saat sang ibu memanggil namanya.

"Fiona."

Fiona membalikkan badannya menghadap ke arah keluarganya-tanpa Arkana-yang sedang berada di ruang keluarga.

"Sini kamu!"

"Ada apa, Mi?" Fiona berjalan mendekat ke arah ibunya.

Ashana tiba-tiba menampar pipi Fiona dengan sangar keras. Suara aduan tangan Ashana dengan pipi Fiona terdengar sangat jelas di telinga mereka.

"KAMU APAIN ANAK SAYA?!"

"A-aku nggak ngapa-ngapain Ola, Mi..." Fiona berujar dengan lirih

"NGGAK DI APA-APAIN APANYA?! INI KENAPA LECET-LECET SEMUA BADAN ANAK SAYA?!"

"Ola tadi hampir keserempet, Mi..."

"Halah. Emang kamu pembawa sial, jauh-jauh kamu dari Ola. Dasar anak nggak tau diri!"

Dada Fiona terasa sangat sakit. Dengan cepat Fiona berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Tanpa pergi mengganti baju, Fiona pergi ke arah balkon untuk menenangkan dirinya. Fiona duduk di kursi yang ada di atas balkon, dia mengangkat kedua kakinya dan di tekuk. Fiona menenggelamkan kepalanya di antara kedua kakinya yang dia tekuk.

Tubuh Fiona bergetar hebat karena tangisannya. Jeffrey yang kebetulan baru saja keluar juga dari balkonnya, melihat tubuh Fiona sedang bergetar.

Jeffrey melompati pagar balkonnya ke arah balkon kamar Fiona. Dia langsung memeluk tubuh Fiona. Fiona tambah sesenggukan saat Jeffrey memeluk dirinya.

"Nggak papa. Keluarin semuanya, ada gue disini."

"Jeff... hiks-"

"Udah, nangis aja dulu." Jeffrey mengelus punggung Fiona.

BushedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang