Let Me Try!

1.4K 204 24
                                    

"Saya tidak akan bicara terlalu formal, saya usahakan tidak akan mengusik Hoseok terlalu sering. Maka izinkanlah saya untuk berusaha mendapatkan hati Hoseok, saya akan bekerja keras."

Hoseok menjatuhkan sumpitnya tatkala deretan kalimat itu tercetus begitu saja dari mulut Namjoon. Belum lima menit ia duduk di meja makan, belum separuh nasi di mangkuk ia habiskan, Namjoon muncul hanya untuk memberi kejutan. Apa-apaan itu tadi?

Junsu yang juga tengah duduk di meja yang sama lantas tersenyum maklum. Satu tangannya ia gunakan untuk menepuk bahu Hoseok dan tangan lain ia gunakan untuk menarik lengan Namjoon, menyuruhnya duduk.

"Sarapan dulu, baru kalian bisa lanjutkan pembicaraannya. Ayah tau kalau kau sangat bersemangat, tapi sikapmu ini membuat Hoseok terkejut."

Namjoon tertegun, ia memandang Hoseok yang cuma merotasikan bola matanya malas. "Ma-maaf."

"Hari ini kau mau ajak aku ke mana?" Hoseok bertanya sembari melanjutkan sarapannya. Tak menggubris permintaan maaf Namjoon sama sekali.

"Ah, pagi ini saya harus ke sawah untuk mengecek padi yang baru saja dipanen. Kalau berkenan, Hoseok bisa ikut saya ke sana dan setelah itu kita akan berkeliling melihat sawah."

"Hm, ya sudah. Aku ikut saja."

"Ehey, kenapa kau hanya mengajaknya berkeliling sawah atau perkebunan saja? Bukankah sore nanti ada festival dan pasar malam di dekat pasar, kau ajaklah Hoseok ke sana," ujar Junsu yang lantas diiyakan Namjoon.

Mendengar festival dan pasar malam membuat Hoseok sedikit tertarik, "Saya baru tau kalau di desa ada penyelenggaraan festival juga."

"Ya, warga desa menyelenggarakan untuk perayaan musim panen," Junsu menyahut, "Acaranya akan dimulai pukul enam petang sampai tengah malam. Biasanya di sana ada berbagai wahana permainan untuk anak-anak juga dewasa. Kau dan Namjoon bermainlah di sana sepuasnya."

Hoseok mengangguk senang, "Baik Paman."

Setidaknya melihat festival dan bermain di pasar malam jauh lebih menyenangkan dibanding berkeliling perkebunan setiap hari. Tidak ada hal yang bisa didapatkannya selain lelah dan kebosanan.

...

"Saya akan menemui pekerja saya sebentar, Hoseok tunggu saja di sini," ucap Namjoon kemudian turun ke tengah sawah yang sedang dipanen itu. Hoseok menurut dan menunggu Namjoon di gubuk kecil sembari menyantap salad buah yang ia bawa dari rumah. Tak lama kemudian atensi Hoseok teralihkan oleh panggilan telepon dari ponselnya. Ia terperanjat kaget, lantaran yang menelponnya adalah mantan kekasihnya; Kim Seokjin.

Wah. Hoseok gelengkan kepala tak percaya. Karena seingatnya, Seokjin sendiri yang bilang bahwa sebaiknya mereka tak saling berhubungan lagi. Tidak dalam bentuk chat apalagi telpon. Tapi ini? Apa-apaan ini?

"Ada apa?" Hoseok menerima panggilan itu tanpa banyak berpikir. Dia bukan seorang pengecut yang lari hanya karena sang mantan muncul kembali.

"Seok, kau di mana?"

Ah, Hoseok rindu suara itu sebenarnya. Ia sangat rindu cara Seokjin memanggil namanya. Terdengar begitu manja juga mendamba. Tapi sayangnya ia ditampar realita bahwa keadaannya kini sudah berbeda.

"Di Seongnam. Kenapa?" Hoseok tak ingin bersikap dingin. Tapi ia harus melakukannya. Jika ia melembut, ia yakin hatinya akan kembali diselimuti kalut.

"Aku ingin bertemu denganmu. Kemarin aku datang ke rumahmu, tapi Sewoon mengatakan bahwa kau tak berada di Seoul. Dan sepertinya, aku sudah tak diterima lagi di sana. Adikmu langsung mengusirku begitu saja tanpa mengatakan di mana kau berada sekarang," nada Seokjin terdengar putus asa, dan hal itu berhasil membuat denyut yang terasa sakit di dada Hoseok.

Marry Me, Hoseok! (Namseok) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang