"Jangan karena nila setitik, rusak susu sebelanga"
.
.
.Happy reading !
Jangan lupa vote dan comment ><-SMA Dwiwarna
"Pagi Tiara" sapa seorang guru yang baru saja lewat.
Tiara menoleh, "Eh iya pagi bu, maaf saya gak nyadar"
Gurunya tersenyum mengiyakan lalu menepuk pundak Tiara, "Nanti pulang sekolah tim basket mau latihan. Kamu bisa awasi kan ?"
Tiara berpikir cepat, sebenarnya ia agak malas apalagi menonton orang bermain basket. Ah tapi ya sudahlah, mana mungkin ia tolak. "Bisa bu, baik nanti saya sama yang lain awasi"
Gurunya mengangguk lalu berjalan pergi. Tiara melirik jam tangannya, masih ada banyak waktu sebelum masuk, akhirnya Tiara pun pergi sebentar ke perpustakaan untuk mengecek keadaan di sana.
Ternyata tak ada masalah, ia kira akan ada murid yang tidak tertib ketika belum ada pengawas saat ini. Tiara masuk duduk sebentar sambil membaca buku favoritnya, hanya ada lima orang di ruangan itu. Dua laki-laki temannya dan tiga orang perempuan.
Tiara mengeluarkan minibook untuk mencatat setiap quotes yang ia temukan di buku. Ini sudah menjadi ritualnya sejak masuk SMP dulu, hingga sekarang quotes nya pun banyak sekali. Mungkin terkadang bisa ia pakai untuk menyindir seseorang, haha.
"Mungkin banyak wanita di luar sana yang menolak banyak pria demi ia mengejar pria idamannya, ia mengeluh karena perjuangannya yang tidak dibalas. Tapi ia tak sadar kalau pria yang memperjuangkannya pun merasa seperti itu juga"
Tiara tertohok, "Kok tersindir ya " ucapnya pelan.
Seseorang duduk di sebelah Tiara. "Ra, pulang sekolah nonton yuk !" ajaknya. Tiara menoleh, rupanya Rangga. Ya, mungkin untuk memperbaiki moodnya juga, ia menerima.
"Okey" jawab Tiara. Rangga menyandarkan tangannya di belakangnya, "Tapi habis latihan basket" ujarnya.
Tiara mengerutkan dahinya, ia lupa kalau nanti ada latihan basket. "Iya Aku juga disuruh ngawas, atau besok aja gimana ?"
Rangga berpikir, habis latihan pasti capek juga. Akhirnya pun ia setuju.
"Tiara, kayaknya udah bel deh" salah satu teman Tiara menepuk pundaknya. Tiara langsung membelalakan matanya, ia lupa melihat jam. Karena sekarang bel sekolahnya sedang rusak. Dengan cepat ia langsung berlari ke kelas meninggalkan Rangga, syukurlah ternyata belum telat.
Tiara masuk ke kelasnya, lalu menaruh tasnya di kursi paling belakang. Entahlah, tapi duduk di belakang rasanya jauh lebih enak dibanding di di depan.
Salah satu teman Tiara, Ayu mengahmpirinya. "Triyar-..." omongannya disela Tiara.
"Tiara Ayu, bukan Triyar" ia menggeleng cepat.
Kenapa temannya yang satu ini memanggilnya Triyar terus, huft."Ya maklum lah gua kan cadel" ia mengibaskan rambutnya membuat Tiara tertawa. "Mana ada orang cadel bisa ngomong R woi !" gumamnya heran.
"Ini loh, kemarin sekolah kita tawuran" bisik Ayu. Tiara bangkit dan menggebrak mejanya, "TAWURAN ?!" ucapnya lantang sampai seisi kelas meliriknya.
Tiara memperhatikan laki-laki di kelasnya, benar saja ada beberapa yang terluka di bagian wajah terutama dan tangan. Ia kembali menatap Ayu, "Gimana bisa tawuran ?" tanyanya geram.
Ayu menghela nafas lalu menunjuk Juan. "Gw gak tau, gw ikut support aja" jawabnya sambil menaikkan bahunya.
Tiara bergidik, "Support katanya ? " ia tak habis pikir dengan temannya. "Mikir dong, tawuran itu gak ada manfaatnya. Cuma bawa kerugian doang !" bentak Tiara pada beberapa laki-laki yang mengerumuni meja Juan.
"Gak usah berlebihan, biasa aja. Buktinya Reza aja ikut" balas salah satu dari mereka menyoraki.
Tiara terkejut, tidak mungkin Reza sebagai ketua OSIS ikut tawuran. Selama ini tidak ada catatan Reza pernah ikut tawuran.
"Bener tuh, kalo lo gak percaya samperin aja orangnya. Hukum dia, harus adil. Jangan mentang-mentang kalian pacaran jad-..." Juan mengompori.
Tiara menyela, "Heh, gua sama dia udah putus ya, dan siapa juga yang mau bela dia. Ok fine nanti gw tanya langsung ke Rezanya. Malah kalo bener gua hukum dia yang berat sekalian" balas Tiara kesal. Ia duduk kembali karena melihat gurunya yang baru memasuki pintu. Semua murid kembali duduk rapih berakting supaya seperti tidak terjadi apa-apa.
-•oOo•-
Dua jam sudah latihan basket. Tiara sedari tadi hanya mondar-mandir tak jelas. Ia bingung sendiri, memangnya apa yang harus diawasi.
Setelah ada jeda waktu, pemain pun beristirahat. Tiara dengan amarahnya yang memburu mencari sosok Reza dikerumunan siswa. "REZA !" teriaknya kencang, membuat Reza yang sedang dikelilingi fansnya menoleh kaget.
Ia langsung menarik tangan Reza, ke pojok lapangan. "Tiara lepas" ucapnya dingin. Tiara menghentakkan tangannya lalu mengepalkan kedua telapaknya.
"Ini apa ini, jadi bener lo kemarin ikut tawuran ?!" ia menunjuk luka di pelipis Reza.
Semua murid disana memperhatikan mereka dengan heran, kenapa dari kemarin Reza dan Tiara bermasalah terus.
"Iya, emang kenapa. Gua gak ikut nyerang, gw cuma berusaha-..." lagi-lagi Tiara menyela. "Berusaha apaan sih, lagian emang kenapa kalian bisa tawuran. Malu-maluin sekolah woi !" bentaknya.
"Ada alasannya juga, lo gak bakal ngerti. Udahlah ini urusan laki-laki aja, lo gak usah ngurusin beginian. Tugas lo cuma selama di dalam sekolah." ujar Reza lantang.
Tiara membeku seketika di depan Reza, apa maksudnya. Yang ia inginkan cuma sekolah ini tentram, dan ini juga kewajiban dia menjaga kedisiplinan sekolah. Percuma saja cuma baik di dalam sekolah, di luar sekolah tingkahnya berubah. "Kamu gak pantes jadi ketua OSIS Reza" Tiara membuang mukanya.
"Mau lo apa sih Tiara ? Semenjak kita putus lo nganggep gua semuanya buruk, gak ada bagusnya di mata lo. Asal lo tau ya, gua tadi ikut tawuran untuk cari alasannya, jelas gua juga gak mau ikut kayak begitu. Gw harus profesional, gak mungkin anak-anak lain bisa dilarang, karena masa SMA emang banyak yang begini" Rangga berhenti lalu menarik nafas, dmia merubah posisi duduknya.
"Gua juga gak tau kenapa apa masalahnya ini, tapi untung aja gak ada polisi yang sampe nyamperin. Tadi cuma tawuran ringan, sekolah kita gak main senjata, luka ini semuanya dari SMA sana. Lo liat kan pelipis gua berdarah, itu karena gua nolongin Fathur. Dan sekarang lo dateng ke gua nyalahin gua semuanya, bahkan lo belom denger penjelasan gua dulu."
Tiara terhenyak, matanya beralih menatap Reza. Hatinya sakit, omongan Reza begitu menusuk. Matanya sudah berkaca-kaca menahan isak. "Lo... ah" akhirnya perasaan tak bisa dibohongi. Tiara menutup wajahnya dan menangis. Ia sangat sensitif belakangan ini, tentu saja karena masalah hati yang merambat ke semuanya.
Rangga yang melihat itu menghampiri keduanya. Ia menatap Reza sinis, dan berusaha menenangkan Tiara. Sedangkan siswa lain menghindari pusat perhatian karena tidak ingin ikut kena masalah juga. Hari-hari Tiara memang belakangan ini tak ada yang beres, ada saja konflik yang mengusik pikirannya.
-•oOo•-
•Reza aku mundur jadi OSIS, maaf kalo selama ini aku salah.
~bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Jiwa 1 Raga✔️ [COMPLETED]
RomanceIni tentang hati yang berbeda merebutkan raga yang sama. "Kamu selalu nuntut aku untuk meghargai perasaan orang, menerima dia. Kenyataannya kamu sendiri gak bisa nerima perasaan aku, itu namanya egois bodoh !" . . . . Ketika kamu melepaskan, jangan...