03

26 2 1
                                    

Klek

Pintu kamar Davin terbuka dan dalangnya adalah seorang gadis yang menggunakan piyama merah marunnya yang tak lain adalah Laura Kin Zhacery, kakak perempuan Davin.

"Bisa gak si kalo mau masuk di ketok dulu pintunya, susah amat" ketus Davin yang sedang fokus di meja belajarnya.

"Kasian dong pintunya kalo di ketok" jawab santai Laura lalu mendekat ke adiknya itu. "Kata bibik, tadi temen dari sekolah baru Lo pada maen kerumah ya. Dan ada cewenya, pacar Lo?" Laura melipatkan kedua tangan di dadanya. Seperti mengintrogasi seorrang tersangka saja.

"Mau tau banget apa mau tau aja?" Davin mendongakkan kepalanya menghadap ke arah kakaknya.

"Aelah serius nanya gue" dengus Laura pada Davin.

"Bukan, tapi gue di akuin pacarnya, karena gue bilang dia cantik. Lucu gak si" Davin menjelaskan pada Laura dan mengingat kejadian tadi disekolah.

"Ooo gitu, ya udah. Itu doang yang mau gue tanyain" merasa sudah mendapatkan jawaban dari Davin, Laura keluar meninggalkan kamar Davin tanpa menutup pintu.

"Woi kalo keluar pintunya sekalian ditutup, gue nyalain AC, hemat listrik njirr!!" teriak kesal Davin pada Laura.

Davin berjalan malas ke arah pintu, sedikit membanting pintu tersebut. Sebetulnya apa susahnya kalo mau masuk ketok dulu, terus kalo keluar sekalian tutup pintunya. Buat repot orang saja.

Baru saja Davin berjalan menjauhi pintu tersebut, tapi sudah terbuka lagi.

"Apalagi!!" Davin meninggikan suaranya.

"Davin" ternyata itu adalah Ratna Kin yang tak lain adalah mama Davin. Hayoo Davin durhaka bentak orang tua.

"Eh..eh mama, aku kira tadi kak Laura" Davin terkejut salah sasaran. Sial.

"Ribut terus si sama Laura sehari akur gitu kan adem liatnya" Ratna menghampiri anaknya itu dan duduk di ujung ranjang Davin.

"Yaa abisnya, Davin diganggu mulu Mah" jelas Davin pada mamanya.

"Gimana hari pertama di sekolah baru?" Selidik Ratna pada anaknya, takut takut jika ada hal yang tidak diinginkan.

"Lancar kok ma, baru masuk kelas aja udah dapet temen" jelas Davin "Tadi aja mereka anterin Davin pulang, sekalian mau tau rumah Davin juga".

"Bagus deh kalau kamu dapet temen baru" Ratna turut senang mendengar hal itu.

Ia sedikit khawatir pada putra bungsunya itu. Ratna fikir anaknya ini akan sulit untuk mendapatkan teman dan sulit untuk beradaptasi. Tapi itu hanya fikiran negatifnya saja, Ratna tau jika Davin adalah anak yang mudah bergaul, hanya saja rasa kekhawatiran Ratna pada anaknya sungguh berlebihan.

"Mah" panggil Davin mengejutkan Ratna.
"Pasti mama mikir Davin bohong ya, kalo Davin udah dapet temen baru" curiga Davin pada Ratna.

"Enggak. Mama percaya kok sama kamu" Ratna berdiri dari duduknya dan mengecup kening anaknya itu dan hendak pergi keluar.

"Davin udah gede lo maa bukan anak kecil lagi" jelas Davin tak terima pada Mamanya, karena ia sering diperlakukan seperti anak 7 tahunan saja.

"Udah udah Mama mau ke bawah dulu. Kamu kalo gak ada kerjaan ikut kumpul keluarga di bawah" ajak Ratna.

"Apaansi Mama bahasanya kumpul keluarga, kayak mau bahas nikahannya Davin aja" canda Davin pada Mamanya.

"Emangnya ada yang mau sama kamu" Ratna tertawa pelan melihat ekspresi anaknya yang tak terima dengan ucapan Ratna tadi.

DAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang