Diwajibkan kalian nonton Trailernya Film "Untuk Angeline" sebelum kalian baca part ini. Cuma bentar kok di Youtube. Pliss, Tonton yaa. Bagi yg sudah nonton, silahkan langsung baca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semua keadaan yang sebelumnya kurang baik, akhirnya dapat terjalin lagi dengan baik, walau membutuhkan banyak waktu. Kini sudah sekitar satu bulan sejak kejadian dimana Eunha mamarahi Umji dan mendiamkannya cukup lama.
Tetapi tak semuanya berjalan dengan baik bagi nasib seorang anak kecil seperti Jung Hana, kehidupan pan yang ia jalani sangat tidaklah baik untuknya. Sejak kepulangan Eunha ke Asrama, dirinya harus menerima hukuman yang tidak wajar, hanya karena sebelumnya ia tak memimta uang kepada Eunha.
Sebelum kedatangan Eunha, Hana dipaksa oleh Bibi nya untuk meminta Uang, karena Uang sang Bibi sudah mulai menipis karena sering dipakai untuk berbelanja
.
.
.
.
Seperti hari biasanya, Hana harus menahan lapar setiap harinya, terkadang ia juga harus menerima luka pada tubuhnya disaat ia tak mengerjakan tugas rumah dengan benar. Hal yang terlihat baik, namun sesungguhnya tidak, itu didapat oleh Hana saat setiap hari ia harus meminum susu yang dibuat oleh Bibinya.
Diam-diam sang Bibi menaruh racun kedalam susu tersebut, Bibi Eunha memiliki dendam tersendiri kepada Adiknya yaitu Eomma Eunha yang kini ia balaskan pada keponakannya.
Kematian suaminya yang membuat ini terjadi. Ia ingin membalaskan dendam suaminya, walau tak bisa membunuh adiknya yaitu Ibu Eunha, setidaknya ia bisa membunuh keponakannya itu secara perlahan.
Siang ini Hana barus aja selesai mengambil jemuran dan menyetrikanya. Dengan santai dan tenang, Hana menyetrika pakaian dengan hati-hati. Hingga beberapa menit kemudian ia sudah mulai kelelahan dan tubuhnya berkeringat karena panas yang ditimbulkan daei setrika tersebut. Tiba-tiba Bibinya memanggilnya dengan kencang.
" JUNG HANA KEMARILAH !" Hana yang mendengar panggilan itu terpaksa berlari pergi menuju suara tadi, namun diperjalanan kakinya sempat tergelincir karena ia lupa lantai belum kering setelah ia pel tadi.
"Au...ish Hana Pabbo-ya, sakitt, ah aku harus cepat." kata Hana pada dirinya sendiri. Kemudian dengan jalan yang terseok ia menuju ruang tengah dimana biasanya Nata sedang bermain dan Bibinya sedang menonton acara di Televisi.
"A...ada apa Imo ?" tanya Hana gugup.
"Kau lihat ini ! Lihat !" bentak Bibi Hana sambil menunjuk luka memar pada kedua lutut Nata.
"Kau tahu Nata terluka karena apa ? Karena lantainya licin ! Kalau kau bekerja itu diselesaikan dengan baik !" bentak Bibi Hana yang membuat Hana hanya bisa menunduk menyembunyikan wajahnya yang kini sudah berlinang air mata.
"I...itu bukan sa...salah Hana, ba...bahkan Hana juga tahu kalau Nata Eonnie melihat Hana sewaktu mengepel tadi hiks...." jelas Hana sambil terbata, ia mengingat jelas bagaimana Nata tadi mengotori lantai berkali-kali yang membuat dirinya harus membersihkan lantai berulang kali juga karena ulah Nata. Bahkan Hana menahan mati-matian agar tubuhnya itu kuat untuk melakukan pekerjaan rumah setiap harinya. Kemarin tubuhnya baru menerima hukuman cambuk dari bibinya dan itu belum sembuh hingga sekarang.
"Jelas-jelas semua itu salahmu ! Masih saja mengelak, dasar anak Haram !" teriak Bibi hanya dengan penuh amarah. Namun tiba-tiba saja Bibi Hana itu langsung berjalan menuju ruang pakaian karena ia mencium bau gosong.
"JUNG HANA DASAR KAU ANAK TAK TAHU DIRI !" teriakan dan amarah menjadi satu, membuat Hana terkejut bahwa ia tadi melupakan satu pakaian milik Bibinya yang sedang ia setrika.
"I...imo Mianhae hiks...Mianhae." isak Hana disaat ia berdiri didepan Imonya. Dengan wajah merah padam dan penuh amarah, sang Bibi langsung menarik rambut Hana kasad, bahkan ada beberapa helai yang terlepas dari kepala Hana, dan itu membuat Hana sangat kesakitan. Sungguh luka cambukan dipuggung dan paha nya belum sembuh, ditambah fisiknya yang sudah mulai melemah karena racum dari bibinya, bahkan kini kakinya sangat lemas karena menahan sakit saat ia terjatuh tadi.
"I...imo ini sa...sakit hiks." rintih Hana dengan nada kesakitan.
"Apa kau tahu harga baju ini hah ? Bahkan harga dirimu tak akan mampu membeli baju ini !" kata Bibi Hana sambil mencengkram kuat dagu milik Hana dengan tangan kanannya.
"I...imoo Mianhae...hiks hiks." tangis Hana dengan penuh kesakitan.
"Aku tak peduli padamu! Kau itu hanya pembawa sial ! Dasar anak Haram ! Lebih baik kau mati saja daripada merepotkanku setiap hari !" teriak Bibi Hana sambil menyeret Hana kebelakang, tepatnya didalam Gudang dan menghukum Hana seperti biasanya, namun kali ini lebih terkesan seperti penyiksaan.
Hana gadis kecil yang tak tahu apa-apa dan tubuhnya yang lemah itu tak mampu melawan beberapa pukulan kayu yang dilemparkan Bibinya pada tubuh kecil dan lemah miliknya. Darah mengalir tiada henti dari tubuhnya, samar-samar ia mendengar tawa puas dari mulut Bibinya itu, lalu keluar dari gudang dan menguncinya dalam cahaya yang minim.
"Hana lelah...Ha...hana ingin pergi da...dari sini uhuk...uhukk." lirih Hana terdengar menyayat hati karena tubuhnya sudah seperti tak berbentuk lagi, darah dari tubuhnya sudah mewarnai baju dan kulit putihnya.
Samar-samar ia menyadari ada yang menemuinya, "Uhukk...uhuk Fe...felicia Eon...nie uhukk. Gomawo." lalu penglihatan Hana mulai memburam dan ia kehilangan kesadaranya. Tak berselang lama keluarlah busa putih dari mulut Hana setelah beberapa kali ia memuntahkan darah dari dalam mulutnya.
Aku nangis dong waktu nulis ini, keinget dunia nyata sama Film Broken Home yang pernah aku tonton.
Sabtu, 12 September 2020
Jangan lupa Tekan Vote dan Komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
BYE Eunha Eonnie [Eunha & Gfriend FF By.wyohana406]
Fanfiction[ END ] Start : Kamis, 13 Agustus 2020 Finish : Selasa, 15 Oktober 2020 Just Short Story about Eunha Gfriend. Fanfiction by wyohana406 "Aku tahu Eonnie sibuk. Tetapi aku juga takut. Mereka menyeramkan. Eonnie aku sangat menyayangimu. Bila kita tak...