Kaki Doyoung melangkah masuk ke gedung yang selama ini ia kunjungi hampir setiap hari. Mata nya melirik kanan-kiri, mengharapkan ia bisa bertemu dengan gadis yang ia cintai, Anggi.
Namun, mengingat gadis itu sedang berusaha mempertahankan hidup, Doyoung tersenyum pahit. Ia menggeleng, ia tidak akan mengingat gadia itu lagi.
Kaki nya melangkah dengan guntai, berjalan dengan arah yang bahkan Doyoung sendiri tidak sadar akan membawa kemana. Doyoung mendongak, mengingat bayangan dimana ia melihat Anggi sedang berlarian di lorong ini.
Langkah Doyoung terhenti, ia menoleh ke kanan. Terdapat pintu dengan jendela kotak yang berada di ketinggian yang sama dengan tubuh Doyoung. Lelaki itu mendekat dan mencoba melihat isi dari ruangan tersebut.
Ruangan Anggi.
Tangan nya menyentuh knop pintu tersebut, membuka nya perlahan tanpa mengeluarkan suara.
Kehadiran Doyoung di sambut oleh alunan elektrokardiogram. Tubuh Anggi yang amat banyak alat yang menempel di tubuh dan perban yang membalut dahi nya. Doyoung merasa sesak saat ia melihat tubuh lemas itu.
Doyoung mendekat ke gadis itu. Ia menatap Anggi dengan penuh kasih, bukan tatapan kebencian palsu seperti kemarin. Doyoung menghela nafas. Tangan nya terangkat, menyentuh puncak kepala Anggi dan mengusapnya lembut.
Wajah Doyoung mendekat tanpa ragu, membiarkan hembusan nafasnya mengenai wajah Anggi yang pucat. Doyoung memejamkan matanya ketika hawa panas melewati nya sekejap. Doyoung merasakan seluruh tubuhnya menggeliat karena perasaan nya yang bergejolak.
Mata nya terbuka ketika ia mengingat sesuatu, melihat wajahnya yang sudah sangat dekat dengan Anggi. Bahkan bibirnya hampir mengenai masker selang oksigen yang menutupi bibirnya. Ia menatap Anggi sedekat ini, membuat Doyoung tersenyum tipis.
Wajah Doyoung terangkat dan kembali turun, bibirnya mendekat ke arah dahi Anggi yang terbaluti perban. Doyoung memejamkan mata nya ketika bibirnya mendarat di dahi yang terbalut dengan nyaman. Doyoung membiarkan posisi ini berlangsunh lumayan lama. Membiarkan perasaan nya tersalurkan melalui ciuman ini.
Memberikan bukti kalau dirinya benar-benar mencintai Anggi.
*****
Haechan membuka pintu dan melihat Doyoung yang memejamkan matanya. Suara elektrokardiogram yang mengalun seisi ruangan membuatnya merinding. Ia bisa merasakan hawa yang berbeda ketika masuk ke dalam ruangan tersebut.
Doyoung membuka matanya perlahan, terasa berat dan kaku. Jujur, Doyoung tidak nyaman berada disini. Di tempat yang gelap dengan berbagai alat yang menempel di tubuhnya. Tangan nya gatal ingin melepaskan alat yang menempel ini.
Doyoung tersenyum tipis melihat Haechan yang menatapnya sedih. "Gak usah sok sedih, gue gini demi sahabat lemah lo." ucapnya pelan dengan nada sarkas.
"Tapi kali ini lo yang lemah." ucap Haechan datar.
Mereka terdiam beberapa menit, menikmati suasana yang cukup tegang. Perasaan Haechan campur aduk, merasa senang karena sahabatnya akan sembuh tapi ia juga merasa sedih karena harus ada yang berkorban. Haechan menghembuskan nafas beratnya.
"Doyoung,"
"Haechan,"
Mereka mengucapkan dengan bersamaan. Kemudian terkekeh pelan dan terdengar sinis.
"Kenapa, Chan?" tanya Doyoung.
