"Apa jantungmu berdebar kencang?"
Hoseok mendecih, "Bodoh. Untuk apa aku merasa demikian?"
Dengan gelengan kepala tak percaya, Sewoon berjalan memasuki rumah besar itu lebih dulu. Sedang Hoseok sendiri masih sibuk mengamati sekeliling. Memang dia tak merasa asing dengan suasana pedesaan begini, meski sepanjang hidupnya ia habiskan di kota. Tapi ketika pertama kalinya ia menginjakkan kaki di kediaman keluarga Kim ini, rasanya sedikit berbeda. Ada nuansa yang membuatnya berpikir tak akan jadi masalah jika suatu saat ia tinggal di sini dalam waktu yang lama.
Lihat saja rumah berdesain minimalis, beserta halaman yang begitu luas dengan berbagai tanaman bunga yang cantik ini. Seolah menunjukkan bahwa, meskipun keluarga ini hidup di pedesaan, tapi mereka tetap terlihat memiliki kelas. Tak heran sih, karena keluarga Kim memang salah satu pemilik lahan terluas seantero Jeolla Utara. Perkebunan yang mereka miliki bahkan sudah menyebar ke wilayah Jeolla Selatan. Untuk masalah ekonomi, bukan jadi hambatan sama sekali.
Eit. Tapi untuk apa ia berpikir seperti itu? Memangnya ia setuju untuk dijodohkan?
"Hoseok, ayo masuk!"
Pemuda ikal itu tertegun, lantas tersenyum sekenanya pada Kim Junsu, bakal calon mertuanya kelak. Wajah itu tentu saja tak asing di mata Hoseok, karena ia ingat pernah bertemu dengan Junsu ketika masih kecil.
"Lama tak berjumpa, Paman" sapa Hoseok ramah, Junsu menyambutnya dengan pelukan hangat.
"Astaga, kau tumbuh dengan sangat baik. Tampan dan terlihat dewasa."
"Paman sendiri juga masih terlihat muda."
Junsu mengibaskan tangannya, "Muda apanya? Umurku sudah 50 tahun sekarang," kilahnya kemudian menyilakan Hoseok masuk ke dalam rumahnya.
"Um, ke mana perginya semua orang?" Hoseok celingukan. Tadi memang ia ke luar mobil paling akhir jadi tak memerhatikan ke mana kedua orang tuanya pergi.
"Ooh. Ayah dan Ibumu juga Sewoon ada di teras belakang. Mereka tak sabar ingin menikmati buah mangga yang sedang dipanen."
Hoseok anggukkan kepala mengerti, "Um, Paman. Saya turut prihatin atas kepergian Bibi Woori. Maaf karena tak sempat datang beberapa bulan lalu," sesal Hoseok teringat istri Junsu yang meninggal akibat sakit paru-paru.
Junsu tersenyum, lantas mengusap kepala Hoseok lembut, "Sudahlah, tak apa-apa. Justru aku akan semakin sedih jika melihatnya terus tersiksa. Oh iya, Namjoon sepertinya akan pulang sedikit terlambat. Belakangan ia sangat sibuk mengurus lahan baru. Haahh, padahal sudah kubilang padanya agar santai saja, tapi dia terlalu keras kepala."
Hoseok mengangguk sembari ber-oh panjang.
"Ah, apa kau mau berjalan-jalan melihat ladang jagung?" tawar Junsu.
"Umm, boleh."
"Baiklah, setelah makan siang nanti, Paman akan meminta si bungsu untuk menemanimu jalan-jalan ya."
Dahi Hoseok mengernyit, "Si Bungsu?"
"Iya, bungsu keluarga kami. Kim Taehyung."
"Ayaaaahh! Aku pulaangg!"
Hoseok menoleh pada seseorang yang baru saja memasuki rumah dengan suara nyaringnya itu. Pemuda tinggi dengan kulit tan, rambut hitam legam, juga senyum lebar yang menghiasi wajah tampannya, seketika membuat Hoseok menahan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Hoseok! (Namseok) ✔
FanfictionBagaimana jadinya jika Hoseok harus memilih antara menjalani tradisi atau mengikuti kata hati? Namseok! AU Story & Written by Chaerachae