Ilhoon gelengkan kepala ketika melihat sang putra sulung kembali menginjakkan kakinya di rumah. Satu jam lalu ia dikabari Junsu bahwa Hoseok sedang dalam perjalanan kembali ke Seoul. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan wajah super masam, Ilhoon menyambut Hoseok yang terkekeh tanpa dosa.
"Kau ini apa-apaan, hah? Siapa yang menyuruhmu pulang sekarang? Memangnya dua minggumu di sana sudah terlewati?"
Hoseok mendecakkan lidahnya, "Aku punya alasan kuat kenapa aku pergi dan memutuskan untuk mengakhiri perjodohan ini."
"Jika alasannya hanya karena kau tak menyukai Namjoon, aku tak mau mendengarnya."
"Ayah," Hoseok menghela napas pendek, "Sebenarnya Ayah tau tidak sih kalau harusnya bukan aku yang dijodohkan dengan Namjoon?"
Ilhoon tertegun, "Kau tau?"
"Jadi memang benar?" Hoseok mengusak rambutnya kasar, "Wah, aku tidak menyangka kalau Ayahku akan berbuat setega ini padaku."
"Kau mengataiku tega? Yah Jung Hoseok, kau pikir Ayah tidak tau bagaimana kacaunya kau selama dua tahun ini hah? Ibumu bahkan sampai khawatir kau akan kesulitan membuka hati," Ilhoon menghela napas pendek, "Kami berdua menyadari bahwa selama ini kau memang tak mengencani gadis. Tapi memilih seniormu itu untuk jadi teman kencanmu bukan keputusan tepat, Seok. Ayah tau seperti apa latar belakang keluarga Kim Seokjin. Dan lihat akhirnya, apa menurutmu kau merasa baik-baik saja setelah itu?"
"Lantas dengan menjodohkanku akan membuat segalanya menjadi lebih baik?" Hoseok gelengkan kepala, "Terima kasih, tapi Ayah tidak membantuku sama sekali."
Hoseok lantas menuju kamarnya di lantai dua, meninggalkan Ilhoon yang hanya bisa mengelus dada. Mungkin benar ia salah karena sudah membohongi putranya. Tapi Ilhoon hanya mengusahakan yang terbaik Hoseok. Di luar masalah tradisi keluarga, Ilhoon hanya ingin Hoseok hidup bahagia dengan pasangannya kelak. Untuk itu ia dan Junsu sepakat untuk menjodohkan Namjoon dengan Hoseok. Mengabaikan fakta bahwa yang harusnya dijodohkan dengan Namjoon adalah orang lain.
Keputusan Ilhoon juga sudah dipikirkannya masak-masak. Ilhoon mengenal Kim Junsu dengan sangat baik, mereka bersahabat dan sering bekerja sama dalam hal bisnis. Lagipula semasa kecil dulu Namjoon dan Hoseok sudah sering bertemu dan bermain bersama, pastilah keduanya tak merasa asing satu sama lain. Ilhoon sendiri mengenal Namjoon dengan cukup baik. Ia tau Namjoon orang yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Selama ini ia tak pernah terlibat hubungan asmara dengan siapapun karena mengakui terang-terangan soal perasaannya terhadap Hoseok. Itulah faktor kuat yang makin membuat Ilhoon mantap dengan perjodohan ini. Ia sangat yakin bahwa Namjoon adalah pemuda yang tak akan mengecewakan dan menyakiti hati putranya.
"Junsu-ya, bagaimana ini?" Ilhoon menghela napas lesu ketika sambungan teleponnya diterima Junsu.
"Aku sudah tak bisa lakukan apapun selain menghargai keputusan Hoseok. Aku tak ingin memaksanya. Tapi Namjoon.."
"Namjoon kenapa?"
"Dia bilang akan pergi ke Seoul lusa nanti. Dia yang akan menggantikanku dalam rapat keluarga untuk membahas perjodohan ini."
Ilhoon terhenyak, "Serius?!"
...
Hoseok baru selesai melakukan pemanasan ketika pintu studionya terbuka dan menampilkan sosok karibnya selama ini.
"Yak! Kupikir kau ada di Seongnam sekarang," Jimin berseru lantas memeluk Hoseok dari belakang. "Kau rindu sekali padaku ya makanya pulang?"
Hoseok merotasikan bola matanya malas, "Aku membatalkan perjodohan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Hoseok! (Namseok) ✔
FanfictionBagaimana jadinya jika Hoseok harus memilih antara menjalani tradisi atau mengikuti kata hati? Namseok! AU Story & Written by Chaerachae