4. Pangeran🤴 dan Peri🧚

3 2 0
                                    

Setelah perjalanan membelah arus kota, Bima akhirnya sampai di rumahnya. Bima memarkirkan sepeda motornya kedalam halaman rumahnya. Bima membuka sepatu sekolahnya dengan menginjak bagian belakang dari sepatunya dan lalu memasuki rumahnya.

Ia melempar tas sekolahnya, dan mendudukkan dirinya di atas sofa hitam di rumahnya. Bima menghembuskan nafasnya, rasa lelah seketika lenyap begitu saja saat ia menginjakkan kakinya di tempat penuh kenangan ini.

Bima berjalan mendekati sebuah figura besar yang terpanjang dengan indahnya di sana, dan tersenyum kearahnya. Bima rasa hatinya sedikit menjadi lebih tenang kala ia melihat paras rupawan wanita itu. Walau waktu dan usia terus menggerogoti tubuhnya, tapi tetap saja, kecantikannya tidak pernah memudar. Kecantikannya paripurnanya begitu mempesona.

Ia tersenyum manis dan mengucapkan beberapa kata-kata yang sedikit menghibur dirinya sendiri, "Selamat sore, ratuku! Apa kabar? Lebih nyaman atau malah tersiksa? Pasti kamu tersiksa karena begitu merindukan aku kan?"

Bima tertawa hambar sendiri setelah mengetahui bahwa ia bisa mengatakan hal seperti itu.

"Baiklah pangeran harus mandi dan merias diri dulu! Ratu tidak ingin kan dekat-dekat dengan orang yang bau? Hahaha ... aku ingat itu.", Bima yang awalnya bersemangat memulai percakapan sepihak ini, kini justru tertawa untuk mengakhiri kalimatnya.

Bima melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi dan mulai menanggalkan satu persatu pakaian yang dikenakannya.

Tuk

"Eh, apa itu?", ucap Bima saat sesuatu jatuh dari salah satu pakaiannya dan menimpa kakinya.

Bima mengerutkan keningnya, ia melihat ke bawah dan menunduk untuk menggapai benda itu. Sebuah benda kotak kecil berwarna hijau berada di lantai tepat di sebelah kaki Bima.

Terlalu kecil hingga Bima dapat memegangnya hanya dengan ibu jari dan telunjuknya saja. Bima berusaha mengetahui apa benda yang sedang berada digenggaman tangannya.

Srrr srrr

Suara air mengalihkan perhatiannya dari benda hijau kecil itu. Air mulai keluar dari bak karena sudah terisi penuh. Bima terburu-buru, ia melempar benda itu ke atas ranjangnya dan mulai memasuki kamar mandi.

🐶❤️🐶


"Ah, aku lelah sekali!"

"Bagaimana bisa aku mengelilingi kota seluas ini hanya untuk mencari rumah?! Huwaaa ini sangat buruk!!"

Yerim terus berterbangan ke sana kemari sejak tadi sore hanya untuk mencari sebuah bunga yang dapat ia jadikan tempat tinggalnya selama melaksanakan misi pentingnya di bumi.

Kota bukanlah tempat yang baik untuk melakukan misi. Di kota banyak sekali orang yang tak pernah berhenti untuk berlalu lalang. Di kota juga terlalu banyak polisi berbahaya yang dapat merusak kulit peri. Itu benar-benar menyedihkan. Tapi yang paling buruk dari kota adalah, peri tidak akan mudah mencari tempat tinggal. Kota memiliki begitu banyak penduduk, jadi mereka membutuhkan lebih banyak tempat untuk dijadikan lahan tempat tinggal sehingga mereka lupa bahwa masih banyak makhluk lain yang harus dan juga berkeliaran di di tempat yang sama.

Saat sedang asik mengitari kota, Yerim melihat sebuah rumah yang terasnya penuh dengan tumbuhan yang mengelilingi rumah itu. Yerim menghampiri rumah tersebut.

"Wah, disini sangat cantik! Harum juga!!"

Yerim mengitari seluruh pekarangan rumah itu dengan perasaan senang yang begitu membuncah. Ia mengeluarkan bubuk-bubuk emas dan menaburkannya ke atas tanaman-tanaman disana. Yerim bernyanyi, dan tertawa saking senangnya.

"Woah! Apa itu?!", ucap Yerim heboh.

Pandangannya teralihkan ke arah sebuah bunga putih yang sedang menguncup di sana. Sebuah bunga anggrek bulan putih yang cantik! Yerim menghampiri dan memberi begitu banyak bubuk emas kepada bunga itu.

"Hai!", ucap Yerim pada bunga itu.

Bunga itu membuka matanya, tersenyum dan balik membalas sapaan manis Yerim. Yerim tersenyum antusias. Dia senang, akhirnya menemukan tempat yang rapat untuknya singgah di bumi.

"Maaf, tapi bolehkah aku menumpang padamu? Aku tidak memiliki rumah disini ...", ucap Yerim dengan bibir yang sengaja dibuat manyun. Sedikit keimutan mungkin akan berhasil bukan? Hahaha.

"Sedang apa kamu disini? Pergi jauh dari tempatmu bukanlah hal yang baik, bukan?", tanya bunga itu keheranan. Bukan hal biasa bila seorang peri datang ke bumi. Apalagi Yerim kelihatan seperti peri yang tidak berpengalaman.

"Hm, aku disini karena sedang menjalankan tugas. Hanya sementara.", ucap Yerim pada bunga itu.

"Jadi, apakah boleh?"

Bunga itu tersenyum dan membuka kuncupnya. "Masuklah."

"Terimakasih!"

🐶❤️🐶


Cerita ini diikutsertakan dalam APproject individu generasi keempat.

My Secret Lovers From Another Galaxy #APprojectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang