Mark mengetuk pintu ruangan yang ditempati oleh Anggi. Ketika mendapat respon dari Anggi, ia menekan knop pintu tersebut dan melihat Anggi tersenyum ke arah nya. Mark ikut tersenyum dan duduk di kursi sebelah Anggi.
Mark meletakan tas berisi gitar disebelah nya secara perlahan. Tangan nya juga merapihkan rambut karena memikirkan apa yang harus ia bicarakan kepada Anggi di hadapan nya. Mark gugup.
"Udah enakan?"
Anggi mengangguk. "Makasih ya, Mark. Udah nemenin gue terus." ucap Anggi.
Mark tersenyum. "Gak apa-apa. Pasti bete kan?"
"Iya, bete banget. Gue pengen jalan-jalan."
"Jalan-jalan?"
Anggi mengangguk cepat. "Iya, ayo Mark kita jalan-jalan. Lo kan pernah ngajak gue jalan-jalan." ucapnya dengan nada yang lesu.
Mark tertawa pelan dan membuat mata nya menghilang. Ia menepuk kepala Anggi dengan pelan dan menatap dengan intens. "Emang udah bener-bener sehat?"
Anggi kembali mengangguk cepat. "Udah! Udah sehat kok!" jawabnya dengan semangat.
"Sebenernya gue lagi pengen camping sih, pengen liat bintang." ucap Mark yang terdengar bagus di telinga Anggi. "Lo mau camping? Ajak Haechan kok."
Tentu saja Anggi mengiyakan dengan nada yang semangat.
*****
"Mark," Haechan menahan tangan Mark yang berjalan melewati tanpa melihatnya.
Haechan yang baru saja ingin masuk ke ruangan Anggi terhenti ketika melihat Mark yang di tahan Anggi untuk pulang. Anggi meminta Mark untuk menemani nya. Mark menolak dengan alasan, ia harus pulang karena adik nya mencari nya.
Dengan alasan itu, Anggi melepaskan tangan Mark dengan terpaksa. Haechan juga melihat Mark yang mengusap kepala Anggi pelan.
"Eh Haechan, sorry gue gak liat." ucap Mark.
Haechan menghela nafas. "Dia butuh pendonor." ucapnya.
"Donor apa?" tanya Mark.
"Paru-paru."
Mark tersenyum tipis. Ia menyentuh kepala nya yang terasa sedikit pusing. Ia menatap Haechan dengan penuh harapan.
"Bisa gue bantu buat jadi pendonor nya?" ucap Mark dan membuat Haechan mematung.
"Lo gila?"
"Gue mau ngasih tau dunia, kalau gue cinta sama dia, banget. Dan ini serius."
*****
Mereka berada di perkemahan yang lumayan ramai. Anggi mendapat izin dari dokter hanya beberapa hari, namun setelah itu Anggi harus kembali di rawat di rumah sakit. Anggi juga mendapatkan izin dari orang tua nya karena ada Haechan yang pasti akan menjaga Anggi semaksimal mungkin.
Haechan dan Mark pergi untuk mengambil minuman hangat. Mereka meninggalkan Anggi dengan jaket yang sangat tebal seorang diri. Membiarkan Anggi menikmati angin malam.
Tapi justru hal itu membuat Anggi ketakutan karena sudah 30 menit mereka tidak kembali.
"Kan kebiasaan. Pasti gue ditinggal lama. Padahal kata dokter, gak boleh ninggalin gue sendiri." keluh Anggi yang mengayunkan kakinya di kursi kayu.
Memandang langit malam dengan memeluk dirinya sendiri. Untungnya ia memakai jaket yang tebal karena malam ini sangat dingin. Jika tidak, mungkin Anggi sudah membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 days -Doyoung
Fanfiction[COMPLETED] Berawal dari permintaan nya yang di tolak oleh Doyoung, Anggi memutuskan untuk tidak mengejar Doyoung lagi. Namun, dengan izin semesta, Anggi mendapatkan keinginan nya. Ya, walaupun tanpa ia tahu banyak rahasia yang di tutupi Doyoung.
