🍪 T I G A 🍪

11.2K 787 117
                                    

Aku kembali!
Happy Reading 🌹



Setelah sesi perkenalan tadi, kami semua lanjut masuk materi yang diajarkan Pak Adnan. Entah kenapa pelajaran Manajemen Bisnis selalu menjadi titik terlemahku, jika dibandingkan dengan Akuntansi atau Ekonomi Mikro walaupun bedanya juga cuma tipis.

Penjelasan dari Pak Adnan pun tidak ada bedanya dengan Pak Didi, yang mereka terangkan hanya bisa masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan.

"Ra, kalo dosennya kayak gini, gue bakal betah dari pagi sampe sore," ucap Arum dengan mata berbinar.

"Berisik,"

"Tapi nih ya, Ra. Pak Adnan tuh paket lengkap banget,"

"Hah?"

"Iya, lu pikir aja nih ya. Udah ganteng, pinter terus kaya. Kalo ibarat mangga nih, Pak Adnan tuh udah siap buat dipanen," ucap Arum dengan semangat.

"Kalian berdua, jika masih mau berdiskusi silahkan keluar dari kelas saya," ucap Pak Adnan tegas.

Mampus dah gue, galak banget ini dosen, omelku dalam hati.

Entah sejak kapan Pak Adnan sekarang sudah ada di depan meja dengan membawa Map Absen. "Nama?" ucapnya singkat dengan tanpa ekspresi, tidak ada senyuman, benar-benar datar.

"Kenapa, Pak?" tanyaku sedikit bingung.

"Nama kalian,"

"Chayra, Pak,"

"Arumi, Pak,"

Setelah Aku dan Arum menyebutkan nama, Pak Adnan langsung sibuk dengan selembaran map di tangan, "Nama kalian sudah saya tandai, jika kalian berisik lagi, silahkan keluar," ucap Pak Adnan dengan muka datar disertai paduan garis rahangnya yang tegas.

Tampan sih, tapi kalau begini modelnya siapa yang mau? ringisku dalam hati.

"Maaf, Pak," ucapku pelan sembari menundukan kepala.

Entah sudah berapa kali aku mengucapkan kata maaf hari ini karena si biang kerok Arum.

🍪🍪🍪

Aku melihat jarum jam di tanganku yang terasa lama sekali berputar, cacing di perutku ini sepertinya sudah ramai berdemo untuk minta dikasih makan.
Tenang ya, sebentar lagi kita akan berpesta, ucapku dalam hati sambil menepuk-nepuk perutku.

"Oke, perkuliahan hari ini sampai di sini, jangan lupa tugas kalian dikerjakan, saya tidak mau ada alasan tidak mengerjakan dan lain-lain," ucap Pak Adnan sambil memberekan buku-buku di mejanya.
Yess! Akhirnya!

"Baik, Pak,"

"Iya, Pak,"

"Chayra," panggil Pak Adnan.

"Iya, Pak?"

"Nanti sore silahkan ke ruangan saya," perintah Pak Adnan.

"Hah?"

"Tidak ada pengulangan,"

Astaga, ini baru satu hari loh, udah masuk kandang macan aja.

"Siang semuanya," ucap Pak Adnan singkat dan berlalu pergi meninggalkan kelas.

Aku yang mendengar perintah tadi hanya bisa terdiam sambil berpikir, kesalahan apa yang aku perbuat sampai-sampai harus masuk ke ruangannya? Sedangkan Arum si biang masalah hanya menepuk-nepuk pundakku.

🍪🍪🍪

Kelas hari ini sudah selesai, semua orang sudah merapikan tempatnya dan bergegas keluar ruangan, Aku dan yang lain masih sibuk beres-beres meja yang berantakan karena buku dan kertas yang berserakan.

"Eh, Ra, nanti lu jadi ke ruang Pak Adnan sendirian?" tanya Syafira.

"Ya menurut ngana aja, Fir!" jawabku malas.

"Lu engga merasa Pak Adnan aneh? Bisa-bisanya lu doank yang kena panggilan? Sedangkan yang paling berisik itu si Arum," tanya Bilqis.

"Tau! Padahal yang paling berisik si Arum, malah gue yang kena getahnya, sialan emang!" ucapku kesal penuh emosi dan melotot ke arah Arum, sepertinya percuma melotot kalau orang yang dipelototin engga berasa, persis kayak dia sekarang ini yang hanya cengengesan.

"Haha, jodoh kali, Ra, kapan lagi bisa dipanggil ke ruangan dosen," ucapnya enteng.

Ya, Tuhan punya temen gini amat sih. Apa dia engga sadar aku dipanggil karena ulahnya?

"Jodoh?" tanyaku tak percaya mendengar omongan Arum. "sama Pak Adnan? Ogah banget gilak! Tampang sih oke, sikap nya engga ada akhlak, kaku banget udah kayak kanebo kering!" sambungku lagi yang sudah tidak bisa menahan emosi.

Bilqis menengahi dan menepuk-nepuk bahuku. "Sabar, Ra, Sabar, haha."

"Udah lah, gue ke sana dulu, takut entar gue kena omelan dia gara-gara telat," ucapku yang sudah bersiap pergi ke ruangan Pak Adnan.

"Yaudah, hati-hati, Ra." Ucapan Bilqis membuatku sedikit bergidik ngeri.

"Ra, kalo nanti di ajak jalan, iya-in aja, siapa tau cocok," celetuk Syafira sedikit berteriak.

"Gue tabok ya, Fir!" teriakku yang malah disambut tawa dari mereka.

"Udah sana pergi," usir Arum.

"Bye!" 

🍪🍪🍪

TBC

Publish
17 September 2020

Unconditional Love [ C O M P L E T E D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang