Two lonely girl part 3

1.9K 217 9
                                    


Christo mengetuk-getuk jemari di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Christo mengetuk-getuk jemari di meja. Matanya kembali melirik ke arah laptop dengan malas. Dominic masih mengoceh soal memasukkan produk Kofinesia saset ke restoran dan hotel dalam rencana kuartal kedua. Kantor resmi baru dibuka beberapa hari. Konsentrasi marketing masih pada supermarket belum pada restoran apalagi hotel.Christo ingin memasuki supermaket di Kobe dan Wakayama. Sementara Dominic, ngotot semua harus bergerak bersamaan.

Tinggal berjauhan membuat hubungan mereka lebih lancar. Frekuensi pertengkaran semakin berkurang. Mereka punya teritori masing-masing. Dominic mau mendengarkan usul Christo. Dia juga berusaha menampung usulan Dominic demi kelancaran bisnis di Osaka. Walau kadang tetap sulit terutama ketika sikap bossy Dominic tidak juga hilang. Christo sudah ingin menyelesaikan diskusi, masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan.

"Bukannya  aku enggak setuju tetapi ide itu ditunda dulu. Strategi marketing bisa berubah lagi. Semua jadi berantakan," Christo  tak tahan memotong penjelasan Dominic.

"Strategi  marketing itu harus fleksibel, " Dominic masih ngotot. "Kemarin aku ngobrol dengan perwakilan depdag (departemen perdagangan). Trade Expo akan ada lagi bulan Maret. Aku ingin ketika pameran berlangsung  semua produk kita menyebar rata, " ucap Dominic dengan mengebu-gebu. " Jangan lupa yang kamu urus seluruh produk bukan hanya Kofinesia. Masak kamu enggak berani kayak gitu. Apa perlu tim aku di Jakarta yang handle?" suara  Dominic mulai meremehkan.

Christo meletakan tangan yang terkait dibalik kepala. Hatinya mulai panas.  Dominic kembali mengusik teritorinya. Sudah jadi tradisi perusahaan mereka mengikuti Trade Expo. Transaksi yang berhasil dibukukan pun tidak main-main. Ini merupakan kesempatan besar membuktikan dirinya mampu menjalankan tantangan apa pun.

"Baiklah aku coba cek hasil survei pada Hiro. Aku bicarakan juga dengan Kei soal budget. Aku kasih laporan secepatnya. Kamu kapan kembali ke Jakarta?" tanya Christo. 

"Besok malam, paginya  mampir dulu ke Tokyo. Malam ini aku ada dinner dengan orang konjen (konsulat jenderal) Osaka.  Kamu mau ikut dinner?  Kamu perlu kenal mereka biar gampang kalau ada urusan," ucap Dominic. 

"Aku udah punya kontak mereka. Buat apa lagi?" tolak Christo sambil menguap.

Christo malas berbasa-basi. Biar itu jadi bagian Dominic yang menikmati obrolan ngalor ngidul soal ekonomi, politik. Dominic sedang mencari koneksi politik juga.  Satu hal yang Christo hindari. Sebagai pengusaha dia punya prinsip; penting tahu politik tetapi jangan terlibat politik praktis. Dia membuat batas yang jelas soal itu.

"Tapi kamu perlu lebih berkenalan lebih akrab," protes Dominic.

"Aku harus mengecek  laporan sales  ke Kobe," ucap Christo melonggarkan dasi. "Kamu ngajak Mbak Vivi  dinner juga? Dia sudah selesai jalan-jalan sama Kiara," tanya Christo lagi.

"Enggak dia sudah balik ke Tokyo."

"Gimana proses bayi tabung, lancar?"

Dominic menggeleng  resah, "Programnya belum mulai. Dokter bilang  kondisi badan  Vivi harus dibuat fit  dulu dan enggak boleh stres."

OSAKA Double  Trouble (completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang