18 - Meninggal (kan)

316 33 2
                                    

“Memori ini, mengenang sejuta kenangan yang sudah benar-benar terlupakan”
.
.
.

•Song Active


.......

“Dokter dia kenapa ??!” ujar Tiara histeris melihat detak jantung Reza di layar.

“Za... bangun kamu kenapa” ucapannya mulai lemas.

Dokter tadi melepas stetoskopnya dan melirik perawat kemudian segera berlalu pergi.

“Maaf nyonya, pasien sudah tak dapat bertahan”

Tiara histeris, “Gak... Reza.. bangun Za.. !” ia memeluk Reza yang sudah tiada.

Pukul 18.00 tepat matahari tenggelam, Fareeza Abizard menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit.

Tepat di mata Tiara, ia melihat semuanya dengan jelas. Tiara terjatuh , ia menangis sejadi-jadinya. Semuanya masih tak dapat dipercaya, orang yang tulus mencintainya meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Baru saja ia bercerita banyak dengan Reza, dan sekarang pria di hadapannya telah beristirahat tenang disana.

Tiara sangat terpukul atas itu, ia menghubungi beberapa temannya dan orang tuanya. Sesaat kemudian mereka semua datang dengan berlinang air mata membasahi wajahnya.

Rangga yang melihat keadaan Tiara sangat terkejut, hatinya seperti teriris-iris melihatnya. Rangga memeluk Tiara, ia menjadi pundak Tiara menangis sejadi-jadinya.

“Dia pergi.....”

Tiara pingsan dalam tangisannya, mukanya sangat menyedihkan. Semua fokus mengurus Reza, Rangga membawa Tiara di sofa untuk beristirahat.

.

.

Pukul 20.00 mereka semua berangkat ke pemakaman.

Dengan berbalut pakaian hitam, dan kacamata yang menutupi wajah Tiara. Ia berangkat dengan goresan di hatinya. Tiara tak sanggup melihat proses pemakaman ia menunggu dari jauh.

Setelah semuanya selesai, ia menaburkan serbuk -serbuk cinta dan ucapan selamat tinggal.

“Kamu ninggalin Aku duluan, Reza”

“Tenang disana....”

“Selesai ujian kenapa kamu ninggalin kita semua ?”

Tiara memeluk Nisannya. Ialah orang yang merasa paling kehilangan disana.

Kak Cinta memeluknya “Ikhlasin dek...”

Tiara membuka kacamatanya, ia menghapus jejak air matanya. Rangga yang melihatnya merasa ada sesuatu yang menusuknya.

Ia yang selama ini tak tau diri dengan keduanya kini menyaksikan perpisahan yang sangat menyedihkan.

Disaat seperti ini hatinya baru cair melihat kejadian ini, kemana saja dia selama ini ?


.

.







•Satu pekan


Hari ini tepat seminggu setelah kepergian Reza bertepatan dengan hari Ujian Nasional. Akan diumumkan kelulusan dan nilai UN.

Pak Amir dan semua guru sudah bersiap di depan lapangan. Murid-murid juga sudah berbaris tertib.

“Selamat pagi anak-anak !” sapa Pak Amir dengan Mic nya.

“Pagi pak !” balas semua murid serempak.

“Ya hari ini kita angan mengumumkan kelulusan dan pencapai nilai tertinggi Ujian Nasional angkatan ini. Sebelum semua itu, mengenang kepergian salah satu teman teladan kita. Fareeza Abizard. Kita doakan semua yang terbaik untuknya, doa dimulai..”

Setelah berbicara seperti itu, semua murid menundukan kepalanya dan mengadahkan kedua tangannya. Tak sedikit ada yang menangis, bahkan banyak guru yang menangis juga.

Tiara tak lagi menangis, ia sudah ikhlas. Walaupun alasan sebenarnya ia tak ingin menyiksa batinnya lagi. Tangisannya sudah cukup habis pada saat itu. Ia ingin Reza tenang disana.

“Doa selesai....”

“Baik anak-anak. Penguman hasil ujian nasional. Bapak sangat bangga kepada kalian karena sekolah ini dinyatakan seluruhnya lulus tanpa terkecuali” Pak Amir bangga, guru yang lain pun ikut mengapresiasi. Semua murid bertepuk tangan memberi selamat satu sama lain.

“Dengan pencapaian tertinggi, peringkat tiga adalah Delia Amira Najwa, di peringkat kedua ada Tiara Anastasya...”

Pak Amir berhenti sejenak lalu melirik salah satu guru, “Peringkat pertama dengan nilai 97 diraih oleh teman kita semua yang sudah tenang disana”

Deg.

Tiara terkejut, ia tidak menyangka. Anak yang sedang sakit saat mengerjakannua mendapat nilai tertinggi. Dia memang luar biasa, Tiara sibuk membanggakan Rangga dan melupakan bahwa dirinya ujian dengan nilai tertinggi kedua.

“Fareeza Abizard...” lanjut Pak Amir.

Kami semua sempat terkejut hebat, andai Reza tau hal ini. Ia pasti akan sangat senang.

.

.




Setelah acara selesai guru-guru masuk ke ruangannya kembali. Waktu yang sangat ditunggu, acara coret baju kelulusan.

Walau ada yang kurang rasanya, ketua OSIS mereka yang tak dapat merasakan kebahagiaan ini. Tiara tak ingin berbahagia lebih.

Ia hanya mengikuti acara sebentar saja, hanya segaris coretan di bajunya. Tiara pulang dan pergi ke
makan Reza.

Ia membawa sekantum bunga, lalu duduk di sebelah makamnya.

“Hai Za”

“Kamu tau nggak, di sekolah ujian kamu tertinggi”

“Aku yang kedua Za, harusnya sekarang kita bisa daftar beasiswa kesana”

Sebutir air mata Tiara lolos dari matanya, ia buru-buru mengelapnya.

“Waktu itu, kamu pergi dengan tiba-tiba. Bahkan Aku masih belum bisa percaya kalo kamj udah gak ada”

“Kamu selalu ada kan ?”

“Balik Za... Aku kangen” Tiara menahan isaknya membuat wajahnya memerah.

“Farezaa...”

.

.

“Tiara ?”

Tiara menoleh karena ada yang memanggilnya.

Ia selalu berharap Reza masih ada di siainya, Tiara mendongak melihat orang yang memanggilnya.

“Rangga ?” gumamnya.

Rangga ikut duduk di sebelah makam, ia seakan berbicara kepada Reza tapi dalam hati. Tak ingin Tiara mendengarnya.

Tiara memejamkan matanya,
“Reza, haruskah Aku menerima orang di depanku lagi? Bahkan ia masih seperti itu. Aku gak mau Za...”




2 Jiwa 1 Raga✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang