YF 3

6.1K 586 18
                                    


Joanna menatap si preman lekat-lekat, pandangannya mengabur karena tidak memaki kacamata ataupun lensa kontak.

"Mbak Joanna? Maaf, Mbak. Saya kira bukan Mbak Joanna. Ini Mbak sepatunya. Saya permisi, Mbak. Mari."

Setelah mengembalikan sepasang heels silver Joanna, si preman langsung berlari terbirit sembari membawa pergi motor bututnya ke arah lain.

"Kamu kenal dia?"

Joanna tidak menjawab dan mulai memakai kembali sepatunya sembari menepuk kap mobil pelan seolah meminta Jeffrey segera masuk ke dalam.

Jeffrey hanya mendesah pelan dan menuruti permintaan Joanna.

Jeffrey kembali melajukan mobilnya dengan pelan.

Bukan karena padatnya jalanan ibu kota, tetapi karena sedang mengulur waktu agar lebih lama bersama Joanna.

"Joanna, pertanyaanku belum kamu jawab. Siapa orang tadi? Kamu kenal?"

Joanna yang awalnya memejamkan mata, kini mulai kembali membuka mata, menebak-nebak sudah sampai dimana mereka sekarang.

"Yuta, salah satu preman di kontrakan lama."

Iya, kontrakan lama.

Karena saat ini Joanna sudah pindah di salah satu apartemen murah di dekat kantor-nya.

Joanna tinggal di kontrakan cukup lama, sekitar 5 tahun kalau tidak salah.

Hingga dia memutuskan pindah karena tabungannya sudah cukup untuk membeli satu unit apartemen yang sudah diimpikan sejak lama.

"Kenapa bisa setakut itu denganmu? Kamu pernah ada hubungan dengan dia?"

"Jangan bercanda! Kita bertetangga hampir 5 tahun! Bagaimana bisa aku tidak kenal baik dengan dia? Aku bahkan masih hafal 6 nama temannya."

Jeffrey bungkam, dalam hati dia masih menerka-nerka apa hubungan mereka sehingga preman tadi terlihat begitu ketakutan dengan Joanna.

"Ceritkan apa lagi tentangmu yang tidak aku tahu. Selain latar keluarga dan pendidikan, karena aku sudah khatam mempelajari itu."

"Kamu tidak perlu tahu, Jeff. Untuk apa? Kita sudah selesai, tolong jangan semakin membuatku pusing sekarang."

Joanna mulai memijat kepalanya yang terasa semakin berdenyut sakit.

"Ada kresek?"

Jeffrey menatap wajah Joanna lekat-lekat, mencoba mencari masalah apa yang sedang wanita itu hadapai sekarang.

"Untuk apa?"

Joanna menggeleng pelan, wajahnya mulai dipalingkan pada jendela yang baru saja dibuka.

"Bisa berhenti sebentar?"

Jeffrey segera menepi dan mulai terperanjat panik ketika Joanna keluar dari mobil dan mulai berjongkok di semak-semak berduri.

Huek... Huekk...

Joanna memuntahkan minuman yang sempat diteguknya tadi, membuat Jeffrey semakin panik dan mulai memijat tengkuknya cukup keras kali ini.

"Kamu mungkin masuk angin karena memakai baju kurang bahan seperti ini, tadi makan apa? Minum alkohol juga?"

Joanna menggeleng pelan, tenggorokannya terasa tercekat karena perutnya tidak terisi apa-apa seharian.

Jeffrey segera mengambil air mineral yang selalu disiapkan di kursi belakang guna membasuh rambut dan kaki Joanna yang sedikit terkena muntahan.

"A-aku bisa sendiri."

Joanna langsung berdiri ketika Jeffrey mulai menyentuh kakinya.

Setelah membasuh kaki dan heels-nya hingga bersih, Joanna segera memasuki mobil dan memejamkan mata karena rasa pusingnya belum kunjung berhenti.

"Kita ke rumah sakit. Kalau tidak mau, aku harus menginap di tempatmu. Aku tidak bisa membiarkanmu dalam keadaan seperti ini sendiri."

Anggukan Joanna membuat Jeffrey lega dan bingung bersamaan, karena tidak biasanya Joanna mau menyutujui usulannya dengan mudah.

"Kita ke rumah sakit."

Putus Jeffrey sembari memakaikan selimut tebal yang selalu disimpan di bagasi pada tubuh Joanna.

Jeffrey terkekeh pelan ketika menatap tubuh Joanna yang terlihat seperti ulat karena digulung dengan selimut tebal hingga memperlihatkan kepalanya saja.

Joanna tidak bergeming, dia diam saja karena ingin segera terbebas dari rasa sakit yang didapat sekarang.

Setelah memasangkan sabuk pengaman, Jeffrey mengusap pipi Joanna pelan sebelum akhirnya beralih melajukan mobil dengan cepat agar segera tiba di rumah sakit terdekat.

Double up?

See you in the next chapter ~

YOUR FEELINGS [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang