"Ini sekolahmu, Yerim.", ucap seorang pria paruh baya yang sekarang sedang menatap Yerim dengan kedua buah bola matanya yang tajam.
"Apa nanti aku bisa makan di sana?", tanya Yerim dengan kedua matanya yang berbinar-binar saat menatal sebuah bangunan yang besar dan luas dari luar kaca mobil milik pria paruh baya tersebut.
"Makan? Kau mau makan?"
"Eung!"
Yerim mengangguk-anggukan kepala dan matanya makin berbinar-binar sekarang. Mendengar kata makanan membuat Yerim semakin bersemangat.
"Wah, kau antusias sekali sepertinya, Yerim! Hahahaha!"
Pria itu tertawa keras sekali sampai membuat Yerim menjadi bingung. Memangnya apa yang salah dengan antusiasme dirinya saat melihat atau sekedar mendengar kata 'makanan' ?
"Memang kenapa, Yah? Kan aku cuman bertanya apa di sana aku bisa makan. Apa itu begitu lucu ya?", tanya Yerim yang membuat pria yang dipanggil ayah olehnya itu makin lepas tertawa.
"Ah, anakku begitu lucu!", katanya sambil menarik pipi sebelah kiri Yerim. Diperlakukan seperti itu, Yerim menjadi malu. Ia menundukkan kepalanya dan mulai tersenyum samar agar pria di hadapannya tidak melihatnya seperti ini.
"Sekolah itu tempat untuk menuntut ilmu sayang, bukan tempat untuk makan hahaha ... Kau ini lucu sekali" Ayahnya berusaha menjelaskan pada Yerim apa itu sekolah sebenarnya karena keliahatannya anak tunggalnya ini tidak tau apa-apa soal sekolah.
"Apa itu sama seperti yang ada di laut?" Yerim mengerutkan keningnya dan tanpa sadar ia menanyakan hal yang seharusnya tidak pernah ia katakan di depan seluruh makhluk bumi manapun.
"Laut?" Kini giliran Jun Pyo -ayah Yerim- yang mengeryit karena tidak mengerti mengenai apa yang dikatakan oleh anak semata wayangnya itu.
"Laut?" Yerim mengulang pertanyaan Jun Pyo karena dia tidak mengerti mengapa Jun Pyo mengucapkan laut secara tiba-tiba padanya.
"Iya, tadi kau bilang sekolah itu sama seperti sesuatu yang ada di laut. Kenapa kamu mengatakan laut?"
"A-ah tidak, Yah. A-aku hanya asal bicara tadi hehe." Yerim mulai tertawa hambar. Bagaimana bisa dia melupakan bahwa dia sedang menyamar di bumi? Bagaimana bisa dia asal bicara tentang Laut tadi. Huh, dasar Yerim.
Jun Pyo tersenyum. Dia mengangkat tangan kirinya dan menatap jam tangan yang ada di pergelangan tangannya dan terkejut saat mengetahui sudah pukul berapa sekarang.
"Oh, sudah pukul 06.55?! Yerim kamu harus segera pergi dari sini dan masuk ke sekolah!"
"Benarkah?! B-baiklah, Ayah! Aku pergi dulu."
Jun Pyo mengangguk dan tersenyum saat melihat Yerim merapihkan posisi tas di punggungnya yang agak berantakan.
"Yerim?" Jun Pyo memanggil putri sulung angkatnya itu dan mengarahkan telapak tangannya ke arah wajah Yerim.
Yerim yang melihat itu menjadi kebingungan. "Apa?"
"Pamit, sayang."
Jun Pyo memajukan tangannya dan memberikan telapak tangannya ke arah pipi Yerim dan tersenyum ke arahnya.
"Kau pasti masih gugup ya dengan aku dan Sena? Tidak apa-apa sayang ... Mulailah menyesuaikan diri."
"A-ah ..." Yerim hanya mampu tersenyum dan berusaha untuk segera keluar dari mobil karena jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Bagaimana cara Yerim tau tentang jadwal sekolahnya itu? Tenang, Yerim telah diberi tahu oleh Jun Pyo dan Sena semenjak ia masih di perjalanan menuju sekolah.
"E-eh?" Yerim tidak bisa membuka pintu mobilnya.
Tuk
Jun Pyo menyentuh tombol untuk melepas sabuk pengaman pada tubuh Yerim dan juga menekan sebuah bulatan kecil pada pintu mobil yang digunakan untuk mengunci mobil.
"Semangat belajar sayang!"
🐶❤️🐶
"Ah, aku sangat gugup."
Yerim menggigit bibirnya sejakbtadi karena dia terus merasa ketakutan. Sebentar lagi dia akan dibawa ke tempat dimana dia akan belajar sebenarnya.
Dulu di sekolah peri, Yerim memang selalu rajin untuk sekolah dan bermain dengan teman-teman. Dia sudah tau bagaimana dan apa itu belajar dan juga sekolah.
"Astaga, apa yang harus aku lakukan!"
Yerim menghentakkan kakinya dan membuat kebisingan di sana. Di karenakan Yerim sudah diperintahkan untuk masuk ke kelas.
"Astaga bagaimana ini?"
"Ini kelasnya sudah sampai."
Sangking paniknya, Yerim tidak menggubris orang itu bahkan sama sekali tidak memperhatikannya.
Yerim mengintip dari balik pintu dan melihat ada begitu banyak orang di dalam sana. Dan lagi-lagi, Yerim makin dibuat panik.
"Yerim ayo masuk."
Yerim berdiri dan berjalan ke depan papan tulis yang terdapat di kelasnya.
"Bima, kamu lucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lovers From Another Galaxy #APproject
Teen FictionYerim, seorang peri yang tidak pernah mengetahui apa itu cinta tiba-tiba saja merasa bahwa dirinya kini telah jatuh cinta. Ia merasa bahwa takdirnya kini telah berubah. Seratus dua puluh tahun kehidupannya seakan tidak pernah berarti dan menganggap...