Dora turun dari motor tersebut.
Kakinya menginjak tanah.
karena memang, dia bukan setan.
"Kalau gitu, aku pulang dulu ya" Pinta Aldo, yang sudah siap memacu kembali maticnya.
Namun ... "Ada setan, Do!" Dora berteriak melengking dengan tangan menunjuk lurus kedepan.
Aldo terkejut, membuatnya mengurungkan niat untuk memutar gas, hingga berganti menyelaraskan pandangan, mengikuti kemana arah tunjuk Dora barusan.
Tidak ada apa apa, hanya jalanan sepi nan lengang. Sehabis dilanda hujan gerimis seperti ini. Siapa juga yang ingin keluyuran? Mereka.
Hanya sinar lampu temaran dari setiap rumah dikomplek tersebut yang menjadi penerang malam itu.
Suara kodok dan jangkrik saling sahut menyahut, mereka seperti habis menggelar konser paduan suara.
Kedua alis Aldo mendaki. Dora malah menunjuk kearah lain lagi. "Setan!"
Aldo mengernyit. Setan apanya?
Lagi lagi Dora mengganti arah pandangan dan tunjuk jarinya. "SETAN!"
Bahkan terakhir, cewek itu mendongak dan menunjuk langit diatas kepala "Set- eh, bintang itu, bintang. BINTANG!"
Aldo mendongak sekilas.
"Setan nya mana?" Tanya Aldo, dia sudah kembali menatap Dora yang masih menengadah.
Tangan Dora menurun perlahan "Lo nggak bakalan bisa liat juga kalo gue kasih tau" Cewek itu balik menatap iris legam didepannya.
Jadi, yang tadi teriak melengking seperti toa masjid itu apa kalau bukan bentuk pemberitahuan?
"Mampir dulu, Do. Didalam ada abang gue. Dan diluar sana ... " Dora menunjuk kesembarang arah. " ... ada setan betina yang mau ceng-in, lo."
"Kamu ... indiguk, ya?"
"Anjing dong gue!" Dora meninju lengan disampingnya.
Hahaha. Aldo tertawa.
Topeng.
Pura pura lagi.
Mereka yang sudah terlanjur menelan pil pahit kehidupan, tidak segampang itu untuk memuntahkannya semudah buang ingus lalu tertawa.
"Kalo takut, ntar aja pulang, Mampir bentar"
"Nggak takut aku, Ra." Aldo bersungguh sungguh. Cowok itu mendongak lagi dengan kaca helm yang sudah kembali dibuka. Menatap hamparan lukisan malam diatas sana. "Nanti atau sekarang nggak ada yang berbeda. Kalo aku emang harus ketemu sama setan, aku masih bisa nyangkal emangnya?"
Dora mengangguk. Hm. Ya, ya. Aldo benar.
Padahal dia hanya sekedar menakut nakuti cowok itu saja, Dora ingin Aldo menghangatkan diri sebentar.
Kasihan. Duduk didepan kemudi hanya terselimuti kaos tipis pendek lengan. Diterpa angin dan tempias hujan pula.
Berefek dingin dan menggigil dengan resiko terkena demam atau terserang flu.
Tapi Dora merasa agak sangsi dengan rentetan kalimat yang barusan Aldo sampaikan padanya.
Tadi itu, cuma sebatas penolakan halus. Atau ucapan yang sudah bermetafora?
Iya, yang seakan bermakna dengan situasi kehidupan Aldo saat ini. Harus menerima permainan takdir begitu saja. Tanpa diberi kesanggupan untuk berperang melawan keadaan.
Selain ... melakukan tindakan defensif.
Bertahan untuk ibunya.
Untuk keutuhan keluarga mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
NETRAL
RandomBerada diantara dua pihak yang sama sama memiliki rahasia sakit terbesar, membuat Dora sendiri bingung mau bagaimana. Mereka sungguh dua kutub yang berbeda. Berlawanan dalam menunjuk 'kan perih yang menjejali. Namun keduanya berakar pada masalah yan...