"Makasih." Doyoung tersenyum mendengarnya. "Gue gak akan lupa sama kebaikan lo kali ini." lanjut Haechan yang langsung membuang muka nya kesembarang arah.
"Gue juga mau bilang makasih." Haechan menoleh ke arah Doyoung. "Makasih karena udah jaga Anggi sejauh ini. Tolong bilangin kalau gue yang menang. Gue berhasil cinta sama dia sampai mati."
Haechan tersenyum tipis. Tangan nya megepal dan memerah. Ia mengangguk pelan. "Makasih udah cinta sama sahabat gue."
*****
Haechan menghampiri Yuta dan Johnny yang menatap lurus ke depan. Untuk terakhir kali nya mereka bertemu Doyoung. Ya, Doyoung yang sepuluh menit lalu melewati nya di depan mereka dengan kain putih yang menutup seluruh tubuhnya.
Doyoung berhasil menyelamatkan 3 orang yang membutuhkan pertolongan nya. Doyoung adalah malaikat. Bahkan seluruh pengurus rumah sakit ini memberi salam terakhir di sisi ranjang Doyoung. Berusaha untuk melihat sosok malaikat hidup yang telah berpulang hari ini.
Doyoung akan dimakamkan besok. Keluarga Anggi berusaha memberikan tempat nyaman terbaik untuk malaikat seperti Doyoung. Nyonya El bahkan turun tangan langsung untuk melihat lelaki itu.
Haechan duduk di sebelah mereka. Johnny langsung menoleh dan sedikit kaget. Ia tersenyum ke arah Haechan karena merasa canggung.
"Gimana keadaan Anggi, Chan?"
"Koma." jawab Haechan cepat.
Kembali hening, mereka sama sekali tidak ingin mengeluarkan suara. Mereka bertiga merasa kehilangan, sangat kehilangan. Bahkan Yuta dan Johnny tidak mampu akan berbicara apa. Pikiran nya membeku, hal ini terasa tidak nyata, bahkan mereka berdua mengharapkan mimpi ini segera pergi dari dirinya.
"Gimana keadaan kalian berdua?" tanya Haechan.
"Buruk." jawab Yuta dengan datar.
Haechan menghela nafas. Ia tau perasaan mereka. Haechan baru mengalami nya beberapa hari yang lalu. Bulan ini adalah bulan penuh penderitaan. Banyak orang yang menangis dan berduka.
Haechan tidak menyukai nya.
"Tapi gue lega." lanjut Yuta dan membuat Haechan menoleh cepat.
"Lega?"
Yuta mengangguk. "Masalah Doyoung udah selesai, dia bakal ketemu sama kedua orang tua nya. Doyoung menitipkan barang berharga nya ke orang yang tepat. Bahkan di hari terakhirnya, Doyoung masih bisa bikin orang lain tersenyum." jelas Yuta dengan panjang. "Dia benar-benar malaikat." Yuta terkekeh ketika menyelesaikan ucapan nya.
Johnny menghembuskan nafasnya. "Gue gak mau ngomongin Doyoung lagi, gak kuat. Dia baik. Itu aja."
Haechan tersenyum tipis. Ia beranjak dari duduknya karena sedari tadi handphone nya bergetar hebat di saku celana nya. Sejujurnya, ia ingin menjadi pundak bagi kedua teman Doyoung, tapi sungguh, ia juga membutuhkan hal seperti itu.
Haechan, Yuta dan Johnny juga butuh pelukan.
Tapi, Haechan berkata dengan santai hingga membuat Yuta dan Johnny tersentak kaget. Air matanya menetes mengikuti langkah Haechan yang kian menjauh.
"Kata Doyoung, kalau sosok teman meninggal, pasti ada teman lainnya yang menangis loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 days -Doyoung
Fanfiction[COMPLETED] Berawal dari permintaan nya yang di tolak oleh Doyoung, Anggi memutuskan untuk tidak mengejar Doyoung lagi. Namun, dengan izin semesta, Anggi mendapatkan keinginan nya. Ya, walaupun tanpa ia tahu banyak rahasia yang di tutupi Doyoung.