Kiara masih memikirkan pria lantai 30. Selain Christo Kiara praktis tidak punya teman lain. Christo pernah bilang orang Osaka lebih ramah dibandingkan orang Tokyo. Nyata Kiara tetap kesulitan mendapatkan teman. Jangankan memulai dengan tersenyum, ketika berpapasan mereka menundukkan kepala seolah menghindari kontak mata. Berbeda dengan Eiji. Pria itu mau melakukan kontak mata dan mengerti bahasa Inggris. Mereka tanpa sengaja bertemu lagi di depan kondominium saat Kiara mau belanja. Eiji kebetulan mau belanja juga. Eiji menyarankan belanja di Super Tamade. Banyak yang murah dan sangat lengkap, begitu ucap Eiji.
Memasuki Super Tamade Kiara mendapati supermarket ini mirip Carefour atau Lotte di Jakarta. Sementara Hankyu Oasis lebih mirip Food hall dengan rak berjarak lebar dan harga lebih mahal. Berdasarkan budget ,Kiara lebih cocok dengan Super Tamade. Lorongnya sempit lantaran banyak orang lewat dan dipenuhi tumpukan kardus. Pada bagian sayuran dan makanan basah, keranjang plastik berisi sayuran, buah-buahan yang sudah dibungkus plastik. Pada bagian freezer daging dan makanan beku dibungkus styreofoam. Konter makanan jadi pun sangat besar, tersedia sushi, yakitori dan bento. Kiara diperkenalkan merek murah dan terbaik. Belanja kali ini mendapat banyak dengan total belanja yang lebih murah.
Sebagai orang yang baru dikenal, Kiara menyukai Eiji. Pria itu sungguh menawan dan pandai membawa diri. Gayanya easy going dan kerap menggoda lawan bicara untuk menghidupkan suasana. Seorang obachan (nenek) terkekeh ketika Eiji mengajak mengobrol. Eiji tak ragu memulai percakapan dengan orang baru. Bila ada orang asing yang belanja di Super Tamade, dia sigap memberikan bantuan.
Sebelum pulang, Eiji mengajak ke Ogimachi Park menikmati bento dan gorengan yang dibeli di Super Tameda. Kiara tidak menolak. Dia bosan sendirian di Kondominium. Mereka duduk di bawah pohon rindang dan mengobrol sedikit soal Osaka dan kebiasaan orang di sini. Eiji sudah lima tahun tinggal di Osaka, sebelumnya tinggal dan bekerja di Tokyo. Rasanya lucu mereka baru bertemu beberapa jam tetapi Kiara tidak ragu berkeluh kesah tentang kesulitannya beradaptasi di kota ini.
"Kamu sebaiknya belajar bahasa Jepang," saran Eiji mendengar keluhan Kiara.
"Aku udah pingin belajar. Biar ngerti kalau belanja atau cari jalan," Kiara menyetujui.
Sejauh ini Kiara hanya bisa mengucapkan arigato, ohayo, konichiwa dan oisshi. Tiga bulan tinggal di Osaka, Kiara jadi paham bahasa Inggris tidak terlalu berguna di kota internasional ini. Di tempat wisata ada yang mau berbicara bahasa Inggris tetapi di tempat lain praktis hanya bahasa Jepang. Barang kali itu juga kendalanya mendapatkan teman.
"Aku bisa jadi teman belajar kalau kamu mau," tawar Eiji manis.
"Mau banget," ucap Kiara semangat.
"Orang di Osaka lebih ramah dan terbuka. Mereka juga doyan bercanda. Kalau kamu lihat acara televisi di sini, banyak komedian berasal dari Osaka. " tambah Eiji lagi.
Ucapan Eiji mengingkat cerita Christo perihal karakter orang Osaka. Ketika sedang berjalan-jalan, Kiara tersenyum sendiri melihat warga Osaka berinteraksi dengan temannya. Suara mereka lebih kencang dibandingkan orang Jepang pada umumnya. Di taman ini dia bisa melihat petugas taman berbicara dengan anak kecil yang mencari bola dengan gaya mirip komedian.
KAMU SEDANG MEMBACA
OSAKA Double Trouble (completed )
ChickLitCERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Cerita ini merupakan sekuel dari Osaka Breat tetapi bisa dibaca secara terpisah. SPOILER: Cerita ini hanya akan dipublish sebagian ya. Sisanya akan diter...