6. Gara gara Ayah?

29 5 0
                                    

Diruang tamu, Riski merasa atmosfer disekitar mereka terasa berbeda sekali.

Bagaimana tidak. Terhitung sudah hampir satu jam Dora melemparkan tatapan membara kearah Ichal yang duduk diseberangnya.

Bola mata Riski bergulir menatap Ichal dan Dora bergantian.

Jujur, Riski juga agak sedikit takut melihat Dora seperti itu.

Tidak bicara, namun seperti mengibarkan bendera perang. Matanya bahkan masih meninggalkan bekas merah karena menangis tadi.

Cowok itu duduk disamping mereka, menjadi penengah ceritanya.

Riski menatap Ichal lama. Lama sekali.

Kedua sudut bibir Ichal tenggelam. Dia bergerak sedikit maju. Mencoba meraih, lalu mendaratkan dan mengusap telapak tangannya keseluruh wajah Dora yang sedari tadi begitu masam dan menyeram 'kan.

"Udah, gue minta maap." Pinta Ichal terdengar uring uringan.

Dora menjauhkan wajahnya cepat.

Mana tahan dia mencium bau terasi.

"Ra, itu Ichal udah-"

"Diem lo!"

Riski menelan salivanya susah payah. Dora kenapa jadi semenyeramkan ini?

Ichal kembali sandaran disofa.

Rasanya cuma dia yang masih bisa anteng hingga sekarang.

Bagaimana kehidupan Ichal dan Dora saban hari? Apa mereka selalu seperti tikus dan kucing gini? Riski coba menerka.

Mereka kakak beradik yang aneh.

"dari pada kita tegang tegangan, mending lemasin aja" tutur Ichal ambigu.

Dora semakin mendelik padanya.

Ichal yang paham dengan perubahan raut wajah Dora semakin berang itupun membuatnya berkata "mikir kotor lo ya?" Tuding Ichal, menunjuk Dora tanpa rasa takut.

"udah udah ..." Dari pada semakin gawat, Riski cepat cepat melerai keduanya. Karena wajah Dora juga nampak sudah seperti kepiting rebus.

"Karena ini masih pagi, mending kita sarapan" sambung Riski.

Dora membuang pandanganya kesamping, masih terlihat sinis. Bahkan dia tidak berhenti memberengut.

Ichal menjentikan jari "setuju!"

Dora langsung menoleh secepat kilat "Mingkem lo!" Cetus Dora tiba tiba. Kemudian atensi cewek itu sudah berganti menatap garang pada Riski yang terlihat mengatupkan bibirnya. Apa dia salah bicara? "Lo kesini cuma mau numpang makan, gitu? Udah ngerusak tanaman gue. Bikin gue hampir semaput, kalian tuh kenapa sih. Resenya nggak ada yang ngalahin! Nyebelin!"

Riski terdiam, sedangkan Ichal, dengan  santai cowok itu malah beringsut dari sofa. memperbaiki tampilannya. Lalu mengambil ponsel diatas meja.

"Mandi ah." Ichal sudah berjalan kebelakang. Tangannya menyugar rambut sok keren. Tanpa perlu balik badan dia bertitah seenak jidat "Lo bedua cari makan diluar yak! lebihin satu porsi buat gue. Dua deng kalo bisa. Atau kalo nggak jatah kalian buat gue aja udah."

Punggungnya perlahan menghilang.

Riski tidak berkedip, tingkah laku Ichal sungguh anti mainstream sekali.

Dora lagi kesal lho ini.

Dengan cepat cowok itu kembali menoleh menatap Dora yang masih menyorot tajam kearah tempat Ichal tadi berlalu.

Mungkin dia masih berpikir bayangan Ichal masih disana.

Lalu berhayal menggulung Ichal menjadi seperti buntelan pakaian kotor.

NETRALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang