06

10 3 0
                                    

Sejatinya penindasan tak akan bertahan lama, cepat atau lambat semuanya akan berakhir

***
Happy reading!!

"Saya akhiri kelas hari ini, terimakasih atas perhatiannya. Selamat pagi" Pak Rendy selaku guru sejarah mengakhiri kelasnya kemudian berlalu meninggalkan kelas yang penghuninya sudah tak bernyawa. Alias tidur.

Memang tak dapat dipungkiri jika mata pelajaran 'sejarah' itu membuat mata menjadi berat. Pelajaran yang hanya membahas tentang masa lalu, kemudian dongengkan kepada pelajar sekarang, sehingga bukannya paham tentang masa lalu, malah menjadi dongeng pengantar tidur.

"Pagi pak!" Jawab mereka serentak.

"Huahhhhh" Davin yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya seketika itu mengalihkan pandangannya ke Rafa yang duduk di belakangnya.

"Lebar amat tuh mulut. Abis begadang lu?" Rafa melirik Davin dengan posisi yang sama, yaitu dengan mulut yang masih terbuka.

"Gak begadang gue. Tapi coba lo liat sekeliling Lo" setelah mengatakan seperti itu Rafa menyembunyikan wajahnya kedalam tangan yang ia lipat di atas meja.

Davin melihat sekitarnya yang ada di dalam kelas. Ternyata benar apa yang di katakan Rafa hanya ada beberapa anak yang masih terlihat segar dan sisanya masih tak bernyawa.

"Arka, nanti Bu Indah masuk gak nih?" Arka sang ketua kelas itu menoleh ke arah Davin.

"Bentar gue cek dulu ke kantor" Davin mengancungkan jempolnya.

"Ham, Lo gak ngantuk kayak kebo yang ada di belakang nih" Davin menunjuk ke arah belakang dengan jempolnya

"Ya enggak lah, masih pagi ini. Gue kan SEHAT" ucap Ilham dengan penuh penekanan di kata 'sehat'.

"Gak usah pada ngomongin gue. Gue denger anjim" Rafa mendongakkan kepalanya.

"Alhamdulillah masih hidup" Davin dan Ilham terkekeh dengan ledekan mereka pada Rafa.

Davin berdiri dari duduknya lalu berjalan ke depan kelas untuk menghapus coretan tangan yang membentuk sebuah kalimat yang mengenang masa lalu di papan tulis. Karya itu di buat oleh Bapak Rendy guru termuda di Cendrawana sebelum Bu Yuli.

"Nanti malem nginep di rumah gue, pada mau gak?" Tanya Davin.

"Boleh deh, mumpung nanti malem Minggu kan" jawab Ilham

"Lo gimana Fa, bisa gak?" Rafa menggeliat merentangkan otot otot yang tegang karena tidur dengan posisi duduk. Posisi tidur yang sangat tidak nyaman.

"Gue gak bisa, mau jalan sama cewe gue" ucap Rafa dengan pdnya

"Emang ada yang mau sama Lo" Davin terkekeh dengan ucapannya.

"Bacot Lo Vin"

"Kalian mau ngapa emang?" tanya Aileen yang sedari tadi mendengarkan ketiga sejoli itu mengoceh liar.

"Ya cuma nginep aja. Paling paling yaa main PS sampe pagi" Davin berjalan kembali ketempat duduknya

"Anak cowok kalo pada nginep selalu main PS ya?" tanya Aileen dengan menatap Davin yang akan duduk di kursinya.

"Yaa begitu lah" jawab Davin singkat

"Han Jihan. Nanti malem nginep di rumah Aileen yuk" ajak Aileen sambil mengguncang guncangkan Jihan yang sedang berkelana di alam mimpinya.

"Eh eh, Jihan doang ni yang di ajak" ucap Aurel tak terima, karena ia merasa tak di ajak oleh Aileen.

"Iyaa, Aurel juga ikut. Kitakan sahabat selamanya" Aileen menunjukkan cengiran kudanya.

DAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang