7 - Kenapa harus dia ?

219 29 4
                                    

"Katakan saja yang sebenarnya, jika kamu tidak ingin ada masalah selanjutnya"
.
.
.

Happy reading, jangan lupa vote dan comment. Terimakasih :)

Aku masih mematung mendengar perkataan teman-teman Rangga barusan. Rangga cinlok dengan Keisya ? Ntahlah, sebaiknya kutanyakan nanti.

"Gak ada yang cinlok-cinlokan yang ada cilok" Rangga terus membela.

Lutfi akhirnya berbicara, "Iya tau Ra, temen lo dari kemaren nanyain Keisya terus. Yang kapten basket Trisatya"

Rangga menatap temannya jengkel, dari ekspresinya mungkin saja itu benar. "Betul ngga, gak mau cerita nih ?" timpalku.

Rangga tersenyum kecut, lalu bangkit dari kursinya dan pergi mebeli makanan. Aku langsung menatap mereka serius,"Eh woi, emang bener ?"

Rizky tertawa lagi, "Haha iya Ra, jangan cemburu ya yang udah jomblo mah" ledeknya sembari diikuti yang lain.

"Apasih" balasku kesal. Aku menjadi semakin yakin kalau sebenarnya Rangga tau persasaanku dengannya karena itu dia gak mau cerita masalah Keisya, kan. Ah, sudahlah lupakan saja. Lagian mana bisa anak itu baru pertama kali ketemu Kesiya langsung suka, aplagi pas pertandingan sikapnya ke Kesiya justru sangat berbalik dengan kenyataan sekarang.

"Ra, lo keluar dari OSIS karena Reza ya ?" pertanyaan yang kuhindari dari tadi ternyata terulang lagi. Sebaiknya katakan saja yang sebenarnya jika tidak ingin masalah ini rumit nantinya.

"Ya" jawabku singkat. Farel menatapku aneh, "Ada-ada aja lo Ra. Masalah kayak gitu jangan dibawa ke sekolah dong, liat kan sekarang jadinya kayak gini" ujarnya.

"Kayak gini gimana, biarin aja lah. Lagian kan udah ada gantinya juga, tolong jangan diperpanjang plis masalahnya" aku memohon kepada mereka semua. Lalu kulihat mereka semua diam tak berkutik.

Rangga kembali dan berpindah duduk di depanku. Ia menyeruput minumannya lalu sedotannya ia ambil untuk menunjukku, "Aku cuma penasaran aja sama Keisya, bukan suka !" lalu ia melirik temannya yang lain.

"Aku ?" Rizky melongo. Rangga menatapnya acuh lalu ia meminum minumannya kembali.

Aku merasa ada yang aneh disini, seperti hal yang terpaksa disembunyikan. "Gua cabut duluan ya" ujar Lutfi lalu diikuti temannya yang lain. Sisanya tinggal Aku berdua dengan Rangga. Mukanya terlihat kesal dan tidak suka karena hal tadi.

"Rangga" aku coba memanggilnga. Rangga menengok sebentar lalu berpaling lagi. Kemudia ia bangkit dan menyusul temannya, Aku sangat melongo dibuatnya. "Lah, kok kena imbasnya."

Dari kejauhan kulihat beberapa guru menghampiri Rangga, ia berbincang sebentar lalu mengajak Rangga pergi. Karena penasaran Aku ikut mengikutinya dari belakang sampai ternyata mereka pergi ke ruang guru. "Stop Tiara, ngapain ngikutin ?" Aku bertanya pada diri sendiri. "Sorry, gue kepo"

Ternyata ada Reza juga, kulihat mereka menyalimi beberapa orang dari rombongan Diknas tadi. Disana Reza dan Rangga terlihat akrab saja, atau memang sebenarnya mereka akrab, aku saja yang menjadikan mereka ikut dalam masalah.

Selain aku memang banyak siswa yang menyaksikan mereka semua, dua Most wanted sekolah sedang menyambut tamu istimewa. Aku tersenyum kecut, "Tentu saja yang ingin Rangga bukan aku saja".

"Eh, katanya kan Rangga sama Reza jadi perwakilan sekolah" kudengar beberapa siswi membicarakan tentang mereka.

"Iya, keren banget ya. Aku kira bakal Tiara sama Reza lagi, mungkin aja karena Tiara keluar dari OSIS ya" Aku langsung menoleh ke mereka yang membicarakanku.

"Eh, Ti.. Tiara bukan apa-apa ko" mereka jadi salah tingkah. Aku mendegus kesal lalu melangkah pergi ke kelas. Omongan mereka benar-benar mengingatkanku tentang tahun lalu. Saat Aku dan Reza menjadi perwakilan angkatan ke acara sosialisasi guru dan siswa.

"Tiara" Aku langsung menoleh kaget ketika namaku dipanggil, bukan temanku melainkan ini Bu Fely, guru BK yang kemarin sempat menasihatiku dan Reza juga.

"Tiara, ikut ibu bentar" lalu ia pergi ke arah guru-guru yang sedang bersama perwakilan Diknas tadi. Aku menunduk menghindari tatapan Reza dan Rangga, "Kenapa jadi gini ?"

Pak Amir, kepala sekolahku menunjukku, "Ini murid andalan sekolah kami. Dia anak yang tertib dan disiplin, prestasinya juga jangan diragukan"

Aku langsung mendongak, ada perasaan bangga yang kurasakan namun tertutup karena malu dengan dua orang di sampingku, Reza dan Rangga.

"Tiara, Bu" Aku menunduk.

"Tiara, jadi nanti kamu bareng Reza mewakili sekolah lagi untuk sosialisi seperti tahun lalu" ucap Pak Amir. Aku terkejut, kupikir tadinya Rangga, tapi kenapa Rangga ada disini.

"Kalau Rangga ini, nanti ada pertemuan semua kapten basket Jakarta" lanjutnya.

"Ba... baik Pak" jawabku. Sebenarnya aku agak ragu karena sekaamrang sedang menjaga jarak dengan Reza tapi justru malah kepilih untuk ini lagi. "Ck, alur kehidupan gua maksain banget" geramku dalam hati.

Berarti Aku dan Reza akan mewakili sekolah untuk sosialisasi, Kapten basket Rangga dan Amanda mengikuti pertemuan kapten basket se-Jakarta. Berarti kita ketemu anak sekolah lain, dan kapten basket dari sekolah lain.

KAPTEN BASKET ?

~bersambung

2 Jiwa 1 Raga✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang