PART 7

2K 43 0
                                    

Gerald memasuki mansion mewah miliknya dengan buru buru, mencari sosok Leo untuk membantunya mengembalikan apa yang telah Johan ambil darinya.

"Kau kenapa?"

"Si brengsek Johan menculik wanitaku Leo."

"Shit! Bagaimana bisa?"

"Dia menghadangku di tengah jalan, saat aku berkelahi dengannya, anak buahnya membawa pergi Sheila. Apa kau tau tempat persembunyian mereka?"

"Kukira dia sudah mati lima tahun yang lalu."

*Flashback on*

Para petinggi Mafia sedang berdiskusi bagaimana cara melenyapkan orang yang mengkhianatinya. Pasalnya, yang mengkhianatinya adalah salah satu petinggi juga yakni Mr. Zen Alexander, ayah dari Johan. Yang mana dulunya adalah teman baik dari keluarga Gerald.
Namun karena penghianatan yang dilakukannya, Gerald sekeluarga tak ingin lagi berteman dengan mereka.

"Bagaimana kalo kita jebak saja dia dan anak buahnya di gedung kosong sebrang jalan itu?" Usul salah satu petinggi.

"Ya aku setuju, kita siksa dia dulu, aku ingin dia merasakan akibat dari pengkhianatan nya pada kita. Gara gara dia juga aku kehilangan ratusan juta dollar" Petinggi lain menimpali.

"Siapkan semuanya besok, akan ku hubungi dia lewat anaku, kau tau bukan bahwasanya putranya, Johan sangat menyukai anak gadisku?"

"Hahahaha ya baiklah Mr. Edward, putrimu memang bagaikan bidadari." Kali ini ayah Gerald yang berbicara.

Johan yang mendengarkan itu di depan pintu ruangan masih tak percaya bahwa yang melakukan penipuan terhadap para petinggi Mafia itu adalah ayah dari sahabatnya, Johan. Di hari penyerangan tiba, Gerald sengaja ikut andil dengan beralasan pada ayahnya kalo ingin mengasah kemampuannya berkelahi.

GEDUNG KOSONG, 11 PM.

"Kau datang tepat waktu Mr. Zen, silahkan duduk."

"Ya tentu saja, aku kawan karibmu Mr. Edward"

"Cihh, kawan karib?"

"Ya bukannya kita menjadi kaya bersama disini?"

"Kau menipuku Mr. Zen, kembalikan uangku atau kau ku lenyap kan bersama putra kesayanganmu Johan!"

Mr. Zen yang mendengar itu langsung mengedarkan pandangannya, benar saja di pojok ruangan terdapat anaknya, Johan duduk tak berdaya dengan seluruh tubuh diikat dan lebam.

"Brengsek kau, kau melukai putraku!" Mr. Zen memposisikan dirinya akan menembak Mr.Edward, namun anak buahnya segera mengacungkan pistol pada Mr.Zen.

"Hahahaha, tembak saja aku, lalu kau dan anakmu itu akan pergi neraka bersamaku juga!" Tawa Mr. Edward melengking, mengejek lawan mainnya itu.

Suasana sangat panas disini, semua orang mengacungkan pistol, sampai ayah Gerald datang sambil bertepuk tangan.

"Hahaha,lama tak bertemu Mr. Zen yang terhormat, bagaimana hari harimu dengan uang hasil menipuku?"

Ayah Gerald yang notabennya sebagai pendiri Mafia, dan sebagai bos mafia yang sangat ditakuti sekaligus dihormati di Benua Eropa ini menambah suasana menjadi sangat panas.

Johan yang menyaksikan ayahnya dipojokkan itu tak bisa apa apa, ia hanya bersumpah akan membalas semua ini dengan tangannya sendiri.

Dor! Dengan sekali tembak ayah Johan meregang nyawa. Ia mati dihadapan anaknya sendiri.

Johan sangat kacau, air matanya membasahi pipinya. Matanya mengeluarka kilat merah, tangannya mengepal.

"Brengsek, sialan kau! Kenapa kau membunuh ayahku hah? Dasar mafia gila!" Johan memaki maki semua orang dan ia berakhir diseret,dimasukan ke penjara bawah tanah dan disiksa. Sejak saat itu tak ada yang tahu Johan masih hidup atau sudah mati.

*Flashback off*

"Permisi tuan, ada yang melempar kaca ruang depan dengan batu" anak buah Gerald menyampaikan kejadian tadi sambil menyerahkan batu yang dibalut selembar kertas denga tulisan 'AKU AKAN MEMBUNUH MILIKMU MR. GERALD YANG TERHORMAT SEPERTI AYAHMU MEMBUNUH MILIKKU HAHAHA!'

"Akhhh sialan! Dasar brengsek kau Jo!" Gerald yang marah besar itu mengacak rambutnya frustasi. Ia memang mafia yang kejam, tapi untuk Sheila berbeda, ia menyukainya.

Leo yang menyaksikan itu menyuruh anak buah tadi untuk pergi dari sini.

"Tenanglah, aku akan membantumu. Aku tau kau menyukainya bukan? Sebenarnya aku juga pernah menabraknya tak sengaja dulu saat berlari di jalanan."

"Menyukainya? Cih jangan sembarangan Leo, aku mafia kaya raya,tak mungkin menyukain wanita seperti itu."

Leo tersenyum samar, mata dan mulut Gerald mengatakan hal yang berbeda.

"Cih, kalo begitu tausah pikirkan wanita itu, lagian dia bukan wanita yang begitu penting."

Leo melangkah keluar.

"Kembali atau kau ku tembak Leo."
"Ternyata masih sama seperti dulu." Leo tertawa




Halo guyss lama ga up nih, maaf yaa soalnya baru kelar magang. Oh ya kalian stay safe yaa!

TERJEBAK DIANTARA MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang