7. Cerita Lisa

63 28 3
                                    

                        Happy Reading 💜

"Mau pulang ke rumah atau apartemen gue?" tanya Satria.

"Apertemen gue," jawab Lisa.

Satria bingung ia mengatakan sebelah alisnya sebagai tanda bertanya.

"Gue punya apertemen. Gue beli diem-diem," ujar Lisa.

"Gak akan pulang dulu?"

"Ngapain pulang, yang ada gue harus liat bokap gue mesra-mesraan sama si jalang itu," ujar Lisa.

"Seenggaknya kakak pulang dulu, meski sebentar yang penting orang tua kakak tau kakak baik-baik aja."

"Ck, orang tua gue gak akan peduli gue udah makan atau belum, gue pulang atau enggak, gue sehat atau sakit, jadi gue gak pulang juga gak papa," ujar Lisa.

"Ya udah," final Satria.

Mereka berdua asik di atas motor menikmati hembusan angin yang menerpa mereka, sesekali obrolan kecil tercipta diantara nereka. Hingga akhirnya mereka sampai di apertemen Lisa.

Saat sudah sampai di depan pintu apertemen nya, Lisa lupa sesuatu, "Satria hehe," ucap Lisa cengengesan.

Seperti biasa Satria hanya menaikan sebelah alisnya. "Jangan marah," ucap Lisa.

"Tergantung," ucapnya.

"Kartu apertemen gue ada di rumah hehe, sorry, ke rumah gue yu," ucap Lisa dengan wajah puppy eyesnya. Pintu apertemen Lisa itu ada dua, pintu utama pake pin, sedangkan pintu ke dua pakai kartu, ya kalau gak ada kartu gak bisa masuk.

Satria hanya membalasnya dengan tatapan datar.

"Sat, lo marah ya?" tanya Lisa.

"..." jawab Satria.

"Kalau gak mau anter gue bisa sendiri kok, Lo pulang aja, pasti capek," ujar Lisa.

"Gue anter ke rumah," ujar Satria.

"Gak usah, gue takut repotin Lo," ujar Lisa.

"Dari tadi juga udah ngerepotin." Ingin rasanya Lisa mengumpat pada Satria, tapi Lisa tau Lisa anak baik jadi tidak jadi mengumpat.

"Ikhlas gak kalau anter gue ke rumah? Mening gue sendiri aja sih kalau gak ikhlas," ujar Lisa.

"Punya uang?" tanya Satria.

Lisa mulai berfikir dompet nya tertinggal di mobilnya, padahal semua ATM nya ia simpan dalam dompet, dan otomatis ia tak punya uang.

"Enggak hehe," jawab Lisa.

"So soan mau pulang sendiri," ketus Satria.

Asihhh nyebelin banget ni orang, umpat Lisa dalem hati.

Kini meraka telah tsamoai di rumah Lisa. Lisa melihat mobil ayahnya terparkir rapih di garasi mobil. Sebenernya ia malas harus kembali ke rumah ini, malas melihat ayahnya bercumbu dengan Ola, yang paling malas ialah jika Lisa harus kembali di siksa.

"Gapapa," ucap Satria sambil mengelus pundak Lisa. "Aku temenin."

"Ayo, masuk aja," ucap Lisa. "Mau minum apa?"

"Gak usah."

"Duduk, Sat, gue mau ke kamar dulu."

"Lalisa! Darimana saja kamu?! Gak tau diri, lupa kamu punya rumah? Habis jual diri kaya mamah mu hah!?"

Satria dan Lisa melihat sudah ada Arsen dan Ola yang menuruni tangga.

"Mas, dia anakmu lho, mas," ucap Ola berusaha menenangkan Arsen.

"Habis di apain kamu sama dia, di bayar berapa kamu?" tanya Arsen ketus pada Lisa.

Lisa yang mendengar itu merasa sangat sakit hati, mengapa ayahnya seperti itu? Lisa memeluk Satria dan menangis sesunggukan di dada Satria.

"Maaf pak tanpa mengurangi rasa hormat, apakah anda berbicara pada diri sendiri? Mengapa anda sendiri cinta kepada  seorang yang mungkin dalam bahasa elitnya  sugar baby yang jelas dari pakaian saja lebih minim dari pakaian Lisa, apakah anda punya bukti jika Lisa berbuat hal keji? Jangan asal berbicara sebelum tau kebenarannya. Anda tidak ingin kan jika ada rumor jelek tentang anda tersebar luas padahal anda tidak melakukan hal itu," ucap Satria.

"Jangan ikut campur kamu, bahkan kamu juga tidak tau apa-apa, saya ayahnya Lisa berhak melakukan apapun padanya."

"Justru karena anda adalah ayahnya, ngertiin Lisa, sayangi Lisa, bukan terus di siksa di caci maki."

"Lisa tidak pantas di sayangi, dia juga sering membantah saya."

"Itu karena anda bejad. Jika anda tidak selalu membawa wanita ini ke rumah Lisa pasti tidak akan memantah anda, jika anda memperlakukan dia dengan baik Lisa juga tidak akan membantah. Memangnya anda pernah memperlakukan Lisa dengan baik? Hanya orang licik yang ingin diperlakukan baik tapi dirinya tak memperlakukan oranglain dengan baik."

"Kamu-" ucap Arsen tertahan.

"Stop gak usah dilanjutin," ucap Lisa menangis lalu berlalu menuju ke kamarnya.

"Lepas mas, kamu keterlaluan! Aku mau susul Lisa," ucap Ola.

"Tapi sayang-" ucap Arsen yang melihat Ola sudah menyusul Lisa ke kamarnya.

"Lisa sayang, maafin Tante nak, bukain pintunya sayang," ucap Ola sambil mengetuk pintu kamar Lisa. Sungguh, Ola tidak berharap semuanya akan jadi seperti ini, bahkan sudah seringkali Ola marah pada Arsen karena Arsen selalu kasar pada Lisa.

Lisa mendengar suara Ola tapi ia sudah lelah, Lisa tidak mau berbicara dengan Ola. Lisa menangis sambil memasukan semua barang-barangnya ke dalam koper dan kantong. Ya, dia tidak ingin tinggal di rumah ini. 

"Lisa sayang," ucap Olakembali sambil mengetuk pintu.

Setelah selesai, Lisa menjatuhkan barang nya ke bawah lewat balkon kamarnya. Ia tak ingin keluar rumah lewat depan, Lisa malas melihat ayahnya.

Sudah semua barang di bawah tinggal Lisa menjatuhkan diri. Ketinggiannya sekitar 20 meter, jika loncat pun tidak akan membuat Lisa mati.

Dug.

"Aw." Ringis Lisa.

"Lisa, sayang kamu kenapa?" ucap Ola mulai panik sambil terus berusaha membuka pintu kamar Lisa.

Sedangkan Satria ia langsung berlalu menuju arah suara dan melihat Lisa jatuh memegangi kakinya.

"Kak Lisa, biar gue bantu," ucap Satria sambil menggendong Lisa dan membawa barang-barang Lisa.

"G-gak perlu, Sat, nanti bokap gue nuduh Lo yang macem-macem lagi," ucap Lisa.

"Gapapa." Tak perlu di kasih tau Satria sudah tau jika Lisa akan pergi dari rumah ini. Ya kalau gak pergi buat apa bawa barang banyak-banyak.

"Mau kemana kamu Lisa," tanya Arsen.

Lisa tidak menjawab ia segera masuk ke mobil Satria.

"Ini kemauan Lisa bukan saya yang ajak. Dia akan tinggal di apart saya, tenang saja, saya bukan cowok brengsek yang akan menyentuhnya sebelum halal seperti anda. Dan saya akan pastikan Lisa bahagia dengan saya."

Satria segera melajukan mobilnya menjauhi rumah Lisa. Lisa masih menangis sambil menatap ke arah jendela samping.

"Nangis aja gapapa biar tenang, mau ke apart?" tanya Satria yang dijawab anggukan oleh Lisa.













Ceritanya di chapter selanjutnya aja deh.
Vote.

Everything Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang