7.Innara latersia.

49 7 1
                                    

Bella tersenyum melihat sepasang anak yang bermain di tengah terik panasnya matahari di tepi pantai, ara merasa sangat bahagia sekarang.

"Nara,Diky! Udah mainnya, sekarang kita makan dulu!" Inna berteriak memanggil dua bocah kecil yang tengah asik bermain.

Nara berlari menghampiri Bella sambil memperlihatkan senyuman yang merekah di wajahnya.

"Sayang mama," ucapnya sambil  mancium kedua pipi bella

"Papa ngga nih?" Ari menghampiri bella dan Nara sembari menunjuk pipi kanannya.

Nara menggeleng dan membekap mulutnya sediri sembari tersenyum "no, no, no, papa jelek," Nara menjulurkan lidahnya lalu pergi menghampiri Inna dan keluarga kecilnya.

Ya, delapan tahun yang lalu.

Seminggu setelah Bella tinggal di kediaman keluarga Ari yang ada di Singapore, bella jatuh pingsan dan membuat panik sekeluarga, dokter menyatakan bahwa Bella positif hamil dua Minggu.

Ari marah, tentu saja, bagaimana bisa Bellanya menjadi gadis bodoh hanya karena cinta, buta!

Namun, terlebih dari kemarahannya Ari lebih merasa iba, tubuh Bella yang kurus lebih mengurus. Kantung matanya lebih terlihat dan tatapannya selalu kosong.

Akhirnya papa dan mama Ari mengusulkan agar Ari menikahi bella dan menjadi ayah untuk anaknya.

Berbulan bulan Ari berusaha membuat Bellanya kembali ceria, namun tetap saja nihil, kabar hamilnya membuatnya lebih down dan stuck pada masa lalunya.

Namun, sejak lahirnya Nara, bella kembali mendapatkan gairah hidupnya "aku harus berjuang demi putriku," itulah kata kata yang menjadi motivasi hidupnya.

INNARA LATERSIA, innara singkatan dari nama Inna dan Ara, Inna mengetahui semuanya seminggu setelah terungkapnya kehamilan Bella.

Inna sangat marah dan berniat menghampiri dan bahkan membunuh kakaknya, ia membenci kakaknya yang telah tega mengkhianati sahabatnya terlebih menghancurkan kehidupan sahabatnya.

Bagaimana kakaknya Rian bisa sejahat itu kepada Arabella? Tidakkah Rian berpikir bahwa adiknya juga wanita? Bagaimana jika Inna juga mengalami hal yang sama seperti yang di alami Arabella?

Inna terus menangis dan menggunakan maaf pada Arabella atas segala kesalahan kakaknya, bahkan pada hari pernikahan kakaknya pun Inna tak berniat hadir guna menampilkan muka saja, Inna terlalu muak melihat wajah Rian dan ana.

Hingga saat ini pun hubungannya dengan rian tetap seperti orang asing, padahal ia telah menikah dan telah di karuniai satu anak, hampir dua malahan.

Yaps, Inna sedang mengandung anak keduanya, alasan sekarang mereka ada di pantai ini hanya karna keinginan Inna untuk baby moon bersama keluarga kecil bella dan Ari.

"Bell, skuy keliling pantai," Inna datang dan menarik tangan bella secara tiba tiba.

Ari menggeleng melihat tingkah laku Inna, Ari menghampiri Samuel suami Inna "ngidam apa sih mama Lo, kok bisa punya istri model begituan," Samuel terkekeh dan tmwngulum senyumnya.

"Jangan jelek jelekin istri gue, mau gue gampar Lo? Gitu gitu kesayangan gue," kekehnya.

Samuel dan Ari pun sudah jadi sangat dekat, kedekatan istri mereka juga membuat mereka kian seperti sahabatan.

Menjadi tempat curhat setiap mendapat masalah, baik masalah bisnis maupun masalah keluarga, bedanya, Samuel itu bucinnya Inna.

Mereka berjalan di posisi paling belakang.

"Nara tau gak? Diky mau punya dedeo bayi," Diki terlihat sangat antusias.

"Bentar lagi dedek bayinya bakalan keluar dari perut besar mama," kekehnya.

"Nara juga mau punya adik," keluh Nara.

"Yaudah, Nara minta aja ke papa Ando," usul Diky pada Nara.

Dengan antusias Nara berputar arah ke belakang dan menghampiri papanya, Diky mengikuti langkah Nara dan menghampiri papanya juga.

"Papa!" seru Nara, Ari mengalihkan pandang dan menatap pada putrinya.
Nara merentangkan tangannya meminta gendong pada papanya.

Meski sudah berumur tujuh tahun, tapi tetap saja Nara sangat manja pada Ando.

Dengan sigap Ando berjongkok dan menggendong Ara, "Diky juga mau," adu Diky pada samuel.

"Tadi Diky bilang dia mau punya adik," Ari mengangguk dan tersenyum mengiyakan.

"Nara juga mau punya adik pa, kata Diky itu, adik bakalan jadi teman main kita, Nara juga mau punya adik," Nara mulai mengadu sembari meminta.

Ari terdiam dan mengelus kepala putrinya, "Nara kan udah punya banyak temen," Nara menggeleng dan tersenyum.

"Tapi tetep aja pa, Nara pengen punya dedek bayi biar sama sama Diky," Nara mulai merengek.

Samuel menghela nafasnya kasar, anaknya memang raja hasut!

"Adiknya Diky kan adiknya Nara juga" Samuel mencoba membujuk nara.

"Papa Samuel sama mama Inna kan orang tuanya Nara juga, jadi dedek bayinya nanti adiknya Nara juga," Samuel memberi pengertian pada Nara.

Diky hendak membuka mulutnya, dengan sigap Samuel menutup mulut putra kecilnya itu, sumpah demi apapun! Diky memang seperti Inna ibunya, hoby menghasut!

Samuel memberi peringatan tegas kepada bocah berusia enam tahun itu, "jangan bicara yang aneh aneh ky, inget kata papa," peringat Samuel jelas.

Lama berjalan mengitari pantai membuat Inna dan Bella kelelahan, apalagi di tengah kondisi Inna yang tengah berbadan dua.

"Lo tau bell, kemarin gue dapet kabar," bella menggeleng dan mengamati sekitarannya.

"Katanya kak ana sakit, kemarin kak ana keguguran dan pendarahan," sebenci apapun Inna pada ana, tetap saja ia merasa Bella berhak tau tentang kodisi kakaknya.

Bella terdiam dan menatap lurus. ntahlah, mengingat masa lalu hanya akan membuat kehidupannya tidak tenang.

"Dia terus terusan nangis sambil nyari nyari elo bell," lirihnya.

Entah hormon kehamilannya atau memang dia sedih melihat Bella, inna menangis dan memeluk sahabatnya.

Bella balas memeluk inna "kok jadi elu yang nangis sih na, perasaan ini kisah gue deh," kekehnya.

"Gue gak kebayang aja, sesedih apa penderitaan Lo dulu, untung Ari sosok yang baik dan sayang sama elu juga Nara, kalau ngga, gue gak tau lagi Mau gimana," Inna melepas pelukannya sambil melambai ke arah Samuel dan Ari.

"Bagaimana keadaanya dokter?" Rian menatap penuh harap pada dokter yang memeriksa keadaan ana.

Dokter menggeleng lemah "Tidak ada perkembangan," saut dokter bername tag Rena alesa.

Rian menatap nanar pada sosok wanita berkulit pucat yang tengah terbaring lemah. Ananya sedang berjuang melawan maut dan penyesalan.

Penyesalan akan kesalahannya mereka delapan tahun yang lalu.

Kesalahan yang membuat Arabella pergi dan tak di ketahui dimana keberadaanya.

Rian pun sama menyesalnya, dia merasa menjadi lelaki bajingan yang tak punya harga diri.

Seandainya waktu dapat diputar.




Hello hii bye bye...
Selamat malam reader akuh🤗

Satu kata buat Rian dong

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Jangan lupa follow, vote dan komennya ya🙃 luvvv u💙

Minggu, 06 September 2020
20:50
Kuala, Langkat, Sumut.

A Story' by : Amita's sibreta.

Love love buat kalian💙 selamat terlelap dan semangat buat menjalani kehidupan.

Salam satu hati♥️

InnaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang