Enam Belas

918 116 11
                                    

Perth pulang kerumahnya setelah berganti pakaian di apartemen. Penampilan dan suasana hatinya sedang bagus namun jatuh begitu saja begitu melihat kakek dan neneknya sudah menunggu dirinya. Perth tidak ada masalah pada neneknya, tapi pada kakeknya yang sedang mencoba mengintimidasinya itu.

Ia memberi salam pada sang nenek dan ibunya dan ingin segera pergi ke kamar nya tapi lelaki tua itu memanggilnya dengan suara dingin.

"Kau tidak sopan Perth, meninggalkan tunanganmu begitu saja. Siapa yang mengajarkan mu berlaku seperti itu."

"Kakek bercanda! Dia bukan tunangan ku! Berhenti mengurusi kehidupan pribadiku, kau kira siapa dirimu!"

"Perth!"

"Jangan mengatakan hal yang bisa membangkitkan amarahku. Kau harus mengikuti apa yang kukatakan atau kau ingin kekasih lelakimu itu ku singkirkan?"

"Jangan pernah bermimpi bisa menyentuhnya seujung jari pun! Aku akan membunuhku jika hal itu terjadi, ingat itu kakek!"

Ibu Perth tak mengira anaknya akan berani melawan sang kakek sampai seperti ini. Baru kali ini ia melihat sang putra nya itu berteriak kencang pada mertuanya.

"Ayah.. Kurasa Perth memang tidak bisa menerima ini, ku mohon jangan memaksanya.."

"Aku setuju, kau membuat cucu kesayangan ku murka seperti itu dan mengancam menggunakan kekasihnya. Kau keterlaluan."

Wanita tua yang masih terlihat cantik itu juga sangat menentang kemauan suaminya. Ia mengira jika Perth tidak memiki kekasih saat ini ia setuju saja saat cucunya itu akan dijodohkan. Tapi melihat bagaimana kukuhnya Perth bertahan pada pria yang sedang dikencaninya membuat sang nenek tak tega untuk memisahkan mereka. Ia akan sangat jelas menolak pertunangan ini daripada melihat cucunya tidak bahagia.

"Plum.. Antar aku ke ruangan Perth."

Kedua wanita itu pergi meninggalkan lelaki tua yang masih duduk sambil meminum kopi hitamnya. Ia masih bertahan pada pilihannya untuk menikahkan Perth dengan seseorang yang setara dengan mereka. Bukan dengan lelaki yang sudah tidak punya ayah dan ibunya yang bahkan hanya punya toko kue. Tidak ada yang bisa dibuat bisnis dengan orang seperti mereka.

.
.
.

Saint bangun jam 9 malam dan mendapati rumahnya gelap gulita. Ia tertidur setelah Perth pergi sekitar jam 4 tadi. Tubuhnya terasa sangat lelah dan perutnya kelaparan, ia baru ingat tidak ada makanan yang masuk selain sarapan tadi. Setelah mengumpulkan tenaga Saint segera beranjak untuk menyalakan lampu dan mulai memasak nasi goreng. Hanya ini makanan yang cukup cepat dibuat mengingat perutnya yang sudah cukup sakit.

"Phi Perth sedang apa ya?"

Saint mengecek ponselnya sambil sesekali menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Dan puluhan pesan dari Perth membuat senyum Saint muncul. Ia segera menekan tombol panggil karna Perth memintanya menghubungi kalau sudah bangun.

.
.
.

Perth sudah di depan rumahnya ketika Saint membuka pintu. Lelaki tampan itu bersandar pada motornya sambil memainkan ponsel ditangan kanan, setelah menyadari kekasih cantiknya sudah keluar dari rumah Perth memberikan senyum manisnya. Tangan kiri yang memegang helm disodorkan pada Saint.

"Ayo."

Keduanya menaiki motor, Saint yang awalnya hanya duduk biasa terkejut saat Perth menarik tangannya untuk diletakkan diperut keras kekasihnya. Posisi mereka yang berpelukan ini membuat rona merah terlihat jelas di pipi putih Saint. Ia ingat pertama kali naik motor dengan Perth diawali dengan tidak suka. Tapi sekarang, rasanya ia ingin berlama-lama memeluk Perth sambil menikmati angin hangat yang menerpa mereka.

Just be Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang