7.WALI BERKATA SAH!

41 6 1
                                    

SELAMAT MEMBACA:)

Sore ini tepat jam empat tiga puluh, disalah satu unit apartemen yang berada di Jakarta, ruang tamunya disulap sedemikian rupa menjadi tepat prosesi pernikahan.

Bisa dibilang pernikahan yang sangat - sangat sederhana.Bagaimana tidak pernikahan itu hanya meliputi prosesi ijab qobul saja, setelah itu pastinya mereka makan bersama.

Beberapa orang sibuk menyelesaikan tugasnya masing - masing.Begitu juga dengan mempelai prianya, ia sibuk merenungkan apakah kedepannya dirinya bisa menjadi kepala rumah tangga.

Mempelai prianya tak lain tak bukan adalah Kafka sendiri.Dirinya duduk sendiri di kamarnya sambil merenung dan menghafal apa yang nanti ia ucapkan di prosesi ijab qobulnya.

Sementara itu, mempelai wanita masih dalam perjalanan menuju tempat pernikahan sederhananya.

Didalam perjalanan mempelai wanita yang tak lain tak bukan ialah Lia, menangis dengan diam menatap langit mendung dari kaca mobil yang ditumpanginya.

Pernikahan yang sangat berbeda dari pernikahan yang ia Idam - idamkan.Bagaimana tidak, ia menikah hanya dihadiri oleh ayahnya dan tantenya sebagai walinya.Tak ada gaun pengantin yang melekat pada tubuhnya, hanya potong gaun biasa yang berwarna putih polos.

Belum lagi ia tak tahu siapa yang menjadi suaminya kelak.apakah seorang yang lebih tua darinya, atau lelaki gendut dengan kepala plontos seperti pak Amran guru kesiswaannya.Untuk membayangkannya saja sudah membuatnya merinding ngeri, bagaimana nanti.

Sibuk menangis dan melamun ia tak sadar kalau sudah sampai di tempat tujuannya.

"Ayo sayang kita masuk."

Suara dari tantenya membuat dirinya segera menghapus air mata di pipinya.

Sungguh ia ingin sekali dunia berhenti sekarang juga, dirinya belum siap menjalani ini semua.

"Ngapain kamu diam disitu?cepat turun!" Perintah sang ayah yang sepertinya sudah tak sabar melepas anaknya, hal itu tentu membuat lia sakit.

"Ayo sayang, ada Tante kamu tenang aja ya,"ujar tante endang yang setia membelai rambutnya.

Semua orang sudah keluar dari mobil itu,menyisakan dirinya sendiri yang masih terduduk kaku.

"Cepat keluar Acha!" bentak ayahnya sekali lagi membuat air matanya menetes kembali.

"Y-ah bo-leh ga dibata-lin aja."Ujar Lia terbata - bata.

Ayah yang berdiri di depan pintu  mobil samping kanan lia langsung marah.

"Apa - apaan kamu."

"Acha belum sia-p yah,"ujarnya pelan.

"Kamu mau buat saya malu.HAH!"bentak ayahnya lagi.

"Cepat kamu turun! jangan buat ulah kamu."Sambungnya.

Sementara itu Lia semakin enggan untuk turun, ia sangat tidak siap menjalani itu semua.Tante endang hanya bisa diam menyaksikan perdebatan anak dan ayah itu, sambil mengelus lembut rambut keponakannya.

"Yasudah kalau kamu tidak mau turun.Pernikahan itu akan tetep berjalan, walau tak ada kamu sekalipun disana."tegas ayahnya membuat lia menegang ditempat.

Setelah mengatakan hal itu, ayahnya langsung masuk kedalam lobby apartemen di dampingi oleh mang Idan supir yang menyetirkan mereka.

Melihat hal itu Tante Endang hanya bisa mengeluarkan kata - kata sabar dan memeluk lia yang semakin menangis.

...

Ting tong

Bunyi bel apartemen kafka membuat Sekar kakak kandung Kafka membuka pintunya.

MUSUH TAPI MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang