Happy Reading 💜Cahaya matahari masuk ke mata melalui celah-celah jendela. Lisa mengucek matanya dan melihat jam.
"Buset jam 9, gue kebo amat," ujarnya masih dengan setengah sadar. "Eh njir, gue dimana ini, ini kan bukan kamar gue, jangan-jangan gue di culik lagi." Lisa mulai turun dari kasurnya dan membereskan kasur yang ia tiduri.
"Udah bangun, Kak?" tanya Satria di ambang pintu.
Lisa segera menoleh ke asal suara dan sedikit kaget saat mengetahui ada Satria di sana. "Udah, baru bangun gue."
Satria tersenyum kepada Lisa, "Kalau udah selesai kita makan," ucapnya lalu menutup pintu dan pergi ke tempat makan.
"Oke," ujar Lisa. "O iya ya, gue kan nginep di apart nya Satria. Lupa gue wkwk." Selesai membereskan kasur, Lisa menuju kamar mandi untuk segera mandi karena merasa gerah. Di kamar mandi Lisa melihat sebuah Hoodie dan celana jins juga ada note nya.
Kalau mau ganti baju pake aja.
-S"Oke thankyou," ucap Lisa dan segera mandi. Selesai mandi ia segera menuju tempat makan karena takut Satria menunggunya terlalu lama. "Lama gak?" tanya Lisa pada Satria yang sedang bermain ponsel.
"Enggak," jawabnya lalu menyimpan ponselnya. " Makan kak, tadi gue cuman pesen bubur, gue goreng sosis sama nugget, cuman itu doang gue gak bisa masak."
"Gak papa, segini juga cukup, maaf ngerepotin lo, ntar gue ganti."
"Gak usah."
"Ya udah."
Mereka sibuk memakan makanannya masing-masing hingga habis. "Gue beresin ya," ucap Lisa.
"Gak usah biarin aja."
"Ck, mana sini gue beresin." Lisa mengambil soah bekas bubur Satria dan mencuci piring juga wajan bekas Satria menggoreng sosis dan nugget dilajut melap meja makan. Setelah selesai Lisa menghampiri Satria yang sedang menonton TV.
"Lo suka sinby house?" tanya Lisa.
"Iya."
"Kalau di liat-liat lo mirip Kanglim."
"Gue lebih suka Ian."
"Kenapa?"
"Meskipun Ian penghianat, tapi dia berani ambil resiko demi Gaen."
Lisa hanya membalas ucapan Satria dengan senyuman. Jujur saja Lisa juga suka anime Sinby house.
"Mau jalan-jalan, gak?" tanya Satria.
"Boleh?"
"Boleh."
"Ayo, udah lama juga gue gak jalan-jalan."
"Mau kemana?"
"Terserah."
"Naik motor aja ya, gue gak terlalu suka naik mobil."
"Oke."
"Pake helm nya."
Lisa segera memakai helm nya dan menaiki motor Satria.
"Pegangan."
"Iya."
Melajulah motor Satria membelah jalan kota Bandung, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa mereka.
"Sat," ucap Lisa memecah keheningan.
"Hm," jawab Satria.
"Lo kok baik sama gue? Terus kenapa lo ngotot banget mau jagain gue?"
"Gak perlu tau."
"Anjir lo ya!" ucap Lisa sambil memukul punggungnya. "Lo ke orang-orang dingin banget, jarang ngobrol, tapi ko ke gue enggak. Ya kadang suka dateng mode dingin nya."
"Kepo," jawab Satria singkat padat dan jelas
"Dah ah gue nyerah, gak mau gue ngobrol sama Lo."
"Y."
Tak ada lagi obarolan di antara mereka. Ya begitulah Satria bersama Lisa. Kadang ceria, kadang dingin sedingin kutub Utara.
Motor yang di kendarai Satria masih melaju menuju tempat tujuan. Tidak ada yang tau Satria akan kemana. Kecuali Satria tentunya.
"Kita mau kemana sih, Sat?" tanya Lisa.
"Ntar juga tau."
"Iya nanti. Gue mau tau sekarang." Tepat saat itu juga motor Satria berhenti di hutan yang berpohon rindang.
Satria dan Lisa pun turun dari motor dan membuka helm nya. Namun perlu Lisa akui tempat ini sangat indah!
"Sat? Lo gak akan macem-macem sama gue kan?" tanya Satria.
"Gak," jawabnya singkat lalu mengulurkan tangannya kepada Lisa, "Ayo," ajaknya.
Satria dan Sinta pun berjalan menulusuri hutan itu, banyak hal-hal indah disana. Pohon yang masih tumbuh subur, hewan-hewan yang hidup liar, dan udara yang segar.
"Sat, kapan sampenya sih, lama bener, pegel nih gue jalan Mulu dari tadi kagak sampe-sampe," ujar Lisa.
"Bentar lagi,"
"Halah sungutmu bentar lagi,"
Satria hanya diam menanggapi ocehan Lisa, percuma saja pikirnya jika di jawab.
"Sini dulu deh, kak," ujar Satria. "Apaan?" Jawab Lisa.
Satria menenutup mata Lisa menggunakan tali. Tenang saja. Satria hanya ingin memberikan Lisa sedikit suprise. "Woy bangsat wahh Lo gila ya. Weh wehhh lepasin woy, mau ngapain Lo, jahatin gue? Mesumin gue? Sat, jangan becanda Lo, lepasin, Sat, takut gue nih," cerocos Lisa panjang × lebar.
"Udah diem aja, sini pegangin tangan gue," Satria Segeran memegang tangan Lisa, menjaganya hingga sampai ke tempat tujuan.
"Sat, yang bener-beber aja deh, Sat."
"Brisik," jawab Satria masih setia memegang tangan Lisa.
"Sat, ko diem? Anjirlah Sat Lo mau ngapain gue? Jangan macem-macem lo," ucap Lisa.
Satria tidak menghiraukan ucapan Lisa, ia membuka ikatan tali pada mata Lisa dan, "Udah sampe, gimana?" tanya Satria.
"O my God! Gilaa bagus banget, baru tau gue di Bandung ada tempat sebagus ini," ucap Lisa yang sibuk melihat pemandangan di sekitarnya, dan berjalan ke sana kemari melupakan rasa lelahnya.
Satria merasa bahagia melihat Lisa bahagia.
Follow my ig:@itsnuripw26
![](https://img.wattpad.com/cover/234246357-288-k230496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Is You
Teen FictionSiapa yang tau orang yang kita kenal kuat dan arogan ternyata dia seorang anak yang rapuh? Tentang Lalisa Ameira Putri Davidson dan segala kehidupannya.