Hoseok tidak main-main dengan pernyataannya tempo hari, yang sempat disangka sekadar gurauan oleh Namjoon. Ia sungguh ingin Namjoon hanya fokus terhadapnya saat ini. Berubah pikiran? Mungkin bisa dibilang begitu. Karena nyatanya Hoseok tak pernah menolak ketika Namjoon menawarkan diri untuk mengantarnya ke studio atau mengajaknya makan malam di luar. Semacam kencan tapi bukan kencan. Pendekatan adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan mereka sekarang ini.
"Oke, jadi kau akan serius dengan si Namjoon ini, hm?"
Hoseok mengangguk sekenanya ketika Jimin melayangkan pertanyaan di sela jam istirahat mereka. "Aku coba memberinya kesempatan. Tidak ada salahnya juga kupikir."
"Setelah beberapa waktu lalu kau terus memberontak dan menolaknya mentah-mentah?" Jimin berdecak tak percaya, "Entah kenapa aku tak melihat adanya keseriusan itu di matamu? Mungkin kau hanya lelah karena terus saja didesak untuk menerimanya? Coba pikirkan lagi."
Hoseok mendengus, "Aku tak pernah mengatakan hatiku sudah jatuh padanya. Aku hanya coba memberinya kesempatan. Kalau nyatanya dia gagal membuatku terkesan, perjodohan ini otomatis batal. Kau pikir aku seceroboh itu?"
"Iya. Kau mengatakan hal serupa saat Seokjin coba mendekatimu dulu."
Hoseok tersedak. Jimin menyeringai penuh ejek.
"Akui saja, sebenarnya kau sudah mulai menyukainya, Seok. Ya kan?"
"Kau pikir aku bisa jatuh semudah itu? Ck. Aku bukan kau, Park Jimin."
"You did. Hanya saja kau selalu denial pada dirimu sendiri. Tipikal Jung Hoseok sekali, huh? Aku sih tidak akan kaget kalau melihatmu tiba-tiba suka tersenyum sendirian sembari melihat ponsel, atau kau yang datang ke studio dengan dua kantung berisi makanan," Jimin gelengkan kepala, "Kau seketika kehilangan akal kalau sudah jatuh cinta."
Hoseok merotasikan bola matanya, sebelum beranjak dan kembali menyalakan musik.
"Pegang kata-kataku, Ji. Aku tak akan jatuh padanya dengan mudah."
"Ha, kalau hal itu terjadi, rolex sky-dwellermu jadi milikku. Bagaimana?"
"Ya ya ya. Terserah kau saja."
Jimin tersenyum semringah. Ia tau bahwa ia akan memenangkan taruhan lagi kali ini. Seperti tiga tahun lalu, ketika hati Hoseok berhasil tercuri oleh Kim Seokjin.
...
"Aku ingin makan pasta," celetuk Hoseok begitu baru masuk ke dalam mobil. Namjoon yang duduk di belakang kemudi kemudian mengangguk mengerti.
"Tapi kau yang masak."
Namjoon seketika terperanjat kaget, "Saya?!"
"Iya. Jangan bilang kau tidak bisa memasak pasta?"
"Uhm," Namjoon mengusap tengkuknya, "Sebenarnya saya memang tidak pernah bersahabat dengan dapur. Maka itu, saya tidak bisa memasak apapun."
Hoseok mendengus, "Tapi ini cuma pasta. Kau bisa mengolahnya dengan sangat mudah."
"Bagaimana kalau kita masak bersama saja?"
"Aku terlalu lelah untuk sekadar memegang panci. Pokoknya aku mau kau yang memasak untukku. Tidak ada penolakan."
"Uh, tapi-"
"Tidak ada penolakan Kim Namjoon."
Ucapan tegas Hoseok sontak membuat Namjoon menghela napas pasrah, lantas mengangguk pelan.
"Tapi-"
Hoseok melirik tajam ketika mulut Namjoon kembali terbuka. "Apa lagi?"
"Apa saya boleh minta sesuatu setelah memasak untuk Hoseok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Hoseok! (Namseok) ✔
FanfictionBagaimana jadinya jika Hoseok harus memilih antara menjalani tradisi atau mengikuti kata hati? Namseok! AU Story & Written by Chaerachae