"Bagaimana bisa? Kenapa kamu ini ceroboh sekali hah?"
"Astaga, aku tak pernah habis pikir!"
Yerim hanya menatap bosan Selona yang sedang memarahinya. Ini sudah hampir satu setengah jam sejak ratu dari kaum peri itu memutuskan datang ke bumi dan menemuinya.
Yerim mengerucutkan bibirnya, dia benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa seseorang yang pemarah, dan tidak sabaran, bisa menjadi penguasa dan pemimpin bangsa peri? Benar-benar tidak masuk akal.
Selona yang sejak tadi tidak memberi jeda dalam mengomeli Yerim pun pada akhirnya kelelahan. Selona menarik nafasnya lelah, dan beralih menatap Yerim, satu-satunya peri yang berani membuatnya datang mengunjunginya hanya karena masalah sepele.
Melihat Yerim yang tengah memainkan rambutnya dengan tenang seolah tidak pernah terjadi apa-apa benar-benar membuat amarah Selona kembali memuncak. Yang awalnya Selona berniat untuk bersabar dalam menghadapi peri dihadapannya ini jadi lupa akan niatnya dan kembali berniat untuk mengutuknya.
"FAY YERIM!!"
Selona berteriak memanggil nama Yerim. Suaranya begitu melengking, hingga membuat burung-burung yang sedang bertengger di pohon pun memutuskan untuk pindah posisi. Sebegitu kerasnya suara Selona hingga tubuh Yerim bergetar sangking terkejutnya.
Yerim dengan tubuhnya yang masih saja bergetar itu sekarang tengah mengelus dadanya karena sejak tadi jantungnya tidak ingin berhenti berdetak kencang, padahal ini sudah hampir dua menit sejak teriakan Selona mengguncang jiwanya.
"Bagaimana bisa bangsa peri memiliki orang seperti dirimu, hah?! BAGAIMANA BISA?!" Selona benar-benar telah kehabisan kesabaran sekarang.
Yerim hanya mampu menunduk sembari berjaga-jaga. Tubuhnya selalu bergerak mundur perlahan saat Selona mengeluarkan caci makinya.
"Aku benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Selena menciptakan peri tidak berguna seperti kamu? Pasti Selena sedang mengantuk saat itu hingga lupa memberikan kamu otak." Selona benar-benar lepas kendali, ia memijit kepalanya sendiri melihat kelakuan salah satu perinya ini.
Yerim menatap Selona persekian detik lalu kembali menundukkan kepalanya. Apa itu tadi? Rasanya Yerim merasakan salah satu bagian tubuhnya berdenyut? Begitu sakit hingga menyengat hatinya begitu saja.
"Hah... Kau tahu, aku benar-benar tidak menyukaimu, Fay! Tapi mengapa kamu selalu membuat diriku makin membencimu? Mengapa?!" Selona begitu menekankan kata-katanya dengan meneriaki Yerim tepat di depan wajahnya.
"Apa tidak cukup selama ini kau ku caci maki, hah? Tidak cukup ya? Sebegitu bebalnya dirimu."
Yerim tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Yang ia lakukan sedari tadi hanyalah diam menunduk sembari memeras erat-erat tangan dan ujung gaunnya.
Yerim tidak pernah tahu ada apa dengan dirinya sendiri. Hatinya sedari tadi terus berdenyut, kata-kata caci maki dari Selona benar-benar menancap pada hatinya. Bahkan rasa-rasanya itu sudah menancap terlalu dalam.
Yerim menghela nafasnya. Dia kini tengah berusaha keras menahan air matanya agar tidak berhasil meloloskan diri dari matanya. Nafasnya sudah mulai tak beraturan, matanya pun sudah memerah. Rasa sakit di tangannya karena terlalu lama mengepal dan meremas-remas gaunnya pun sudah tidak dirasakannya lagi. Yerim benar-benar berusaha untuk mengontrol dirinya.
"Kau, aku tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapimu. Aku benar-benar tidak tahu lagi.", ucap Selona dengan suaranya yang kian melemah. Bukannya ia sudah tidak marah lagi, tapi kini Selona benar-benar sudah lelah menghadapi peri bebal dihadapannya ini. Ia sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa.
Setelah sekian lama mengeluarkan unek-uneknya, Selona akhirnya mengingat alasan mengapa dia bisa berada di tempat ini, di bumi.
Dengan menghembuskan nafasnya untuk menenangkan diri sendiri, Selona memutuskan untuk cepat-cepat pergi dari sini. Jadi dia memberi tahu Yerim bagaimana cara menemukan bukunya itu.
"Kemari.", panggil Selona pada Yerim.
Selona mengeluarkan bubuk-bubuk emas, meletakkannya di atas telapak tangannya, dan meniupkan. Seketika sebuah layar tembus pandang muncul dan menampilkan kegiatan Yerim sehari yang lalu, beberapa lama mengamati kegiatan Yerim di bumi, dan tidak ada satupun yang mencurigakan, pada akhirnya Selona melihat saat Yerim tengah merapihkan rambutnya di taman, sesuatu dari tangannya terjatuh ke bawah, dan Yerim langsung meninggalkan tempat tersebut. Tak beberapa lama terlihat seorang anak laki-laki yang masih menggunakan seragam sekolahnya duduk di tepi kolam tengah menelusuri pinggiran kolam seperti tengah mencari sesuatu.
"Lihat, sepertinya anak itu sedang mencari bukumu yang terjatuh itu, bukan?" Selona mengarahkan jari telunjuknya ke arah anak laki-laki itu.
Yerim mengerutkan keningnya, "Mengapa dia mencari buku milikku?", tanya Yerim.
"Sudah ku katakan sebelumnya, bahwa Selena lupa memberimu otak saat menciptakanmu. Sepertinya ini memang benar ... --
lihat itu, bukumu jatuh ke atas kepalanya, jadi dia mencarinya.", ucap Selona dengan memundurkan waktunya tepat pada saat buku Yerim terjatuh kemarin.
"Mencari apa?", tanya Yerim yang membuat Selona menggeram dan memegang dadanya.
"Sabar Selona, sabar, jangan emosi lagi ....", Selona mengelus-elus dadanya, berusaha menahan dirinya agar tidak terpancing amarah untuk kesekian kalinya.
"Mencari otakmu.--
YA MENCARI BUKUMU LAH! SUDAHLAH AKU INGIN PERGI SEKARANG!"
Yerim tersentak mendengar Selona membentak dirinya. Yerim merasa bersalah. Yerim ingin meminta maaf pada Selona karena sudah membuatnya marah-marah terus sepanjang hari. Namun, Selona tidak ingin seperti itu. Tanpa membiarkan Yerim untuk berbicara lagi, Selona pergi dari sana diikuti beberapa pengawalnya yang ikut serta bersamanya pergi ke bumi tadi. Selona meninggalkan Yerim yang terdiam di tempatnya sembari menatap kepergian sang ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lovers From Another Galaxy #APproject
Teen FictionYerim, seorang peri yang tidak pernah mengetahui apa itu cinta tiba-tiba saja merasa bahwa dirinya kini telah jatuh cinta. Ia merasa bahwa takdirnya kini telah berubah. Seratus dua puluh tahun kehidupannya seakan tidak pernah berarti dan menganggap...