52 || Menyebalkan

192K 17.8K 1.8K
                                    

Dibuat frustasi sama tugas itu hal yang biasa tapi apa kalian pernah dibuat frustasi dengan kemanjaan seseorang? Rengekan ataupun tuntutan?

Satu kata keluar dari mulut gue yang bersifat cabikan membuat pak Arkan semakin menjadi-jadi. Memang, gue yang merasakan semua itu. Manjanya pak Arkan terkadang membuat gue jengah. Baru kali ini juga gue dibuat uring-uringan karena sifat anehnya.

"Tidur dong ya?" Ujar gue hati-hati.

Pak Arkan menggeleng. Dia semakin mengeratkan pulukanya. Gue menghela nafas pelan, dari dua jam yang lalu pak Arkan kaya gini terus. Gue buat bingung sama kelakuanya.

Jadi ceritanya gini, pukul 2 malam pak Arkan kebangun dari tidurnya. Gue yang lagi tidur nyenyak juga ikut bangun karena ranjang yang gerak-gerak. Gue bingung dong, pas gue liat ternyata pak Arkan belum tidur. Padahal sebelum gue tidur dia udah tidur duluan.

"Kamu kenapa?" Tanya gue halus.

Pak Arkan kembali menggeleng.

Untuk kesekian kalinya, gue tanya pak Arkan dengan pertanyaan yang sama dan kesekian kalinya juga pak Arkan menggelengkan kepalanya.

Pelipis pak Arkan penuh oleh keringat dingin, bibirnya pucat pasi. Jujur gue khawatir selama ini pak Arkan belum pernah kaya gini, belum lagi pak Arkan masih enggan untuk buka suara.

"Minum dulu biar agak tenangan," Gue menyondorkan minum yang dimeja. Pak Arkan meneguknya sedikit. Habis itu menggeleng lagi. "Coba cerita kamu kenapa?"

"Mimpi buruk." Cicit pak Arkan.

"Mimpi apa emang nya?" Tanya gue.

"A-aku mimpi kamu sama Reynald Ley," Pak Arkan mendongak. Dia menatap gue sendu. Seakan mimpi itu mimpi terburuk baginya.

"Mimpi itu cuma bunga tidur." Gue mengecup pelipis pak Arkan pelan dan membentuk sebuah lengkungan dibibir, tersenyum.

"Kamu terlalu banyak pikiran, sampai kebawa mimpi gitu." Ucap gue menangkan. Pak Arkan melirik gue. Gue mengangguk sebagai jawaban. "Dulu aku waktu SMA juga sering mimpi buruk sampai enggak bisa tidur kaya kamu sekarang karena terlalu memikirkan sesuatu yang membuat aku stres sampai kebawa mimpi. Coba kamu tenangkan pikiran kamu dulu, itu cuma sugesti doang."

Pak Arkan menghela nafas lemah, "Gak bisa."

"Ada aku." Bisik gue ditelinga pak Arkan, "Aku yang selalu ada buat kamu."

"Ley ..." Suara pak Arkan melemah, "Kamu janji kan enggak akan ninggalin aku?"

Tangan gue mengusap punggung pak Arkan lembut, "Gak ada alasan buat aku untuk menolak janji kamu."

***

Pukul 09:30

Lo semua tau? Gue sama pak Arkan sekarang udah kaya orang kesetanan karena kesiangan kuliah. Maklum kami tadi malam bergadang dan sialnya gue cuma punya waktu tiga puluh menit sebelum masuk kelas, dalam hati gue senang karena enggak ada kelas pagi hari ini, kalau ada auto bolos lagi gue.

"Awas!" Gue menepis kasar tangan pak Arkan yang daritadi menghalangi gue jalan kekamar mandi, "Aku ada kelas mas!"

"Aku juga sama!" Pak Arkan mencabik kesal, "Aku dulu, baru kamu."

"Gak bisa lah!" Gue melotot.

"Yaudah mandi bareng aja gimana?" Tawar pak Arkan dengan sengiran mesumnya.

Gue melongo. Dalam waktu gini aja dia masih bisa berfikir ke sana. "Gak ada!"

"Yaudah kalau mau kesiangan kuliah gak maksa, terserah kamu sih." Pak Arkan mengangguk kurang ajar, "Paling entar enggak dapat nilai dimatkul nya dia."

Dosen KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang