18. Terimakasih, Selamat Datang!❤️

3 2 0
                                    

"Tolongggg!!!"

Bruk

Wanita itu lemas dan terjatuh begitu saja di jalan. Dalam sepersekian detik, kakinya berubah menjadi jeli saat melihat sebuah kecelakaan terjadi tepat di depan matanya.

"Hah ...?"

Itu kata yang keluar dari mulut wanita yang baru saja nyawanya terselamatkan oleh Yerim. Dia terduduk lemas dan wajahnya pucat pasi. Handphone yang dia pakai untuk bertelepon tadi sudah jangan ditanya lagi keadaannya. Karena Handphone itu sudah jatuh dan hilang begitu saja saat Yerim menarik tubuh wanita itu dengan kuat sehingga si wanita terhuyung ke depan dan ponselnya terlempar jauh.

Mobil itu melaju dengan cepat tanpa perduli bahwa di depan sama ada seorang wanita yang sedang berdiri sambil bercakap melalui telepon. Sang pengemudi justru tetap membiarkan mobilnya melaju tanpa mengendarai dan mengembalikan setirnya sama sekali.

Mobilnya terus berjalan lurus namun makin lama mobilnya bergerak ke arah kiri. Mobilnya melaju kencang hingga menabrak pembatas jalan juga menyerempet beberapa pepohonan yang tertanam di pinggir jalan. Kini mobilnya telah rusak. Banyak goresan yang terbentuk dan beberapa penyok di berbagai sisi mobilnya. Dan pastinya semua itu terlihat dengan jelas. Percuma sekali uang pengemudi itu. Di bilang dia membeli mobil ini dengan menabung sudah payah, tapi nyatanya kini mobilnya telah udang. Bahkan, dia juga sudah dilarikan ke rumah sakit oleh warga-warga yang tadi sempat menjegalnya di jalan untuk menuntut ganti rugi.

Ini benar-benar merupakan kejadian yang mengerikan.

Yerim mengalihkan perhatiannya dari pengemudi buruk tadi . Yerim mendekati dia dan melihatnya saja terlebih dahulu tanpa mengajaknya berbicara. Biarkan wanita itu menenangkan dirinya dan juga pikirannya untuk saat ini.

Yerim yang melihat bahwa kini wanita itu selamat menjadi lega dan bisa menenangkan dirinya juga. Jantungnya terasa akan copot tadi saat mobil itu benar-benar melaju cepat namun tidak terarah. Begitu membahayakan pengguna jalan. Terutama di malam hari, saat dimana pencahayaan mulai meredup dan orang berlalu-lalang mulai berkurang jumlahnya.

Yerim kini masih berada di sebelah wanita itu. Dia masih melihat reaksi wanita itu dan sesekali mengagumi paras cantiknya lagi dan lagi.

Yerim berdecak penuh kagum saat melihat wanita itu tetap cantik walau wajahnya sekarang sudah pucat pasi dan rambutnya juga berantakan ke sana-kemari.

"Akhh, ssshhh ...", keluh Yerim.

Wanita itu mengalihkan pandangannya dan mulai menatap orang di sampingnya. Dia bisa melihat Yerim yang sedang memegang kedua lututnya sembari meringis kesakitan.

"Maaf, tapi apa kamu membutuhkan dokter?"

Tanya wanita itu yang hanya dibalas dengan tatapan kebingungan oleh Yerim.

"D-dokto? Maaf, tapi apa itu Dokto?" Yerim bertanya pada wanita itu yang justru membuat wanita itu juga ketularan bingung.

"Hah? Dokto? Apa itu?"

"Kenapa bertanya padaku? Bukankah kamu yang mengatakan itu tadi? Apa itu tadi. Ah, Dokto!" Yerim menatap wanita itu heran. Dia mengarahkan jari telunjuknya ke arah wanita itu dan berkata bukankah wanita itu yang lebih dulu menyebut Dokto? Kenapa dia justru bertanya apa arti Dokto pada Yerim.

"Perasaan aku tidak mengatakan Dokto sejak tadi." Wanita itu mengernyit heran dan berusaha untuk mengingat-ingat kembali apakah sebelumnya dia pernah mengatakan Dokto seperti yang dikatakan oleh Yerim? Tapi dia merasa tidak.

"Apa maksudmu dokter?"

Yerim mengerucutkan bibirnya dan terlihat seperti menimang-nimang apakah yang dia katakan itu tadi dokter atau Dokto?

"Ummm, entahlah, kan kamu yang mengatakannya, bukan aku." Yerim memalingkan wajahnya karena wajahnya sudah memerah. Dia benar-benar malu sekarang.

"E-eh, kakimu makin banyak mengeluarkan darah!" Wanita itu panik dan menutup mulutnya, oh jangan lupakan matanya yang membola.

"E-eh, kakimu makin banyak mengeluarkan darah!" Wanita itu panik dan menutup mulutnya, oh jangan lupakan matanya yang membola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu meraba-raba tanah dengan wajahnya yang begitu panik dan ketakutan. Melihat itu Yerim menjadi bingung dan memutuskan untuk menghampiri wanita itu lagi.

"Apa yang kau cari?"

"P-ponsel ... Ponselku mana?"

"Ponsel? Apa itu ponsel?"

"Jangan bercanda dulu! Ini genting!"

Wanita itu membentak Yerim karena dia saat ini tengah terburu-buru mencari ponselnya. Dia ingin menelpon suaminya agar dapat membawa Yerim ke rumah sakit terdekat karena darahnya sudah berkurang begitu banyak.

"Aku tidak bercanda ... Apa itu ponsel?"

"Sayang?!!"

🐶❤️🐶

"Jadi, kamu yang menyelamatkan istri saya?"

"A-ah iya hehe." Yerim menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berpura-pura mengangguk-angguk agar terlihat mengerti dan tidak mencurigakan.

"Terimakasih! Aku sangat berterimakasih padamu!"

"Ah iya hehe."

Pria itu memeluk istrinya yang berada di sampingnya dengan erat membuat hati Yerim menghangat. Saat ini Yerim sedang berbaring di atas ranjang salah satu ruangan dalam rumah sakit.

Tadi suami wanita yang Yerim selamatkan, Jun Pyo secara tiba-tiba datang dan menghampiri Sena -wanita yang di selamatkan Yerim- dan berujung dengan mereka yang memaksa Yerim untuk pergi ke rumah sakit walau sesungguhnya Yerim tidak tahu apa itu rumah sakit.

"Dimana rumahmu?" Jun Pyo bertanya pada Yerim.

"Di bung--"

"Eh, aku tidak memiliki rumah ..." Yerim menjawab pertanyaan itu sambil memelas. Sangat memprihatinkan.

"Hah? Tidak memiliki rumah? Lalu bagaimana dengan orang tuamu?"

"Apa kamu memiliki nomor teleponnya?" Sena menyambung ucapan Jun Pyo secara tiba-tiba.

"O-orang tuaku ... sudah pergi ... Orang-orang Bumi membunuhnya hiks." Mata Yerim mulai memerah dan meneteskan air mata, membuat Jun Pyo dan Sena yang melihatnya secara langsung menjadi tidak tega.

"Kamu punya orang tua. Kami akan menjadi orang tuamu mulai sekarang."

"Selamat datang tuan putri yang baik hati."

Yerim membeku dibuatnya.

🐶❤️🐶

Cerita ini diikutsertakan dalam APproject individu generasi keempat.

My Secret Lovers From Another Galaxy #APprojectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang