9 - PHO / PHP

193 27 2
                                    

“Katakan saja padanya kalau kau memang menyukainya. Jika tidak ingin ada kata terlambat nantinya”
.
.
.

Happy reading :)
jangan lupa bantu support dengan vomment, terima kasih

Rangga dan Reza masih di posisinya yang sama, selang beberapa detik setelah ucapan Reza tersebut keduanya tampak kaku. Reza menjadi malu luar biasa tapi ia sembunyikan dengan sikapnya.

“Apa ?” ketus Rangga.

“Skip aja, udah ya gua mau ke kantor” Reza bangkit berdiri.

“Gua ngerebut apa ?” Rangga masih tak puas, ia tak terima Reza berkata seperti itu padanya.

“Cih, Tiara kan suka sama lu”

Rangga memasang ekspresi kesal, “Gua tau. Emang kenapa, Lo nuduh gua PHO gitu ?”

Reza terperanjat, ia pikir Rangga tak tau. Lantas, kenapa Rangga bertingkah acuh.

“Tapi gua gak suka sama Tiara” lanjut Rangga. “Dia temen kecil gua dari dulu, tapi bukan berarti gua harus suka kan ?”

“Kenapa ?” Reza penasaran.

“Gua tertarik sama kapten basket Trisatya, gua denger itu sepupu lo” ucap Rangga, ia menaikkan alisnya. Benar saja, Rangga memang menyukainya tapi ia gengsi.

“Siapa, Keisya ?” Reza tampak ragu.

Reza ingin melanjutkan ucapannya tapi disela Rangga, “Gua tau, dia gak secantik Tiara. Gak sefamous dia, tapi emang paras ayu menjamin lubuk hati ?

Reza tampak geram, ucapan Rangga terdengar sperti bermuka dua. “Maksud lo Tiara buruk sikapnya ?” timpal Reza kesal, ia tak terima salah satu temannya mungkin dapat dikatakan ***** dihina, terlebih oleh sahabatnya sendiri.

“Gua gak bilang gitu” balas Rangga cepat ia membuang muka. Rangga menyesali perkataannya, hanya karena egois dan ucapannya yang tak disaring terlebih dahulu.

“Jangan jadi PHP” suara Reza terdengar tegas dan tak ingin dibantah. Kemudian Reza meninggalkan Rangga dan pergi ke kantor. Ingin sekali ia mengatakan hal sebenarnya pada Tiara, tapi ia tau posisinya saat ini. Terlebih ada dinding yang membatasi mereka saat ini.

Reza masuk ke kantor dan mendapati Tiara yang sedang berbincang dengan Pak Amir. Ia duduk di sebelah Tiara dengan memberi jarak diantaranya.

“Kemana Rangga ?” tanya Pak Amir, ia celingukan mencari Rangga yang tak bersama Reza.

“Mungkin nyusul pak,” jawab Reza. Kemudian Pak Amir pergi mengambil barang di rak. Reza sedikit menoleh ke arah Tiara, ia memergoki Tiara sedang meliriknya juga. Keduanya jadi salah tingkah dan tampang kikuk.

“Pak, masalah tawuran sudah selesai. Saya minta maaf karena tidak bisa menjadi ketua yang baik. Sampai kejadian seperti ini terjadi” ucap Reza. Ia menunduk patuh, Pak Amir tersenyum.

“Terima kasih, semoga tidak terulang lagi” jawab Pak Amir. Ia mengerti keadaan terlebih Reza sudah berbuat banyak dan maksimal.

Tiara menatap Reza canggung, ada rasa menyesal karena ia pernah menuduh Reza sebelumnya. Ternyata benar, kalau kita sedang membenci seseorang, apapun yang ia lakukan selalu salah di mata kita.

2 Jiwa 1 Raga✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang