Ara tersenyum melihat putri kesayangannya yang tengah tertawa bahagia bersama Ari.
Ara sangat bersyukur, Ari dan keluarganya tidak pernah mempermasalahkan dirinya maupun putrinya Nara, mereka sangat menyayangi dirinya dan Nara.
Langkah kaki ara mengayun menghampiri Ari dan purtinya yang tengah asik bermain di halaman rumahnya, langit sudah menampilkan warna jingganya pertanda malam akan segera tiba.
Ara bersedekah dan menggelengkan kepalanya, kelakuan ayah dan anak ini benar benar membuatnya hampir putus asa.
"Baik lah baiklah, sekarang saatnya tuan putri kita mandi," Ara menggenggam tangan purtinya dan melangkah meninggalkan Ari.
Ari menyusul dan menggenggam sebelah tangan Naraa yang satunya.
Malam pun tiba, sekarang sudah pukul 10:23 malam, namun Ara masih tetap tidak bisa memejamkan matanya, ucapan Inna seminggu yang lalu saat mereka liburan ke pantai masih terngiang di pikirannya.
"Bell," Ari memanggil Ara yang tampak melamun. Ara mengalihkan perhatiannya memandang pada Ari yang setia mengelus punggung putrinya yang tidur di tengah mereka.
Posisinya Nara memeluk Ari bagai guling, ini sudah jadi kebiasaan putrinya sejak kecil. ya, sejak kecil Nara memang tidur di tengah tengah mereka.
"Apa?" Ara mengerutkan keningnya ketika Ari tak kian menjawab.
Ari berdehem dan menatap ke langit langit kamar mereka yang di hias bintang dan bulan seperti galaksi.
"Sepertinya kita harus pindah ke Indonesia untuk beberapa saat," Ari menghela nafasnya "perusahaan yang ada di sana mengalami sedikit masalah, aku ingin turun tangan langsung untuk memantaunya," lirihnya.
Ara terdiam dan tersenyum setelahnya "lalu?" tanyanya.
"Kau tidak keberatan?"
Ara menggeleng dan tersenyum aneh ke arah Ari, Ari menghela nafasnya "kau bisa tetap disini bell, tidak perlu ikut ke Indonesia," Ari tersenyum dan membelai rambut Ara.
Ara menggeleng, "sampai kapan aku jadi burung dalam sangkar terus karna takut bertemu mereka, aku sudah dewasa, sudah hampir menginjak kepala tiga, sudah saatnya mereka melihat ku sebagai Bella,"
"Terserah mu saja, tidurlah," Ara lebih menempelkan tubuhnya dan Ari mengelus kepalanya.
Ari beralih menatap Nara "putri kecil papa sudah semakin besar," kekehnya.
Hanya satu harapannya, dia tidak ingin Ara dan naranya mengingat luka lama. begini cukup, meskipun Ari akan mengabdi selama seumur hidupnya untuk behagiaan sahabat sekaligus istrinya dan putri kesayangannya.
Sementara di posisi lain, tubuh ana memberikan reaksi, matanya terbuka perlahan dan menjelajahi ruang rawatnya, dapat ana lihat Rian yang terbaring di sampingnya sembari menggenggam tangannya.
Ana melepas genggaman tangan Rian dan beralih mengelus kepalanya. Rian yang merasa terusik pun mengangkat wajahnya dan mengedip kan matanya beberapa kali dan tersenyum kecil.
"Ada yang sakit?" Ana menggeleng dan tersenyum sendu.
"Aku hanya ingin bertemu Ara," lirihnya. Rian terdiam dan menatap kosong, sudah delapan tahun berlalu, namun jika mendengar nama Ara ataupun hal hal yang bersangkutan dengan Ara, penyesalan dan rasa sesak masih saja menghampirinya.
Rasanya.... Ntahlah.
Rian tersenyum kecil dan menggenggam tangan mungil ana yang mengurus, "kita akan menemukannya, kita akan bertemu dia lagi, aku janji," Rian mengecup lama punggung tangan ana.
"Kita terlalu menyakitinya," ana terisak, Rian bangkit dan memeluknya.
"Bukan kita, tapi hanya aku," Rian berusaha menenangkan ana.
Merasa tidak ada lagi pergerakan dan tangisan, Rian terdiam dan gelisah, "na..." Panggilnya "Ana..." Panggilnya lagi.
Ananya tertidur.
Syukurlah, pikirannya sudah melayang tadi.
Ketakutan sudah sangat mendominasi.
Rian meletakan ana dan membenarkan posisi tidurnya lalu bangkit dan duduk di sofa yang ada di ruangan rawat ana.
Rian mengambil benda pipih yang terletak di meja yang ada di hadapannya dan mengetikan pin untuk membuka benda pipih itu agar menampilkan layar aplikasinya.
Rian berlanjut membuka galery dan melihat sebuah Poto.
Ya, Poto sebuah tulisan yang di kirimkan Ara padanya.
Tulisan itu adalah sebuah lirik lagu India yang di tuliskan arabellanya.
Lagu yang artinya,
Baiklah aku terima kau tak lagi mencintaiku, kau tak merindukan ku dan aku tak merindukan mu.Rian tersenyum tipis, dia sadar dia telah jadi peran paling jahat dalam kehidupan Ara, mengambil kesuciannya dan meninggalkannya untuk menikahi kakaknya ana.
Rian memang brengsek.
Bajingan!
Di manapun Ara berada sekarang, Rian berharap Ara baik baik saja, Rian berharap Ara bisa melupakannya dan mencari kebahagiaanya sendiri.
Tapi,
Rian sangat ingin bertemu Ara.
Meminta maaf,
Dan,
Melupakan masa lalu, dan luka lama.
Rian tau itu pasti sangat sulit bagi Ara, terlebih Ara sangatlah mencintainya, namun apa boleh buat, sekarang Rian telah hidup bahagia bersama ana.
Ananda nuela nya.
Wanita yang sudah lama ia puja puja, wanita yang selalu menolaknya dan mengatakan hanya menganggapnya sebatas teman, namun sekarang? Ana adalah istrinya, cintanya.
"Ara... Maafkan kakak," Rian segera berpindah dan menggenggam tangan ana, hatinya berkecambuk.
"Ara, maafkan kakak, hag," mata ana terbuka dan dia membusungkan dadanya tiba tiba, ananya terlihat kesusahan bernafas dan air mata terus mengalir dari kedua matanya.
Rian pun ikut menangis, sudah kehilangan anaknya untuk yang kedua kalinya, akankah tuhan juga akan mengambil istrinya? Akankah tuhan akan memberinya penderitaan dan karma?
Sekejam itukah tuhan?
Rian bergegas memencet tombol darurat yang ada di sisi kanan ranjang ana, dokter dan suster datang tergopoh dan memeriksa kondisi ana.
Rian menggeleng menampik semua pemikiran yang ada di otaknya.
Tuhan baik, tidak mungkin membuatnya kehilangan lagi kan?
Rian meyakinkan dirinya.
hello hii bye bye...
Apa kabar semua, maaf telat update, lagi sibuk sibuknya kursus😅
Gimana nih?
Kita ketemuan gak, Rian sama aranya?
Menurut kalian, Ara cocoknya sama siapa?
Rian dan Ara?
Atau...
Bella dan Ando?
Hayyoooo....
???
Thanks for reading...
Jangan lupa vote komen dan follow aku ya😅
Rabu,09 September 2020.
12:07
Kuala, Langkat, north Sumatra.A Story' by:
Amita's sibreta.Love u............
Luv mita's♥️💙🤗🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Innara
Romancebagaimana tanggapan mu mengenai sosok yang berusaha menghidupkan cinta mu yang sudah basi? sosok yang membuat mu membenci segalanya tentang hidup mu di masa lalu mu, sosok yang membuat mu ingin mati dan bertahan hidup bersamaan? hidup memang begit...