Di mobil, Anggi dan Haechan bersenandung ria. Bernyanyi bersama karena ini lagu favorit mereka. Anggi terlihat lebih enakan dibanding kemarin. Dada nya sudah lebih baik.
Jalanan hari ini begitu ramai walaupun terik panas matahari terpancar ke bumi. Banyak orang-orang yang berjalan dan berjualan. Membeli dan memberikan. Berusaha membuat para konsumen tertarik dengan mereka.
Anggi memandang mereka melalui jendela mobil. Andai ia bisa, Anggi akan membeli macam-macam di luar. Sayangnya, ia tidak boleh terlalu kena sinar matahari. Lagipula, ia tidak memakai sunblock apapun.
Mobil berbelok ke arah alun-alun, Anggi menatap heran ke Haechan yang mengendarai nya secara santai.
"Mau kemana?" tanya Anggi.
"Buang air kecil dulu, sekalian jajan." jawab Haechan tanpa menatap Anggi.
Anggi menunggu Haechan yang katanya mau ke toilet, sekalian ia juga ingin membeli cemilan di Alun-alun sekitar sini. Padahal rumah Anggi sudah lumayan dekat.
Dan ini sudah 30 menit Anggi menunggu, ia memutuskan untuk mencari karena di mobil Haechan, Anggi merasa pengap berada di mobil terus. Ia memakai topi karena cuaca nya yang panas dan berjalan kemanapun kaki nya melangkah.
Matanya menyipit ketika melihat lelaki yang sama dengannya. Berjalan kesana-kemari dan membawa tas banyak.
Bukan Haechan. Dia Doyoung. Lelaki yang salama ini Anggi puja.
Senyum Anggi mengembang dan berjalan setengah berlari menghampiri pria tersebut. Berniat mengagetkan lelaki itu.
"DOR!!"
Doyoung tersentak kaget dengan teriakan itu. Ia mendengus kesal karena mengetahui perempuan yang wajahnya tertutup dengan topi itu.
Doyoung menghembuskan nafasnya kasar. "Lo apa-apaan sih?" ucapnya dengan nada tinggi.
Anggi terkekeh pelan dan menggaruk tengkuknya. "Panas-panas gini lagi apa?" tanyanya.
"Kepo lo." dengan membawa tas jinjing berisi banyak botol, Doyoung berjalan cepat meninggalkan Anggi.
Anggi sedikit berlari untuk menyamakan langkah Doyoung. "Sini aku bantu." Anggi mencoba merebut tas itu dan Doyoung segera menjauhkan nya dari Anggi.
"Jangan sok baik." ketus Doyoung.
Anggi tersenyum kaku. "Kamu kok jadi SPB?" tanya Anggi.
"Kenapa? Gak nyangka? Jijik?" nyolot Doyoung.
Anggi menggeleng cepat. "Bu-bukan, keren aja mau usaha."
"Gue gak kaya lo yang bisanya sakit-sakitan doang. Buat apa? Cari perhatian?"
Ucapan Doyoung memang semenyakitkan ini. Anggi sudah kebal jika di bilang manja dan kekanak-kanakan. Tapi jika membawa sakit, bukankah itu hal yang sensitif?
"Lo pulang aja deh. Gue males kalau lo tiba-tiba sakit, pingsan atau apalah itu. Gue males nolongin nya." ucap Doyoung lalu berniat meninggalkan Anggi.
Anggi menggeleng. "Hm, aku mau beli itunya. Bantuin kamu." ucapnya pelan.
"Gak usah, ini kopi. Gue gak butuh bantuan apapun dari lo." jawab ketus Doyoung.
"Biarin aku beli satu kantung, ini panas, aku haus." jawab Anggi.
"Lo gak suka kopi."
"Suka kok."
Doyoung menghela nafas. Ya, seengganya Anggi berniat baik. Sekalian, membuat perempuan ini menjauh darinya.
'Itu yang jual kopi, ceweknya artis?'
KAMU SEDANG MEMBACA
7 days -Doyoung
Hayran Kurgu[COMPLETED] Berawal dari permintaan nya yang di tolak oleh Doyoung, Anggi memutuskan untuk tidak mengejar Doyoung lagi. Namun, dengan izin semesta, Anggi mendapatkan keinginan nya. Ya, walaupun tanpa ia tahu banyak rahasia yang di tutupi Doyoung.
