🍪 T I G A B E L A S 🍪

7.7K 511 143
                                    

💮 Happy Reading 💮

Tandai jika ada typo dan kejanggalan ya :)

Jangan lupa ❤️ nya ya..
Happy Weekend!

Ada yang tak tenggelam ketika senja datang, yakni Rasa.

Selamat malam Minggu :)

.
.
.
.

“Chayra, sini, Nak,” ucap Tante Indi memanggil dan mengajakku duduk di sebelahnya. “Jadi gimana, Ra?” tanya Tante Indi, kulihat wajah Mami, Papi dan Kak Farel setelah itu melihat Tante Indi dan Om Keenan. Mereka semua terlihat mengharapkan kabar baik dariku, aku menunduk lemas.

“Chayra enggak tau Tante, masih belum bisa jawab, maaf,” lirihku.

“Enggak apa-apa, Ra. Tante juga enggak maksa buru-buru kok.”

“Tapi, Tan—“ ucapku terpotong.

Tante Indi mengusah lenganku, “Udah, enggak perlu dijadikan beban. Kamu berhak memilih, karena nikah itu sekali untuk seumur hidup, apa lagi kamu masih muda banget. Tante sih maunya kamu mau dijodohin sama Adnan. Tante udah terlanjur sayang sama kamu dan Tante juga kangen meluk anak cewek,” ucap Tante Indi berharap.

“Bun,” tegur Pak Adnan.

“Tante boleh anggep Chayra anak Tante kok,” sahutku.

“Jangan dijadikan beban, Chayra,” bisik Pak Adnan.

“Engga kok, Pak,” jawabku sambil memberikan senyum ke Tante Indi dan Pak Adnan.

🍪🍪🍪

Setelah pembicaraan menegangkan tadi, semua orang menyetujui permintaanku untuk memberikanku sedikit waktu, lumayanlah untuk sekedar pendekatan dan mengenal dia lebih dalam. Kalian tidak usah menebak-nebak aku akan menerima atau tidak perjodohan ini, karena ya, sepertinya aku akan menyetujui perjodohan ini, tidak ada salahnya membuka hati untuk orang seperti Pak Adnan, bukan? Tampan, mapan dan digilai banyak perempuan.

“Kok Ken bisa langsung deket sama kamu ya, Ra?” tanya Tante Indi heran.

Aku mengernyit aneh, bukannya bagus kalau Ken deket sama aku? Siapa tau habis Ken, Bapaknya juga bisa deket, lumayankan siapa tau bisa nanya soal ujian syukur-syukur nambah nilai yang biasa dapet B jadi A, astaga chayra! Buang jauh-jauh segala pikiran licikmu itu.

“Emang biasanya Ken gimana, Tan?” tanyaku bingung.

“Biasa Kenzie enggak suka deket sama orang yang enggak dikenal, butuh waktu gitu buat pendekatan.” Tante Indi menjelaskan.

“Owh, mungkin karena aku sama ken sama-sama suka main,” ucapku asal dan lanjut bermain dengannya, sesekali menggelitiki perutnya atau mencubit pipinya yang gembul.

🍪🍪🍪

Malam semakin larut, kulihat wajah Ken yang sudah mengantuk tapi masih semangat untuk bermain. Kak Farel asik mengobrol dengan Pak Adnan, Mami dan Tante Indi juga sibuk membicarakan ibu-ibu arisan yang suka sekali pamer kekayaan, Papi dan Om Keenan yang membahas bisnis mereka masing-masing.

“Sudah malem, kita semua pamit pulang dulu,” pamit Tante Indi dan Om Keenan.

“Ken, yuk pulang,” ajak Tante Indi, Ken yang mendengar ajakan pulang langsung menggelengkan kepalanya dan bersembunyi di belakangku.

“Ken mau cama onti cantik aja,” rengek Ken yang tak mau pulang.

“Besok-besok kan bisa,” sahut Pak Adnan.

“Ken mau nginep di cini aja, boleh kan, Nek?” tanya Ken dengan tatapan puppy eyes.

“Kenzie.” Aku menatap Pak Adnan dengan horor, bisa-bisanya dia bersikap seperti itu terhadap anak kecil.

Aku mensejajarkan tinggiku dengan Ken, “Besok-besok kita main lagi, oke?” tawarku sambil mengusap kepalanya.

“Benelan ya, Onti?” tanya Ken, aku menganggukkan kepala dan tersenyum ke arahnya. “Asikk, yess! Kalo gitu Ken pulang dulu ya,” pamitnya sambil memberikan ciuman di pipi.

