Picnic together? ☑️

713 86 3
                                    

Doyoung cukup menyesal kenapa ia harus membuka handphone nya. Mengirim pesan ke sang kekasih. Lalu, yang ia dapatkan hanya foto sang kekasih dengan lelaki yang cukup ia kenal.

Mereka jalan bersama.

Bahkan, foto mereka ada di media sosial. Doyoung merasa dirinya di khianati oleh kekasihnya. Ia diam dan memandang foto itu. Walaupun banyak yang melihatnya, Doyoung sama sekali tidak peduli.

Di taman, dengan pakaian rapih untuk berkunjung kerumah sang kekasih. Nyatanya, hal terduga yang Doyoung dapatkan.

Handphone nya bergetar dan mendapatkan pesan masuk untuknya. Membuat foto tersebut tergantikan dengan pesan dari wanita yang cukup ia jauhi. Ia menghela nafas dan segera mencari si pengirim pesan tersebut.

[Anggi]
Doyoung, aku liat kamu.

[Anggi]
Aku gak maksud buat ngikutin kamu, aku emang lagi piknik.

[Anggi]
Ngeliat muka kamu yang bete gitu, aku jadi penasaran.

[Anggi]
Kamu mau nemenin aku?

*****

"Ini telur gulung buatan aku, terus ini juga roti bakar buatan aku. Aku bikin nya simple-simple biar gak ribet." jelas Anggi ketika di hadapan nya ada Doyoung yang melihat barang bawaan Anggi.

Anggi terlihat santai, hanya memakai kaos hitam dan celana training biasa. Padahal, biasanya Anggi selalu memakai dress ketika ia akan pergi.

Bagaimana Doyoung tau? Anggi itu teman nya saat masih SMP. Anggi mengakui perasaan nya pada Doyoung ketika ia lulus SMP dan membuat Doyoung menjauh darinya saat mereka satu SMA.

Tetapi, Anggi orang yang pantang menyerah. Sampai mereka lulus kuliah pun, Anggi tetap menyukai manusia berhati dingin ini. Menurutnya, Doyoung itu punya ketertarikan yang berbeda dari lelaki lain.

Kecerdasan dan cara berdebat Doyoung sangat idaman bagi perempuan seperti Anggi. Bahkan cara bicara Doyoung sangat membuat nyaman.

Doyoung akan selalu menjadi kebahagiaan nya. Duduk berhadapan dengan Doyoung seperti ini saja sudah membuat Anggi bahagia. Sangat bahagia.

"Kenapa lo mandang gua kaya gitu?" tanya Doyoung ketika melihat Anggi menatapnya dalam.

Anggi menggeleng sambil tersenyum. "Gak apa-apa. Aku cuma liat angan." jawabnya dengan pandangan kebawah.

Terdengar Doyoung yang berdecak membuat Anggi kembali mengangkat kepalanya. Menatap Doyoung yang menatapnya tidak suka.

"Ini udah berapa tahun dan lo belum nemu orang lain buat dijadiin lo angan?" tanya Doyoung.

Anggi menggeleng polos. "Gak ada. Gak ada yang kaya Doyoung."

"Lo gak capek?"

"Aku belum berhenti sampai sekarang, artinya aku belum capek."

Seperti perdebatan yang tidak ada habisnya. Doyoung terlalu lemah menghadapi perempuan dihadapan nya. Keras kepala dan susah untuk diberi tau. Seharusnya perempuan itu sadar kalau mengejarnya bukan hal yang bagus. Itu justru menyakitinya.

"Aku gak minta kamu jadi milikku kalau kamu takut aku bikin kalian berdua putus." ujar Anggi dengan suara pelan dan teduh. "Bersama kamu seperti ini aja udah bikin aku senang. Lalu untuk apa menjalin suatu hubungan yang bahkan kita gak tau seperti apa kedepan nya."

Doyoung menghela nafas. Memang Anggi sama sekali tidak terlihat ingin merusak hubungan nya. Tapi karena Anggi adalah teman nya, bagaimana Doyoung rela Anggi merasa tersakiti tetapi ia tidak bisa melakukan apapun.

Menyukai Anggi? Itu mustahil. Ia tidak pernah merasakan seperti itu. Apalagi untuk mengikatnya dengan satu hubungan?

Doyoung menghela nafas. "Lo mau apa sih?"

"Menyukaimu udah cukup. Kamu tinggal mengizinkan aku biar seperti ini terus."

"Seperti ini? Bikin lo sakit gitu?"

"Iya. Aku masih berusaha."

Doyoung berdecak. "Terserah."

"Aku mau tau bagaimana nanti setelah rasaku memudar apa kamu akan membiarkan aku pergi atau berusaha memperbaikinya lagi." ucap Anggi dengan senyuman manisnya. Berusaha yakin kalau pilihan Doyoung adalah point kedua.

Doyoung menghela nafas. "Gue bahkan gak kepikiran buat memperbaiki disaat hubungan gue masih terikat sama perempuan lain."

"Ya, biarkan waktu dan takdir membawamu."

7 days -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang