"HEIII AWASS!!"
Yerim berteriak saat melihat benda itu makin mendekati wanita yang bahkan belum menyadari bahwa hidupnya tengah dalam ambang-ambang kematian.
Mungkin karena keadaan sudah gelap, dan jalanan juga sudah tidak terlalu banyak orang yang berlalu-lalang, jadi tidak ada cahaya ataupun penerangan jalan di sana. Memang toko di seberang jalan mempunyai lampu dan terang, tapi sayangnya wanita itu malah asik bertelepon di kursi yang berada di daerah minim penerangan.
Yerim terus memaksa dirinya untuk menghampiri wanita itu karena benda itu -mobil sudah sangat dekat dengannya. Mobil itu berjalan dengan tidak stabil, dia terus saja oleng ke sana-kemari sejak tadi.
Pengemudi mobil itu sepertinya sedang dalam keadaan yang tidak sadarkan diri. Bahkan tadi mobil itu baru saja menabrak pembatas jalan dan membuat keributan. Beberapa orang berusaha menjegal langkah mobil itu karena mereka harus menuntut pengemudi mobil itu untuk menggantikan kerugian atas pembatas jalan yang baru saja ditabrak olehnya. Tapi sang pengemudi mobil itu bahkan sama sekali tidak menghiraukan semua orang yang tengah menghalangi laju mobilnya. Dia malah menginjak pedal gas mobilnya dan tidak memperdulikan orang-orang yang ada di depannya dan membuat orang-orang itu memilih mengalah dan membiarkan pengemudi itu pergi begitu saja. Ya, itu lebih baik daripada mereka mati konyol dengan alasan menghadang orang untuk mengganti rugi tapi mereka malah ditabrak oleh orang itu.
"Sial, mereka mengganggu aku sedang balapan saja.", ujar sang pengemudi dan mengambil sebuah kaleng minuman yang terletak di kursi jok belakang.
Dia berusaha mengulurkan tangannya agar dapat mengambil kaleng minuman itu, namun sepertinya dia lupa mematikan kendaraannya dan tetap menjalankan mobilnya tanpa mengemudikan setirnya. Dia terus mencoba meraih kaleng minuman soda itu bahkan kini badannya ia condongkan ke belakang untuk meraih kaleng yang dia inginkan.
Bruk"Argh!"
Pengemudi mobil itu mengaduh kesakitan saat kepalanya menghantam dasbor mobil saat mobilnya melintasi polisi tidur secara tiba-tiba. Dia mengelus-elus kepalanya dan mengutuk mobil juga polisi tidur yang berani-beraninya membuat kepalanya sakit.
"Dasar mobil tidak tahu diri! Aku susah-susah untuk mendapatkan kamu, tapi kamu malah menyakiti aku hahaha ...", katanya melantur sambil tertawa-tawa sendiri.
"Ini polisi tidur juga, kenapa harus ada di sini sih. Dasar, mengganggu saja bisanya!", katanya dan mencebikkan bibirnya.
Lalu dia tertawa-tawa sendiri tanpa mengingat bahwa mobilnya masih terus menyala. Mobilnya masih terus berjalan.
"Oh, apakah dia suka padaku? Secara aku ini kan tampan sekali hahahaha ...."
"Ck, baik makhluk hidup, ataupun benda mati, mereka sama-sama mengganggu diriku~"
"Ibu~ kenapa anakmu itu terlahir tampan?"
Dia terus bersenandung sembari berusaha meraih kaleng minuman yang bahkan sudah tidak ada lagi di jok belakang. Kaleng itu sudah jatuh ke kolong bangku sepertinya saat mobil melintasi polisi tidur secara tiba-tiba.
"Dimana kalengnya? Hey~ keluar cepat!"
Dia terus berusaha untuk mengambil kaleng yang entah berada di mana sekarang dan membiarkan mobil miliknya melaju sendirian.
Sedangkan di sisi lain, Yerim yang melihat mobil itu semakin mendekat ke arah wanita itu, langsung buru-buru mendekatinya tanpa perduli bahwa darahnya sudah memenuhi seluruh jalan dan membentuk jejak di sepanjang jalan. Yerim meraih pergelangan tangan wanita itu dan menariknya untuk pergi lebih jauh dari tempat dimana ia berdiri sebelumnya.
Wanita itu terlihat begitu terkejut saat seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya malah menarik tangannya kasar dan membawanya kabur. Dia berusaha memberontak dan melepaskan genggaman Yerim dari pergelangan tangannya dan ingin berteriak minta tolong.
"Tolongggg!!!"
Bruk
🐶❤️🐶
Cerita ini diikutsertakan dalam APproject individu generasi keempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lovers From Another Galaxy #APproject
Teen FictionYerim, seorang peri yang tidak pernah mengetahui apa itu cinta tiba-tiba saja merasa bahwa dirinya kini telah jatuh cinta. Ia merasa bahwa takdirnya kini telah berubah. Seratus dua puluh tahun kehidupannya seakan tidak pernah berarti dan menganggap...