“Eh,” ucapku terkejut.

“Ken, kok aunti Chayra dicium?” ucap Tante Indi kaget.

“Iya, Ken cuka sama Onti, Nek,” ucapnya polos, aku hanya tersenyum mendengar ucapan dari Ken. Astaga, untung di pipi. Punya anak model gini enak kali yahh, bisa diuyel-uyel.

🍪🍪🍪

Sudah dua hari sejak kejadian perjodohan dan selama itupun aku tidak melihat Pak Adnan di kampus. Tidak ada kabar darinya, jangankan telepon, chat darinya pun tidak ada. Apa-apaan ini, mengapa jadi aku yang sepertinya ngebet mau pendekatan?!

“Woi, Ra! Diem aja dari tadi, lagi mikirin apa?” ucap Fira menganggetiku.

“Paling enggak jauh-jauh dari tawaran endorse korset yang kemarin mau diperpanjang apa engga, iya kan?” tuduh Arum.

“Udah gue tolak tawaran tuh korset, lagian ya, itu orang nawarin mulu, engga bosen apa udah gue tolak berkali-kali masih aja ngebet!”

“LAH, KENAPA? Mereka bisa ngebayar lu lebih mahal dari fee yang kemarin loh,” ucap Arum tak terima.

“Gilak lu! Gini-gini gw masih sayang nyawa! Kalo ibu negara sampe tau bisa dipenggal. Misalnya, Mami ngeliat gue pake korset yang nyetak badan dari atas sampe bawah, bisa-bisa dikurung gue. Lagian nih ya, Rum, engga ada yang lebih bagus apa? Cukup waktu itu aja gue kebobolan karena lu! Lu kira gue kayak artis-artis yang pede aja pamerin lekuk badan ke sosial media! Lu juga engga ada kapoknya! Masih aja nawarin! Dimusuhin beneran sama Kak Farel jangan nangis lu!” ucapku ketus.

“Jangan gitu donk, gue kira lu mau, Ra,” rengek Arum sambil menyikut-nyikut tanganku.

“Kalo baju yang masih dalam tahap wajar gue oke-oke aja, tapi kalo korset baju celana begitu, beuhh, hari ini gue upload, besok gue tinggal nama doank,” dengusku kesal. Arum hanya melihatku, mungkin dia tidak mengerti maksudku apa.

Apa perlu dijelaskan lebih rinci? Please deh, aku ini bukan sedang mengerjakan essay, jadi tidak seharusnya dijelaskan sejelas-jelasnya.

“IYA, SEBELUM MAMI, PASTI KAK FAREL DULUAN YANG NGOCEH!” sungutku kesal dengan wajah yang menekuk dan bibir yang sengaja kumonyongkan ke depan.

“Tau lu Rum, gue tau Chayra body-nya bagus, tapi masa iya dia mesti pake korset ketat, belom lagi warnanya warna kulit, nyeplak, berasa telanjang itu si Chayra,” gumam Bilqis.

“Arum, lu kayak manager baru deh! Bukannya terakhir lu diomelin sama Kak Farel gara-gara ngasi project ke Chayra jumpsuit tembus pandang?” omel Fira.

“Ho’oh bener, Foto sessionnya di pantai pula,” sahutku memanas-manasi Bilqis dan Fira.

“Udah sih, kok kalian jadi mojokin gue!” ucap Arum berdecak kesal.

“Bukan mojokin, Rum. Kita cuma mau lu ngambil project buat Chayra dalam tahap yang wajar aja, win-win solution lahhh, kalo chayra seneng lu juga pasti kena ciprat, bonus kan?” ledek Fira.

“WOII, HARI INI ADA KELAS TAMBAHAN DARI PAK ADNAN, PENGGANTI YANG KEMARIN KATANYA,” teriak William selaku ketua kelas.

“Lahhh?”

“Yes, akhirnya ketemu pangeran gue,” sahut Arum.

“Kok dadakan sih!” gerutuku.

“Engga tau, gue aja baru dikasih info, kalo mau protes ke ruangannya aja ya Chayra sayang,” ucapnya dengan nada lenjeh.

“SAYANG PALA LU PEANG! OGAH GUE KE RUANGAN ITU!” sungutku.

🍪🍪🍪
TBC

Sampai bertemu nanti yaaa ❤️



Publish 28 Nov 2020

Unconditional Love [ C O M P L E T E D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang