5. Hari Sial

61 11 1
                                    

Happy reading 🌙

°°~~°°

Terik matahari di jam dua belas siang membuat siapa pun merasa kehausan, sama halnya dengan para siswa Siswi kelas XII MIPA 2 di pelajaran olahraga yang tidak pernah berhenti dengan pratek.

Pelajaran olahraga berakhir, semua murid disuruh masuk kedalam tidak diperkenankan untuk ke kantin, karena masih dalam jam pelajaran.

"OMG! Bisa kebakar ni muka gue!" Keluh salah satu siswi yang bernama Hani yang dikenal dengan centilnya.

Wajah Gika sudah seperti kepiting rebus, keringat terus bercucuran turun dari dahinya itu.

"Gila sih Pak Deden, jahat amat sama kita. Tiga jam pelajaran olahraga di hantam kagak ada jedanya" Kesal Fanya mengibas wajahnya dengan tangan.

Fanya melirik Gika, "Lo gak capek?" tanya Fanya, pertanyaan apa ini? Jelas Gika juga capek dia juga manusia Fanya.

"Capek" jawab Gika, Fanya mengangguk paham.

Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit lagi bel pulang akan berbunyi, rasa didalam kelas sangat panas ditambah bau keringat dari tubuh karena olahraga lagi.

Karena tidak kuat Gika memutuskan untuk pergi keluar sebentar, hanya sebatas pintu kelas untuk menghirup udara segar.

"Kemana gik?" lagi-lagi gadis satu bangkunya itu bertanya, Gika menunjuk pintu luar sebagai jawabannya.

Gika berjalan menuju pintu kelas, cuaca memang bener bener terik hari ini. Mata Gika menyipit melihat lapangan yang luas didepan matanya itu.

"Hmm! Bau apa nih! Bau asem" tidak lama pria yang menjengkelkan datang. Baru datang saja sudah membuat Gika kesal, pria siapa lagi? Kalau bukan Logi.

Logi bersender dibahu pintu kelas satunya. Menatap Gika dengan hidung yang ia jepit menggunakan jari tangannya, Gika? Gika menatap tajam Logi.

"Bau nya makin nyengat aja!" rutuk Logi bersuara sengau.

"Ck! Berharap banget gue baunya makin nyengat biar orang ini gak bernafas" ucap Gika kecil yang dapat didengar oleh Logi. Lalu Logi tersenyum remeh, tangannya dilipat didepan dada.

"Eh anak baru!" Logi memanggil Gika dengan nada songong, Gika melirik Logi dengan alis terangkat satu.

"Jangan sombong deh, lo baru disini masih bau kencur juga--" Logi menggantung ucapannya ketika melihat raut wajah Gika yang keheranan.

"Jadi cewek jangan jual mahal, murah aja gak laku" Lanjut Logi tersenyum smrik.

Gika berjalan santai mendekati Logi, membuat jantung Logi sedikit berdebar kencang, dengan santainya Gika berjalan menatap Logi dengan dalam.

Wajah Gika mencondong mendekati wajah Logi, spontan Logi menahan nafasnya sedikit memundurkan wajahnya. Tinggal beberapa senti saja kini jarak di antara wajah mereka.

"Gak laku karena saya tidak Jualan" tekan Gika diakhir kalimatnya.

Setelah itu ia memundurkan kembali wajahnya. Akhirnya Logi bisa bernafas lega, "Huft!".

Ketika Gika hendak kembali ke bangku nya, betapa terkejutnya ia melihat seisi kelas tengah menatap dia, bak seperti patung dengan posisi mereka dan tidak ada satupun yang berbicara.

LOGIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang