1. Jisung Sakit

535 37 0
                                    

"Ceritakan tentang dirimu Jaem! Maaf aku tidak bisa mengingatmu"

Sekarang mereka sedang berada di kamar Jeno, lebih tepatnya Jeno yang memaksa Jaemin. Jaemin pun mengiyakan saja.

"Aku lahir di Seoul, 13 Agustus. Umurku dan Jisung terpaut 2 tahun."

Jeno menaikkan alisnya. "Hanya itu? Dingin sekali kau" ujarnya. Jaemin mengendikkan bahunya. "Memang" balas Jaemin singkat. Jeno menghela nafas.

"Aku ke toilet dahulu"

Jaemin menyusuri meja belajar Jeno selama pemiliknya di toilet. Lebih tepatnya ke buku buku pelajarannya. Perlahan Jaemin membuka buku itu dan mencoba memahami materinya. Beruntung Jaemin memiliki otak yang jenius, jadi ia cepat memahami dan bisa membantu Jeno dalam mengerjakan soal soal nya.

"Wah, kau paham?! Bantu aku ya?"
Jaemin terkejut. Sejak kapan Jeno dibelakangnya? Jeno pun yang tanggap dengan keterkejutan Jaemin pun hanya tertawa.

"Kau tetap saja menyebalkan Jen! Kakak macam apa kau ini.." lirih Jaemin keceplosan. "Kakak? Bukannya kau seorang kakak?" Tanya Jeno. "Kau lebih tua Jen, tentu disini kau kakakku. Kita mengenal sudah lama, jika kau mau tau" ujar Jaemin membela diri, sebenarnya hanya menutupi keceplosannya. Beruntung Jaemin dapat berbicara dengan baik.
Dengan telaten Jaemin mengajari Jeno setiap materi agar ia paham.

"Kenapa susah sekali?!"

"Tidak susah Jen, hanya saja ini bukan bidangmu"

"Lalu?"

"Na Jaemin akan selalu unggul dari Lee Jeno di bidang pelajaran, namun Lee Jeno akan selalu unggul dari Na Jaemin di bidang fisik. Itu mutlak. Dari lahir"

"Benarkah?"

"Kau tentu tidak ingat kan? Makanya biar aku meningatkanmu. Jangan dipaksa. Nanti kepalamu sakit. Aku mengatakan itu sebagai kata kata motivasi"

Jeno mengangguk. "Kau kenapa tidak pernah mengunjungi kami di Kanada?" Tubuh Jaemin seketika menegang. "Aku harus menjaga Jisung dan sekolah" balasnya berusaha tenang. "Orang tua mu? Aku punya paman dan bibi, kan?"

Jaemin POV
Aku berusaha menahan tangisku. Aku tidak ingin terlihat lemah. Namun tetap, membayangkan ayah kandungku terlibat hal yang sama dengan kakak kandungku, itu menyakitkan. "Ayah.. kecelakaan 10 tahun yang lalu. Ibuku.. entah kemana" bohong. Ibu ku adalah ibumu, hyung. Ah, aku rindu memanggilmu hyung. "Ah, maaf, aku tidak tahu" balas Jeno menunduk. "Tentu tidak, ayah meninggal saat kau di Kanada, bahkan bibi saja tidak tahu ayah meninggal. Keluargaku memang tidak memberi tahu keluargamu. Pemakaman kami lakukan secara tertutup" balasku asal. Biar dia tidak curiga tentunya.

"Na"

"Hm?"

"Bantu aku mendapat ingatanku lagi.. aku rasa aku melupakan seseorang tapi aku tidak tahu siapa. Bantu aku"

"Apa aku perlu ijin bibi untuk membawamu keluar besok? Kau perlu bertemu seseorang.. bukan 2 orang"

"Siapa?"

"Sahabat kita di masa lalu.. aku perlu mencari mereka dahulu. Sudah lama aku tidak bertemu mereka"

___

"Pagi sekali kamu pergi Jaem?" tanya papa padaku, papa Donghae. "Ah itu pa, Jisung harus sekolah. Aku belum menyiapkan bekalnya dan segala macam" balasku. "Calm down, Jaem, sudah disiapkan mama. Jisung nanti juga akan diantar supir. Kau tenang saja, mending membangunkan Jeno untuk sarapan" ujar Mark hyung menepuk bahuku. "Bentar Jaem. Kau masih bekerja?" Tanya papa lagi. Aku menangguk. Sepertinya mama sudah cerita tentang perekonomianku.
"Tinggal lah disini saja, ke sekolah bersama Jeno, Jisung juga boleh. Kau tanggung jawab kami sekarang. Kau masih memiliki hak asuh dari ibumu. Rumah juga akan semakin ramai dengan kedatangan kalian. Papa tidak menerima penolakan. Kau akan mulai sekolah di sekolah yang sama seperti Jeno. Papa mohon" pinta papa Donghae. Sial. "B-bukankah lebih baik Jaemin hidup bersama Jisung berdua? Tidak masalah Jaemin tidak sekolah" balasku. "Please Jaem, take it. Your my brother now" pinta Mark hyung. "B-baiklah" balasku pasrah. Papa dan Mark hyung terlihat senang, sangat senang.

Jumeaux • njm ft. ljn ✓Where stories live. Discover now