Cook together? ☑️

807 90 2
                                    

"Pah, katanya mau ada yang ajarin aku masak hari ini?" tanya Anggi dengan wajah cemberutnya. Ia memeluk lengan Papah nya yang terduduk sambil membaca koran.

Papah Anggi tersenyum manis dan mengusap puncak kepala anak tercinta nya. "Nanti bentar lagi sampai." ucapnya.

"Aku tunggu, harus ada ya?" Papah Anggi mengangguk, mejawab pertanyaan Anggi.

Anggi berlari kecil ke arah tangga. Ia menaiki tangga dengan cepat. Membuka knop pintu dan menutupnya pelan. Ia berdiri di hadapan cermin, mencoba untuk meyakinkan diri. "Harus bisa masak! Biar pas mama papa pergi, gue gak perlu mesen online."

*****

[Johnny]
Send address.

[Johnny]
Ada job noh, ajarin anak nya masak.

[Johnny]
Masakan lo kan enak walaupun gak seenak gue.

Doyoung berdecak sebal ketika Johnny mengirimkan alamat rumah ke Doyoung. Kenapa harus rumah ini? Jadi Anggi yang meminta? Kalau Johnny memberi tahu siapa orangnya, mungkin Doyoung akan menolak.

Tapi karena setengah uang sudah di kirim ke rekening Doyoung, mau tidak mau ia melangkah masuk ke rumah tersebut. Rumah yang cukup besar ini membuat Doyoung merinding ketika menginjak kaki di lantai tersebut.

Doyoung di sambut beberapa pekerja disini dan ada Papah Anggi yang duduk di sofa. Doyoung menyapa Papah nya Anggi dengan sopan. Dalam hati, ia berharap jika pria itu tidak mengenal nya.

"Kamu- Doyoung?" tanya Papah Anggi dengan mata yang menyipit.

Doyoung mengangguk dan tersenyum. Sedikit ada perasaan tidak enak. Ia menunduk untuk memberikan salam kepada pria sedikit tua itu.

"Sini duduk dulu, Anggi lagi siap-siap."

Benar dugaan nya. Anggi datang dengan baju sederhana. Tidak mewah tetapi elegan jika dipakai Anggi. Doyoung menatapnya beberapa menit kemudian ia memalingkan wajahnya. Ia kesini untuk bekerja, bukan untuk memuji Anggi.

Anggi terkejut mengetahui siapa yang akan menjadi pengajarnya. Ia menghampiri Doyoung lalu tersenyum manis.

"Doyoung? Aku gak nyangka!" ucap Anggi dengan nada sangat bahagia. "Harusnya kamu bilang kalau kesini, jadi aku siap-siap dulu biar lebih cantik!"

Doyoung tersenyum yang sebenernya hanyalah paksaan. Sedikit risih karena Anggi bersikap tidak layak di depan Papahnya. Itu membuat Doyoung malu.

Papah Anggi menunjuk Doyoung dan Anggi bergantian dengan seringan diwajahny. "Hayo pacaran ya?"

Doyoung menggeleng kencang. "Ngga, om. Kita temen. Cuma deket aja."

Anggi mengulum bibirnya. Dalam hati ia sangat senang. Kita temen dekat, Hanya itu yang terdengar oleh Anggi. Begini saja sudah membuat Anggi bahagia.

Anggi menarik tangan Doyoung ke dapur. Memberi tahu tempat masing-masing bahan yang ada. Anggi sangat senang sampai suaranya terdengar oleh Papah nya. Papah Anggi hanya tersenyum puas.

Ketika mereka hampir selesai memasak, Doyoung menarik Anggi dan mendorong pelan sampai punggungnya terkena kulkas. Anggi tersentak kaget dan merasa sakit di punggungnya.

"Gue udah kasih tau, gue gak suka sama lo. Apa dengan cara ini? Lo sengaja kan biar bisa bareng sama gue?" tanya Doyoung dengan suara pelan. Takut Papah Anggi mendengar pembicaraan nya.

Anggi menggeleng takut. Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdetak lebih cepat karena wajah Doyoung sangat dekat dengan nya.

"Lo bisa gak, diem sehari aja? Gue muak lama-lama. Lo childish, banyak mau, gak pengertian. Lo bisa gak sih berhenti ngejar gue aja?" sarkas Doyoung.

Anggi ingin menangis tapi ia menahan nya. Ia mencoba tersenyum manis. "Maaf."

"Lo bilang maaf, habis itu lo ngulang lagi."

Doyoung berbicara dengan dada naik-turun. Ia mencoba untuk tidak berbicara dengan nada tinggi. Jujur saja, ia juga muak dengan sikap Anggi.

Doyoung menoleh ketika ada benda yang mengenai punggungnya. Ternyata Papah Anggi yang menatapnya dengan sangat gembira.

"Kalian habis ciuman kan? Nafasnya kaya engap gitu. Hayo ngaku?"

7 days -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang