5. Bumi🌍

4 1 0
                                    

Pagi yang cerah untuk menjalani hari. Bima melangkahkan kakinya santai menuju ruang kelasnya. Tidak seperti biasanya, Bima sedikit lebih baik. Wajahnya yang datar sedikit menyunggingkan senyuman.

Langkahnya yang dingin namun sedikit manis, tubuhnya yang mungil terbalut dalam balutan Hoodie merah yang lebih besar, membuatnya nampak tenggelam di dalam sana. Menggemaskan. Tak lupa, ia masukkan tangannya ke dalam kantung Hoodie yang dikenakannya.

Bima memasuki ruang kelasnya dan muali menghampiri mejanya. Disingkirkannya beberapa cokelat-cokelat juga bunga di atas meja. Meletakkan tasnya di kursi dan mendaratkan bokongnya di sana.

Kelas masih sunyi. Baru beberapa murid saja yang tiba di kelas. Bima meraih ponsel dan headsetnya. Menggunakannya sembari membaca beberapa buku komik yang sudah ia bawa dari rumah.

"Bim!", panggil seseorang dengan menepuk pundak Bima.

Bima mengalihkan pandangannya, dan hanya menunjukkan raut wajah yang seolah mengatakan 'ada apa?'.

Orang itu menempatkan dirinya di kursi kosong tepat di sebelah Bima. Ia meletakkan tasnya dan menepuk pundak Bima lagi, katanya "Tadi aku melihat ada siswa baru."

Bima hanya menatap orang itu kosong. Apa-apaan ini, pagi-pagi sudah mengajak menggosip saja. Bima hanya diam saja, membiarkan Kai, temannya berbicara. Bima sama sekali tidak tertarik dengan siswa baru itu.

Melihat Bima yang merespon seolah acuh tak acuh, Kai menjadi sedikit kesal. Kai kembali mengajak berbicara Bima namun dengan menggoyang-goyangkan tubuh Bima.

"Bim, dia cantik loh! Ah, aku jadi ingin mendekati dia ... dia sangat cantik, Bim!", ucap Kai dengan antusias.

Bima mengalihkan atensinya, Bima lebih memilih kembali fokus kepada buku komiknya. Kai mengerucutkan bibirnya, walaupun ia sudah tahu bahwa temannya ini benar-benar membosankan, tapi ia tidak menyangka kalau temannya akan benar-benar membosankan hingga membuatnya kesal.

🐶❤️🐶

Yerim keluar lebih pagi dari rumahnya. Bunga anggrek itu sudah ingin mekar, jadi Yerim lebih baik pergi terlebih dahulu. Yerim mengemas barang-barangnya yang ia butuhkan untuk menjalankan misinya. Sedangkan barang-barang lain yang tidak dibutuhkan seperti tongkat sihir dan yang lainnya ia tinggalkan di dalam bunga anggrek itu.

Yerim hanya membawa tas selempangnya saja. Semua barang-barang khusus untuk misinya sudah disiapkan disana.

"Bulan, aku pergi dulu ya? Aku harus menjalani tugas hehe ...", ucap Yerim dengan lelehan di akhir kalimatnya. Ia sudah tidak terlalu memikirkan kekesalannya pada Selona yang dengan seenaknya memerintahkannya untuk pergi ke bumi.

"Kau sudah siap? Hati-hati ya? Disini terlalu banyak orang, jangan sampai kamu tertabrak.", ujar bunga anggrek memberi wejangan pada Yerim, sang peri kecil yang kurang pengalaman.

Yerim mengangguk dan mulai menggerakkan sayapnya. Yerim dengan sayap indahnya membelah padatnya arus kota di pagi hari. Semua orang yang berebut posisi begitu membuat kebisingan. Suara klakson yang diberikan oleh masing-masing pengendara saling adu, dan bertabrakan.

Yerim mengerutkan keningnya, ia begitu bingung, mengapa mereka semua masih betah untuk tinggal disini? Ia yang baru melintas saja sudah tidak sanggup.

"Uhuk uhuk.", Yerim terbatuk saat benda kotak besar dengan benda bulat dibawahnya yang berbentuk seperti roda mengeluarkan sebuah udara yang berwarna hitam dan membuat Yerim terbatuk-batuk setelahnya.

"Apa itu? Selona benar-benar tidak punya belas kasih!"

Sepanjang perjalanan Yerim selalu mengumpat dan terus menyuarakan keluh kesahnya. Tak pernah terpikirkan oleh Yerim sebelumnya bahwa ia harus pergi ke tempat seperti ini.

🐶❤️🐶

"Huh, akhirnya aku sampai juga!", ucap Yerim sembari merendahkan posisinya.

Matanya yang indah menyusuri tempat ini tanpa tertinggal sedikitpun. Bibirnya tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata penuh kekaguman. Disini banyak pepohonan rindang yang memenuhi kota. Jauh berbeda dengan tempat yang tadi ia lalui. Disana begitu banyak orang dengan benda asingnya yang mengeluarkan asap-asap hitam.

"Baiklah waktunya menulis!", ujar Yerim menyemangati dirinya sendiri. Yerim membuka tasnya dan meraih buku juga pensilnya. Yerim terus menggerakkan tangannya di dalam tasnya namun mengapa tidak ada bukunya?

"Kemana bukuku?"

Yerim mengeluarkan isi tasnya satu persatu dan mulai menggeledahnya. Namun, nihil. Bukunya tidak ada disana.

Yerim menggigit bibirnya, keningnya mengerut, tangannya memilin ujung gaun indahnya.

Yerim begitu gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yerim begitu gelisah. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bukunya telah hilang. Ia tidak bisa menyelesaikan tugas apabila buku itu tidak ditemukan. Apakah ia harus kembali ke dunia peri dan mengambil buku baru? Tidak mungkin, kembali ke dunia peri membutuhkan tenaga dan kekuatan dari ratu peri. Yerim tidak bisa keluar-masuk begitu saja dengan mudah. Jadi apa yang harus ia lakukan sekarang?

🐶❤️🐶

"Bim, mau ke kantin bareng?", Kai merangkul pundak Bima. Bima yang sedang membaca komik menjadi terganggu karena kai. Bima menggelengkan kepalanya. Bima tidak begitu menyukai keramaian.

"Bisa aku titip padamu saja?", tanya Bima.

Sebelum Bima mengatakan bahwa ia ingin menitipkan makanannya pada Kai, sebenarnya Kai sudah menutup telinganya. Ia benar-benar sudah mengetahui tabiat temannya yang satu ini.

Biasanya kai akan menuruti kemauan Bima, namun kali ini kai memilih untuk tidak menurutinya dan memilih mengajak Bima untuk pergi ke kantin bersamanya. Lagi pula kalau pergi berdua, Bima lebih leluasa memilih makanannya. Tidak perlu protes karena Kai salah membelikan makanan.

"Tidak! Kau harus ikut kali ini, aku tidak mau tahu.", ucap Kai sembari menarik lengan Bima begitu saja. Bima marah, Bima mencoba memberontak. Namun, Kai justru memeluknya, membuat Bima terpaksa untuk mengikuti keinginan temannya yang mengesalkan ini.

Bima melepas genggaman Kai pada lengannya. Baju seragamnya jadi berantakan karena ditarik sembarangan oleh Kai. Tali sepatunya juga belum diikat dengan baik. Bima merapihkan seragam dan juga rambutnya. Setelah selesai merapihkan bagian atas, Bima mengikat tali sepatunya.

Tuk

Sesuatu terjatuh dari kantung Bima. Benda kecil berwarna hijau dengan ukuran sebesar bungkusan permen yang dijual di kantin dengan harga seribu tiga.

"Apa itu?", ucap Kai sebelum Bima bergegas meraih dan memasukkannya kembali ke dalam saku seragamnya.

🐶❤️🐶

Cerita ini diikutsertakan dalam APproject individu generasi keempat.

My Secret Lovers From Another Galaxy #APprojectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang