Kai dan Bima sedang duduk di sebuah warung kantin sembari meniup-niupi bakso mereka yang baru saja matang. Mereka berdua duduk berhadapan, namun sejak tadi tidak ada yang berani membuka pembicaraan. Kai menatap Bima dengan tatapan yang sedikit berbeda. Tatapan yang begitu mencurigakan.
"Bim.", panggil Kai mengawali pembicaraan mereka.
Bima tak menoleh, Bima tetap fokus untuk terus meniup baksonya dan memasukkannya ke dalam mulutnya perlahan.
"Bim.", ulang Kai untuk yang kedua kalinya.
Kai terus memperhatikan Bima, namun Bima bersikap seolah acuh tak acuh.
"Bima!"
Prang
Kai meneriaki nama Bima sembari menepuk meja mereka dengan sedikit kuat, membuat kuah baksonya tumpah hampir setengahnya. Kai menatap sekelilingnya, ia melihat bayak orang yang menatap ke arah mejanya dan Bima, Kai menggaruk tengkuknya walaupun sebenarnya sedang tidak gatal.
"Ehehehe ... maaf...", ucap Kai dengan tawa yang sedikit hambar.
Setelah keadaan kembali seperti biasa, Kai kembali menatap Bima.
"Bim, itu tadi apa yang jatuh?", kata Kai dengan suaranya yang sedikit direndahkan.
Bukan apa-apa, Kai cuman penasaran karena sikap Bima yang tidak biasa saat memasukkannya benda tadi ke sakunya. Seperti terburu-buru.
Bima mengernyitkan dahinya, "Apa?" Kai mendecak.
"Kau ini bodoh, apa pura-pura bodoh, huh?"
Bim menatap Kai sekilas, lalu kembali kepada makanannya.
"Bim, tadi apa yang jatuh? Kenapa kamu seperti menyembunyikan sesuatu?"
Bima kembali mengernyitkan dahinya, "Apa-apaan ini?"
Suasananya semakin menegangkan. Bima yang menatap Kai dengan tatapan tidak nyaman karena merasa seolah dipojokkan, dan Kai yang terus menatap Bima curiga.
Kai menghela nafasnya, dia sudah terlanjur penasaran. Kai hanya mampu menahan dirinya sembari menyantap baksonya tak nafsu. Kai terus menunggu Bima untuk memberitahunya apa benda yang tadi disembunyikan Bima tadi. Ia tidak ingin memaksa, hanya saja ia terlanjur ingin tahu.
Kring
"Ayo, istirahat sudah selesai.", ucap Kai yang langsung meninggalkan Bima begitu saja yang hanya mampu menatap punggung Kai yang terus bergerak menjauh darinya.
🐶❤️🐶
Yerim terus berterbangan kesana-kemari tak tentu arah. Yerim pergi dari tempat satu ke tempat lainnya. Terus seperti itu, hingga tak terasa sudah hampir lima jam ia melakukannya. Yerim menghampiri sebuah bunga matahari yang sedang tersenyum cerah di sebuah taman yang memiliki begitu banyak bunga-bunga yang tengah bermekaran.
Yerim menghembuskan nafasnya terus menerus. Mulutnya tertekuk dan wajahnya masam.
"Sepertinya ada yang sedang bersedih disini.", ucap bunga matahari sedikit menyinggung Yerim.
Yerim hanya diam sembari terus berpikir, ia tidak ingin mendengarkan siapapun dulu saat ini. Bunga matahari yang merasa dicuekin pun merasa sedikit kesal. Bunga matahari pun menggoyangkan tubuhnya, niatnya hanya ingin bercanda sedikit dengan Yerim.
Yerim berteriak ketakutan saat bunga matahari menggerakkan tubuhnya. Yerim menggenggam erat salah satu kelopak bunga dari bunga matahari itu, dan tanpa sengaja ia membuat kelopaknya terlepas. Bunga matahari menjerit kesakitan.
"Hei, mengapa kamu menarik kelopak ku?! Huwaaaaa itu jadi tidak cantik lagi!!", ucap bunga matahari sembari menangis karena merasa dirinya sudah tidak cantik lagi setelah kehilangan salah satu kelopak bunganya.
Yerim yang merasa tidak terima disalahkan mulai membela dirinya. "Apa? Kau yang menggoyangkan tubuhmu, kan aku jadi takut tahu!"
"Tapi seharusnya kamu tidak menarik kelopak ku!"
"Aku tidak akan melakukannya kalau kamu tidak menakuti ku!"
"Kau ini, sudah salah bukannya minta maaf malah menyalahkan orang lain!"
"Apa? Ck, aku tidak mau meminta maaf! Tidak akan pernah! Sudahlah!", ucap Yerim yang langsung meninggalkan bunga matahari yang sedang kesal itu disana tanpa mengucapkan terimakasih karena telah menumpang sebelumnya.
"Ck, dasar bunga pemarah."
🐶❤️🐶
"Kai!"
Bima berlari mengejar Kai yang lebih dulu keluar kelas. Tidak biasanya Kai meninggalkannya pulang sendirian, kalaupun Kai memilih pulang lebih dulu atau pulang tidak bersama Bima pasti kai akan meminta maaf dahulu pada Bima. Tapi kenapa kali ini Kai memilih meninggalkan Bima tanpa meminta maaf atau mengatakan sepatah katapun?
Bima berusaha mempercepat langkahnya dan menyamakan langkahnya dengan temannya yang sedang merajuk itu.
"Kai!", ucap Bima sembari berjalan di sebelah Kai.
Kai tidak merespon apapun. Kai hanya terus berjalan mengacuhkan Bima.
Bima tau ini salahnya yang menutupi sesuatu pada teman terdekatnya ini, tapi sebenarnya Bima hanya sedang bercanda. Lagipula, Bima tidak tahu benda apa itu, ia hanya buru-buru memasukkannya ke dalam sakunya karena istirahat hanya sebentar. Bagaimana jika saat mereka makan nanti bel tiba-tiba berbunyi begitu saja?
"Ini."
Bima menjulurkan tangannya, menunjukkan sebuah benda hijau yang sejak tadi menjadi akar permasalahan mereka.
Kai menyipitkan matanya, dan menatap dengan ujung matanya. Bersikap seolah acuh tak acuh.
"Kau tidak mau lihat lagi ya? Yasudahlah ... maafkan aku.", Bima meraih kembali tangannya dan ingin memasukkan kembali benda itu ke dalam sakunya.
"E-eh, aku lihat dulu hehe." Kai tiba-tiba menahan tangan Bima dan meraih benda itu. Benda kecil yang lumayan indah.
Kai menatap benda itu lama, pandangannya sama sekali tidak teralihkan. Bahkan Bima yang sedari tadi memanggilnya pun tak direspon.
"Bim ...", ucap Kai menggantung yang dibalas dengan deheman oleh Bima.
"Ini, sepertinya aku pernah melihatnya ...."
Bima menolehkan pandangannya pada temannya itu. "Apa?", tanya Bima.
"Ini seperti benda yang berasal dari dunia dongeng ... Mirip."
"Hah? Hahaha, kenapa kamu suka sekali bercanda? Hahaha!", Bima tertawa terbahak-bahak melihat Kai yang terlalu membawa serius benda itu. Benar-benar tak masuk akal.
🐶❤️🐶
Cerita ini diikutsertakan dalam APproject individu generasi keempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lovers From Another Galaxy #APproject
Teen FictionYerim, seorang peri yang tidak pernah mengetahui apa itu cinta tiba-tiba saja merasa bahwa dirinya kini telah jatuh cinta. Ia merasa bahwa takdirnya kini telah berubah. Seratus dua puluh tahun kehidupannya seakan tidak pernah berarti dan menganggap...