4 - Quality Time

251 34 2
                                    


"

Tidak perlu dipaksakan, semuanya akan terus berjalan seiring waktu."

.
.
.

Hai, Jangan lupa Vote dan tinggalkan comment. Happy
reading !

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi Tiara belum beranjak dari kasurnya. Bahkan Kakaknya, Cinta heran sejak tadi. Ya, Kakanya baru saja pulang dari Australia dua hari yang lalu. Sekarang pun Papanya sedang ada di rumah.

"Dek..." panggil Cinta sambil mengetuk pintu kamar adiknya.

"Kamu sekolah gak ?" tanyanya dari luar tapi tal ada jawaban. Cinta terpaksa membuka pintunya sendiri, untunglah tidak dikunci.

"Ra, kamu belum bangun ?" lagi-lagi Cinta heran. Disibaknya selimut adiknya.

Tiara mengulet, lalu mengucek matanya. "Jam berapa Kak ?" tanyanya masih setengah sadar.

Cinta menggeleng, "Udah jam tujuh" jawabnya. Tak ada raut panik sedikitpun di wajah Tiara, ia duduk dan menatap Kakaknya.

"Tiara gak usah sekolah ya, pusing" keluhnya. Cinta heran, ia memegang kening adiknya dan ternyata memang sedikit demam.

"Kamu sakit apa dek ?" tanyanya cemas. Tiara menggeleng, "Semalem aku pusing, sekarang aku gak mau sekolah dulu" ujarnya singkat.

Cinta menatap adiknya bingung, tumben sekali ia malas sekolah. "Aku gak ada pelajaran Kak hari ini, cuma eskul aja" jelas Tiara. Sebenarnya semenjak kejadian bertengkar dengan Reza membuat ia malas ke sekolah karena akan bertemu Reza. Ya, walaupun mereka beda kelas, tapi cukup sering untuk bertemu.

"Hm, yaudah. Sekarang istirahat aja" Cinta bangkit dari kasur adiknya. "Tapi Tiara udah gak terlalu pusing"

Huft... Memang butuh kesabaran untuk menghadapi seorang Tiara Anastasya. "Kalo gitu kita sarapan" Cinta menarik tangan adiknya bangkit. Lalu keduanya turun ke bawah.

"Tiara kamu gak sekolah ?" tanya Papanya heran. Begitu pun Mamanya melihat anaknya belum siap sama sekali ke sekolah.

Tiara dengan malas duduk di meja makan, "I tired mom, " jawabnya santai. Mamanya menaikkan satu alisnya lalu melirik ke Cinta. "Em.. Katanya dia gak ada pelajaran hari ini" jelas Cinta seadanya.

Mama dan Papanya mengiyakan saja, ia tidak memaksa anaknya kalau memang hari ini tidak ada pelajaran. Lagi pula ini quality time bagi mereka, jarang sekali keluarganya bisa berkumpul seperti ini.

Tiara menyuapkan sesendok sup ke mulutnya, ah ia rindu masakan Mamanya. Ya, karena Mamanya sering sibuk dan ada waktu untuk jarang memasak.

"Ra, kamu sama Reza apa kabar ?" Cinta sengaja memancing membuat Papanya yang sedang minum tersedak.

"Papa ngelarang kamu pacaran ya Tiara" tegas Papanya. Tiara melirik heran, "Aku udah putus".

Cinta terbelak, dasar anak zaman sekarang. Pacaran hanya dianggap main-main saja. "Tiara pacaran ?" tanya Papanya kepada kedua kakak beradik.

Tiara tidak menjawab hanya melanjutkan makannya sambil kesal hingga dentingan sendoknya terdengar.
"Aku emang pacaran, tapi itu dulu. Sekarang aku malah mikir ngapain pacaran sama orang kayak dia" ucapnya ketus.

Papanya menggeleng, anak bungsungnya ini memang sulit diberi tau. "Kamu juga Cinta, jaga pergaulan kamu di Australia" lanjut Papanya.

Cinta mengangguk, "Iya Pa". Memang jika kuliah di luar Negri harua terima konsekuensi nya, terutama dalam segi pergaulan. Karena budaya Indonesia dan orang luar sangat berbeda.

"Ka Cinta nikah muda aja dong" celetuk Tiara. Mamanya yang sedang masak langsung melirik mereka.

Cinta menggeleng "No, Aku gak mau" jawabnya. Umur Cinta memang sudah menginjak 24 tahun. Tapi ia belum berminat untuk berumah tangga. Walaupun banyak yang ingin padanya, tapi sama sekali tidak merubah pendirian Cinta.

"Papa gak maksa kamu, tapi jangan lebih dari 28 ya. Gak baik untuk perempuan, jangan hanya terfokus ke dunia pendidikan saja." ujar Papanya. Mamanya ikut mengangguk setuju, sedangkan Tiara menampakkan muka kesalnya. "Kan aku mau keponakan" gumamnya dalam hati.

"Oh ya, Rangga apa kabar ?" sekarang giliran Mamanya yang bertanya. Tiara tersenyum, "Baik-baik aja Ma" jawabnya. Memang kalau masalah Rangga, Papanya tidak pernah mengira macam-macam. Ia sudah kenal betuk dengan keluarga Rangga, jadi baginya tak masalah.

"Gimana kalo nanti malam ajak Pak Herman makan bareng. Sekalian Papa udah lama gak ketemu sama mereka." ajak Papanya. Mamanya dan Kak Cinta setuju, "Hm, terserah Papa."

Tiara berpikir dalam hatinya, "Mampus aja gue ditanya Rangga kenapa gak sekolah," gerutunya. Ia melanjutkan kembali makannya. Habis ini ia akan menghabiskan quality timenya bersama Kak Cinta. Karena Kakaknya lah yang jarang sekali ada di rumah. Semenjak Cinta kuliah S2 disana, rumah tampak sepi. Karena itu ia berniat ingin kuliah di Australia juga menyusul Kakaknya.

.
.
.
.

Jam menunjukkan pukul satu siang. Ah rupanya tetap saja ada yang mengganjal di pikiran Tiara. Bagaimana kalau ada ujian atau penilaian mendadak. Ia berusaha menyingkirkan semua pikiran itu tapi Nihil karena dari tadi Rangga terus saja menelfonnya.

"Tiara, kenapa gak masuk ?" tanya Rangga, suaranya terdengar ramai mungkin saja ia masih di sekolah.

"Kak Cinta baru pulang, Aku capek. Oh ya, tambahin kalo Aku males ketemu Reza" ujarnya santai.

"Oh ya, nanti malam Papa ngajakin makan malem. "

"Wih beneran, ok deh." setelah itu panggilan terputus, mungkin saja disana sangat ramai.

Tiara berbinar, sudah lama ia tidak menghabiskan waktu dengan Rangga juga. Semenjak kelas dua belas ini sangat sibuk untuk ujian, jadi mereka jarang bermain. Ia akan memakai baju couple nya dengan Rangga, ya semoga saja Rangga juga memakainya.

-•oOo•-

~bersambung

2 Jiwa 1 Raga✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang